𝙪𝙣𝙤

77 11 0
                                    

Aku menatap langit-langit kamarku.

Sambil mendengarkan playlist berisi lagu random yang tidak aku pilih sendiri, aku yang sedang tidak melakukan apa-apa mulai bergumam mengikutinya karena aku tidak hafal lirik dari lagu itu. Oh kekurang-kerjaan kenapa engkau mendatangiku.

"Dek!" Panggil Mamaku- sepertinya dari ruang tamu. Aku pun langsung berubah ke posisi duduk dan menyahut kembali,

"Iya, ma?"

"Ada temanmu di depan, dek. Sini lah." Jawab Mamaku.

Aku berdiri dan mulai berjalan menuju pintu kamarku untuk keluar dari ruangan ini. Walau sebenarnya aku sendiri masih tidak tahu siapa temanku yang ada di depan rumah pada saat ini.

Sesampainya aku di ruang tamu, aku melihat ke arah Mamaku lalu menyeret mataku dari Mama menuju ke laki-laki yang sedang duduk di kursi tamu saat ini. Nata pikirku langsung, setelah melihat siapa itu.

Saat ini, aku berada detengah-tengah libur panjang. Jadi sudah lumayan lama-dua minggu aja sih- waktu sejak terakhir ketemu dengan temanku satu ini.

Di atas kursi itu dia menengok ke atas untuk melihat aku karena aku sedikit-banyak :) sih sebenarnya- lebih tinggi dibandingkan dia.

Aku pun berjalan menuju kursi yang dia duduki itu lalu kami berdua melakukan handshake pertemanan kami dengan lancar, kami membuatyna tiga minggu setelah pertemuan kami yang pertama di belakang ruangan matematika itu.

Aku tidak akan pernah lupa mengenai kejadian itu, karena kejadian itu adalah alasan kenapa aku memiliki teman yang sangat baik seperti Nata.

"Mama pergi dulu ya, kalian main aja di sini nggak apa-apa kok." Lalu, Mamaku berangkat kerja. Yang berarti hanya ada aku dan Nata di ruangan- salah. Maksudku, di rumah ini.

Awalnya memang sangat canggung, tapi kecanggungannya berkurang setelah aku memulai sebuah pembicaraan tentang coklat dengannya.

Lalu tiba-tiba di tengah pembicaraan kami, dia pun tertawa kecil.

Tawa yang sampai saat ini sangat aku kagumi.

Walaupun Nata adalah seorang laki-laki seperti aku. Akan tetapi, dia sebenarnya sangat feminim. Entah kenapa tadi aku menggunakan kata sebenarnya.

Dia adalah laki-laki yang feminim adalah fakta yang bahkan orang asing bisa lihat saat bertemu dengannya. Nata tidak berlaku feminim secara sengaja dan dia tidak suka saat dipanggil feminim, akan tetapi kalau memang begitu ya mau bagaimana lagi?

"Kenapa kau tertawa?" Tanya ku dengan senyum kecil.

"Aku baru sadar bahwa topik pembicaraan kita sangat beragam dan acak," Mulainya, "tapi topik yang kita gunakan sebagai pembuka pembicaraan panjang kita selalu coklat."

Lalu dia melanjutkan tertawa kecilnya karena penemuannya itu. Aku sadar kok mengenai itu, tapi kan coklat itu enak. Tidak ada masalahnya kan. Tapi aku tidak mengatakan itu padanya, aku ingin membiarkannya tertawa sedikit lebih lama lagi.

"Kamu mau di sini sampai jam berapa, Ta?"

"Nggak tahu, sampai malam juga mamaku nggak bakal marah kok. Kan mama dan papa lagi pergi," Jawabnya. Sepertinya aku tahu pembicaraan ini bakal ke mana, "jadi aku sendiri di rumah."

"Oh. Mamaku pulang telat sih malam ini, jadi kamu bisa di sini sampai malam."

***

Ding dong

Bell pintuku berbunyi.

"Sudah sampai!" Teriakku lalu berlari ke pintu depan untuk membuka pintu. Dibalik pintu, berdiri seorang perempuan yang mengenakan baju berwarna merah dengan logo PizzaHit di depannya.

"Pesanan untuk Bu Ina?"

"Saya anaknya mbak, saya yang memesan."

Lalu dia menyerahkan pizza itu ke aku dan aku membayar untuk makanannya. Setelah mbaknya itu pergi, aku pun kembali ke dalam dan menaruh pizzanya di atas meja makan untuk aku dan Nata makan nanti.

Lalu aku kembali ke dalam kamar di mana tadi aku sedang mengajarkan cara bermain game pada Nata.

Dia sebenarnya bisa main game, tapi orang tuanya tidak membolehkannya bersenang-senang.

"Mati kau!" Teriaknya pada layar di kamarku setelah aku masuk.

Aku tahu dua kata itu tidak tertuju padaku jadi aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil terhadap kelakuannya yang tidak terlalu sering ku lihat ini, "Eh, hai. Dah balik toh, levelmu tadi itu sudah kulewati. Nih, lanjutin." Katanya sambil menyerahkan stik PlayStation nya padaku. Aku menolaknya dan menyuruh dia main lagi, jadi dia mulai bermain lagi.

"Kamu ngapain aja selama liburan ini?" Tanyanya tiba-tiba.

"Tidak banyak." Jawabku, "Beberapa kali ada cowok-cowok dari tim basket juga yang ngajak aku main di lapangan dekat sekolah lawan geng apa gitu, lalu aku juga jalan sama kakakku yang kemarin berangkat lagi ke Makassar. Selain itu sih aku nggak ngapa-ngapain lagi."

Dia membentuk mulutnya seperti 'O' lalu kembali bermain.

Aku tidak akan bosan menontonnya bermain. Masalahnya adalah aku tidak tahu yang mana yang suka kulihat, game yang dimainkannya atau Natanya sendiri yang sekali-kali tersenyum sendiri karena permainan itu.

Selain bermain game, kami juga makan ngobrol tentang sekolah, dan lain-lain. Dan akhirnya pun kami berdua tertidur di lantai kamarku saat sedang tidak melakukan apa-apa.

Yang tertidur duluan adalah Nata bukan aku. Aku waktu itu di luar ingin mengambil sesuatu, dan saat aku kembali Nata sudah tertidur di lantai. Jadi aku membaca buku di sampingnya dan akhirnya ikut tertidur.





:)

Bintang KejoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang