Changbin menyesap kopi panasnya pelan, membiarkan aromanya yang khas masuk ke dalam paru-parunya.
Ia bisa melihat langit malam dari kaca ruang tamu dorm, memandangi langit malam yang cerah dan berbintang di atas sana. Langit yang sama dengan langit kelabu dengan awan mendung bergumul ketika ia mengantar pergi orang tua sahabatnya beberapa hari yang lalu.
Dorm mereka sepi, menyisakan ia seorang diri yang masih terjaga. Sementara tujuh tubuh lainnya rebah di ranjang masing-masing. Melepas lelah, melepas penat, melepas semua emosi.
Changbin baru saja meletakkan cangkir kopinya ke meja kaca di hadapan, ketika ia mendengar pintu masuk dorm terbuka.
"Kak?"
Panggilan itu membuat sosok yang baru saja memasuki ruang berhenti berjalan, menatap sang pemilik suara sambil mengembangkan senyumnya lebar.
"Changbin, belum tidur?"
"Dari mana saja, Kak Woojin?"
"Aku mandi dulu ya, kamu jangan lupa tidu-"
"DARI MANA SAJA, KUTANYA KAU????"
Woojin belum menyadari apa yang terjadi ketika Changbin, dari tengah ruang tamu dorm yang remang, tiba-tiba berjalan ke arahnya, lantas mencengkeram kerah kemejanya kuat-kuat.
"Aku, menunggumu, di sini, tiga hari berturut-turut, hanya karena aku ingin melakukan ini padamu."
Brukk!!!
Woojin masih belum menyadari ketika satu rasa sakit yang tajam terasa di pipi kirinya. Rasa basah di ujung bibirnyalah yang akhirnya membuat kesadarannya kembali.
"Mana, katanya janji kita akan selalu ada untuk satu sama lain. Omong kosong!"
"Changbin-"
"Dulu kamu sendiri yang bilang bahwa kita akan selalu saling mendukung. Kamu sendiri yang bilang bahwa kita akan melalui masa bahagia dan duka lara bersama, bersembilan. Mana? Mana janjimu? Kamu juga yang menyuruh kita berjanji."
Woojin bisa melihat nyeri yang terpancar dari tatapan Changbin.
Andai saja Changbin tahu, Woojin juga menyimpan nyeri jauh di dalam sana. Nyeri yang kini kian terasa perih.
"Changbin, maafkan aku."
Tangan Woojin mendorong tubuh Changbin menjauhinya, sekilas melihat tatapan menyakitkan dari mata Changbin sebelum melangkah meninggalkannya.
"Kak, kamu tidak bisa seperti ini pada kami. Coba katakan, sebenarnya ada apa?"
Woojin menghentikan langkahnya.
Menengadahkan wajahnya, seakan berusaha menahan sesuatu turun dari matanya.
"Aku kemari untuk membereskan barang-barangku, Changbin."
"Apa maksudm-"
"Aku keluar dari Stray Kids."
- A Never-Ending Story -
KAMU SEDANG MEMBACA
A Never-Ending Story (Stray Kids) ✔
Фанфик[Completed] Ada alasan di balik semua keputusan yang seseorang ambil, termasuk keputusan seseorang untuk pergi. Ini kisah tentang sembilan pemuda yang telah berjanji untuk selalu bersama, apapun rintangan yang menghadang di depan mereka. Start: 9 No...