Aku menyatakan cinta padanya secara tidak langsung lewat tulisan, kami memulai hubungan juga lewat chat di WA atau saling komen kangen di IG. Hubungan yang sisi romantisnya cuma bisa dirasain dari jauh ini kadang bikin gelisah. Kepercayaan kami diuji lewat Long Distance Relationship. Menyedihkan sekali
Aku rindu.
Ungkapan itu sudah jadi makan setiap hari.
Sama.
Jawaban singkatnya yang nyebelin itu menjadi bumbu penyedap hidupku yang membosankan ini. Lalu siapa aku? Dan siapa dirinya? Kami hanya salah satu dari pasangan dunia yang percaya akan cinta.
Mereka bilang, aku mahasiswa kedokteran paling terkenal dikampus. Mereka juga bilang kalau banyak cewek yang naksir dan pengen jadian denganku, meski aku sudah bersikap cuek secuek-cueknya. Dan meski photo pacarku yang manis itu kupajang jadi wallpaper, FB, IG, WA, bahkan ponsel dan laptopku. Sialnya, mereka juga bilang, resiko orang ganteng mah gitu.
Ngeselin kan! Eneg kan! Aku yang menceritakan hal ini juga mual rasanya. Tapi itulah aku. Aku tidak mungkin menyalahkan Tuhan yang sudah menciptakanku sampai seperti ini.
Lalu dia.....
Bagaimana dengan kekasih jarak jauh ku itu?
Penasarankan kenapa aku bisa jatuh cinta dengannya, dan berjanji meski tak tau apa yang akan terjadi nanti, aku hanya menginginkannya menjadi ibu dari anak-anakku, sekaligus orang yang akan setia menemani hari tuaku. Munafik menurut kalian, tapi janji itu berusaha sekuat tenaga untuk tidak kuingkari.
Dia gadis yang juga cukup populer disekolah, meski dia sendiri nggak pernah sadar akan hal itu. Dibanding berinteraksi dengan orang lain, dia lebih suka membaca buku atau menulis artikel di mading sekolah. Puisi dan cerbung romantis karyanya selalu dinanti-nanti siswi bahkan siswa sekolah, cerpen yang ia tulis di majalah sekolah juga bikin majalah sekolah laku keras diborong siswi-siswi dan juga guru-guru yang masih jomblo. Bahkan aku yang menganggap kisah cinta yang ia tulis terlalu mengada-ada ini, tau benar kalau karyanya di mading terbit tiap hari sabtu jam 10 pagi.
Dia nggak suka olahraga voli dan lari, tapi dia cukup jago bermain badminton, meski selalu menolak kalau diajak untuk ikut kejuaraan.
Makanan favoritnya adalah menu yang tak bisa kumakan. Bukan soal pilihan makanannya, tapi tentang tambahan dalam makanan itu.
Cabe, cabe dan cabe. Si super pedas itu mesti selalu ada diatas meja kantin tempat duduknya. Bakso bakar super pedas, bakso cabe level 10, nasi goreng ati pedas level 10, mi ayam bakso pedas level 10. Oke, mungkin nanti, aku harus membiasakan diri beli obat sakit perut kalau sedang makan dengannya. Hal itu bahkan telah kupikirkan ketika pertama kali melihatnya makan dikantin, dan ketika itu, aku bahkan yakin belum memiliki perasaan padanya.
Kami bertemu di toko buku, dia mengambil buku diary berwarna hitam yang sedang kuincar, dan aku tidak mengatakan apa-apa saat kubiarkan saja dia mengambil buku itu. Sedangkan aku memutuskan membeli buku diary lain yang berada disitu. Sepertinya dia tidak tau kalau sudah mengambil buku dari cowok paling populer disekolah, tanpa basa basi atau menyapanya.
Lalu kenapa aku yang cowok ini malah mau menulis diary? Terserah kalau orang beranggapan nggak normal, yah, kadang cowok populer juga butuh menghilangkan suntuknya dan aku memilih cara ini.
Begitu saja. Buku itu kini tergeletak kosong dimeja kantin, dengan aku yang menatapnya bingung entah mau menulis apa. Aku malah berpikir ulang kenapa aku membeli buku itu, lupa dengan alasan konyol menghilangkan suntukku yang kemarin-kemarin.
Lalu aku melihat dia.
Dia tersenyum menikmati dunianya, ditemani mie goreng yang terlihat begitu merah diatas meja kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love (END)
Short Storyaku dan kamu adalah orang yang memiliki 180 derajat perbedaan yang berarti kita tidak akan pernah bersatu. Tapi kenapa aku jatuh cinta padamu??. Dan bagaimana bisa kau pun mencintaiku??.