Kita duduk disini, di tempat biasa kita mengakhiri hari berdua.
Tapi untuk kali ini mungkin tidak?
"gue tau yeol, gue liat" ucap gue setenang mungkin sambil natap ke arah depan, gue ga mau liat muka chanyeol, tepatnya ga berani. gue takut tiba-tiba air yang ada di dalam mata gue keluar tanpa izin.
"maksud lo apa?" tanya chanyeol bingung, bisa gue liat dari sudut mata gue, chanyeol sangat bingung, dia juga genggam tangan gue.
"gue tadi ke kampus lo, ceritanya mau ngasih surprise" kata gue diakhiri dengan senyum remeh menyadari kalo gue sangat bodoh
Chanyeol paham. Dia menghela napas berat.
"maaf"
Maaf katanya
"dia wendy, temen 1 kelompok ospek gue" jelas chanyeol
"jadi ini akhirnya ya yeol?" kata gue masih natep ke depan.
Chanyeol masih diem.
Gue menghela napas berat dan coba buat ga nangis. "gue ga mau egois, gue juga ga mau tau alasan kenapa lo kaya gini, kalo emang ini pilihan lo, gue juga ga punya hak untuk ngelarang lo"
"tapi satu hal yang lo harus tau, selama delapan bulan gue sama lo, gue sangat sayang sama lo, gue tulus, gue percaya lo orang baik yeol"
Chanyeol masih setia dengerin gue, hal ini yang gue suka sama dia, dia selalu denger keluh kesah gue tanpa menyela sampe gue selesai ngomong, ahhh sudahlah.
"makasih yeol, lo orang yang bisa buat gue semangat untuk ngejalanin hari-hari yang berat setelah mama gue"
"gue sangat berterima kasih, karena lo pernah hadir di dalam kehidupan gue dan ngisi hari-hari gue yang flat"
"tapi maaf gue harus bilang saat ini gue benci sama lo, mungkin hanya saat ini, besok juga gue bakal lupa, lo tau kan gimana gue?" kali ini gue berani natep chanyeol sambil senyum. Tanganya juga masih setia genggam tangan gue.
"udah, gue cuma mau bilang itu aja"
Grepp!
Chanyeol meluk gue, otak gue ingin berontak tapi hati gue bertolak belakang sama otak gue.
"gue sadar, gue sangat sadar bahwa lo adalah orang yang berperan besar mengubah beberapa bagian dalam hidup gue dalam waktu singkat."
"tapi maaf chaeyoung gue terlalu brengsek untuk lo yang baik"
"you deserve better than me chaeng"
"gue akui, gue adalah orang yang ga tau terima kasih, gue akui"
Gue terisak. di dalam lubuk hati gue rasanya sakit banget. Gue ga nyangka kalo ini adalah akhirnya.
"terima kasih dan maaf park chaeyoung" kata chanyeol sambil ngelepas pelukan kita.
Gue menghapus air mata yang masih kesisa di mata gue dan menghela napas berat "gue duluan yeol, semoga bahagia"
Taman ini jadi saksi bahwa kita pernah bahagia sama-sama dan juga jadi saksi bahwa dua orang yang pernah punya rasa satu sama lain, sekarang perasaan itu udah gak ada mungkin?
Kalian pasti berpikir kalau gue terlalu alay, iya kan?. Tapi sayangnya memang begini faktanya, gue sakit, ada perasaan ga rela, walaupun gue sama chanyeol cuma delapan bulan. Tapi dalam waktu singkat itu gue dibuat jatuh se jatuh-jatuhnya sama seorang laki-laki dengan nama park chanyeol.
Baiklah, kalo ini adalah yang terbaik untuk kita berdua, gue ga bisa berbuat apapun lagi.
...............
Gue cepet-cepet pulang dan pingin meluk mama sambil nangis sekenceng-kenceng nya, gue yakin mama bakal ketawa karena anak yang ia bangga-banggakan lemah cuma karena diputusin cowok.
"PERGI!!"
Gue terkejut bukan main waktu buka pintu gerbang dan seketika langsung lari saat mama teriak.
Cobaan apa lagi ini ya tuhan.
Gue diem di ambang pintu dan natap seseorang yang mama teriakin tadi.
Dia jalan ke arah gue dengan mata berkaca-kaca.
Pikiran gue kosong, begitu banyak kejadian yang gue lewatin hari ini.
"chaeyoung" dia manggil nama gue.
Dia orang yang 13 tahun silam ninggalin gue dan mama sendirian.
Dia laki-laki yang sama ninggalin mama tanpa status perceraian hingga saat ini.
Dia orang yang sama yang ngajarin gue sepeda roda dua dulu.
Setelah semua yang terjadi, dia kembali lagi entah dengan tujuan apa dan mengingatkan akan luka yang gue tutup selama 13 tahun.
Gue ga bisa berpikir jernih. dibelakang, mama udah nangis. "chaeyoung, sini nak, dia orang jahat" kata mama nyuruh gue untuk tidak menggubris orang yang ada di depan gue saat ini.
Gue ingin nangis sejadi-jadinya, tapi air mata gue seolah kering.
Dia Papa, sosok ayah yang gue rindu-rindukan waktu kecil.
Tanpa aba-aba gue salim tangan papa. dia jauh lebih kurus semenjak terakhir gue liat dia "chaeyoung sama sama mama baik-baik aja pa" kata gue sesopan mungkin.
Sebesar apapun gue benci sama sosok yang ada di depan gue ini. Gue sadar, tanpa dia gue ga bakal ada.
Gue jalan ke arah mama dan meluk mama yang lagi duduk nangis di lantai "pa, chaeyoung mohon papa pergi dulu" ucap gue tanpa ngeliat lawan bicara gue.
Papa jalan keluar dengan langkah berat.
Seketika itu juga tangis mama pecah. Gue takut, badan gue gemeter, tapi masih kalah hebatnya dengan gemetarnya badan mama gue.
Gue pernah bilang kan kalo mama itu wanita kuat, dia ga pernah lemah kaya sekarang.
Matanya sembab, rambutnya udah ga karuan.Hati gue sangat sakit ngeliat mama kaya gini, lebih sakit dari putus sama chanyeol.
"mama, udah ma, chaeyoung ga tega" kata gue dengan nada bergetar.
Gue nuntun mama pelan-pelan ke kamarnya.
Gue tidurin mama dan nutupin tubuhnya pake selimut.
Badan mama panas, mungkin mama demam, gue kompres mama pake air biasa dan genggam tangan mama.Jadi ini arti dari kata mama waktu mama ngijinin gue pacaran sama chanyeol
"jangan terlalu percaya sama laki-laki, siapapun bisa jadi apapun"
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
AT Least ✔
Fanfiction[COMPLETED] Semua laki-laki yang pernah ada dalam hidup gue ditakdirkan untuk pergi. | Rose | Chanyeol | Start : 30 Oktober 2019 End : 25 November 2019 Beautiful cover by @IU_GRAPHIC An original first story by diahtantrii. ©2019 diahtantrii