Jeongin menyandarkan punggungnya ke dinding dance room. Keringat yang terus mengalir ia biarkan meresap pada kaos yang melekat di tubuh. Dilepaskannya napas di udara, membiarkan rasa lelahnya perlahan menguap di atas sana.
"Ada beberapa detail gerakan yang menurutku masih belum seragam, Kak." Jeongin mendengar suara Hyunjin tak jauh dari tempatnya duduk. "Terutama saat dance break. Kalau kita tidak bisa menyeragamkan bagian ini, pasti akan tampak berantakan."
"Betul." Jeongin mengenali suara Minho menyahut. "Ayo kita putar ulang video latihan tadi."
Selagi kedua temannya sibuk mengutak-atik pemutar video, Jeongin mengamati wajah kawan-kawannya. Ada satu wajah yang begitu ingin ia perhatikan, dan ia menemukan pemilik wajah itu duduk di sebelah kanannya, pun bersandar pada dinding di belakang mereka.
Jeongin bisa mengamati dengan jelas detail wajah itu. Rahangnya yang tegas, matanya yang tampak layu dengan kantung mata yang menghitam, serta luka lebam di pipi kiri.
Jeongin tahu aturan tak tertulis itu: jangan bertanya, karena yang akan ia dapatkan hanyalah dusta dari mulut kawannya itu.
Namun ia tahu, ia bebal.
"Sudah diobati?"
Suara Jeongin mengalihkan perhatian Woojin. Ia menoleh ke arah Jeongin, menemukan mata kecil Jeongin memandanginya lekat-lekat penuh atensi.
"Hm?"
Jeongin melihat mata itu, memandangnya dengan lesu. Ia masih ingat, mata itu dulu penuh dengan semangat dan antusias yang luar biasa.
Ia merasa kehilangan.
"Pipi Kakak, sudah diobati?" Jeongin baru akan menyentuh lebam di pipi kiri Woojin ketika kawannya itu menepis tangannya.
Jeongin kembali menatap mata di hadapannya. Jelas ada luka yang terlihat jelas di sana. "Maaf, aku cuma khawatir..."
"Ah, Jeongin, maaf aku tidak bermaksud kasar..."
Woojin segera meraih tangan Jeongin yang baru saja ia tepis, lantas mengusapnya pelan.
"Maafkan ak-"
"Kak," Jeongin mengulas senyum tipis di bibirnya, "aku harap, masalah apapun yang sedang Kakak hadapi sekarang, segera berakhir. Aku ingin Kak Woojin kembali tersenyum seperti biasanya."
Jeongin bisa melihat mata Woojin menatap lurus ke arahnya. Mata yang tampak layu itu mulai memerah, kilauan bagai kaca mulai tampak di antara sudut-sudutnya.
"Aku yakin, Kak Woojin punya alasan untuk setiap yang Kakak lakukan. Benar kan? Aku percaya penuh pada Kak Woojin."
"Halo, kalian berdua ngapain?" Suara teriakan Hyunjin seketika menarik atensi keduanya. "Ini videonya udah mau diputar, kalian ngegosipin apa sih?"
Jeongin terkikik, lalu dengan lengannya menarik tubuh Woojin mendekat ke arah kawan-kawannya yang ternyata sudah berkumpul sejak tadi di depan pemutar video.
Aku yakin, Kak Woojin punya alasan untuk setiap yang Kakak lakukan.
- A Never-Ending Story -
KAMU SEDANG MEMBACA
A Never-Ending Story (Stray Kids) ✔
Fanfic[Completed] Ada alasan di balik semua keputusan yang seseorang ambil, termasuk keputusan seseorang untuk pergi. Ini kisah tentang sembilan pemuda yang telah berjanji untuk selalu bersama, apapun rintangan yang menghadang di depan mereka. Start: 9 No...