10. i love you so bad

55 5 0
                                    

Chanyeol pov.

Beberapa jam yang lalu, gue berhasil buat orang sakit karena gue.

Dia orang yang sama yang ngajarin gue arti hidup dalam waktu singkat.

Gue gatau, gue bingung sama diri sendiri.

Entah kenapa gue berada di titik jenuh sama chaeyoung, gue sebenarnya mau bilang lebih awal.

Tapi gue urung niat itu, gue ga tega.

Mungkin yang chaeyoung liat itu waktu gue pelukan sama wendy.

Kalian berharap chaeyoung salah paham kan? Tapi maaf memang begitu faktanya.

Gue sama wendy belum ada status.

Gue cuma bisa bilang gue ga kuat untuk jalanin lebih lanjut sama chaeyoung, sedangkan ada wendy yang ada di dekat gue.

....................


Chaeyoung pov.

Flashback on.
13 tahun yang lalu.

"papa..." gue menghambur ke pelukan papa.

Hal yang biasa gue lakukan sejak kecil adalah nungguin papa pulang di balkon sambil mainin kura-kura gue.

"mama udah pulang?" kata papa gue

"udah, balu aja"
Papa dan mama kadang pulang malem, jadi gue ga jarang tidur duluan. Dulu gue selalu ditemenin adik dari mama gue, yang kebetulan lagi kuliah deket rumah gue, namanya daisy.

Saat itu gue belum ngerti apapun yang mama sama papa ributin

Karena suatu hari papa dan mama bertengkar hebat di ruang tamu.

"aku mau cerai!" kata papa mengakhiri pertengkaran itu.

Gue ga nyangka papa bisa semarah itu, gue ga merasa mama punya salah apapun.

saat itu gue masih kecil, gue ga bisa berbuat apapun.

"aku ga mau!" kata mama dengan nada bergetar, daritadi mama engga henti-hentinya nangis.

"maaf jihyo, aku harus pergi" putus papa.

Gue tetep diem walaupun papa udah narik kopernya keluar.
"aku akan urus suratnya, kau hanya tinggal menanda tanganinya saja"

Tapi sampai saat ini gue yakin mama belum tanda tanganin, karena suatu hari gue liat mama bakar kertas itu.

Flashback off.

Saat ini gue lagi di teras atas, ya duduk-duduk aja.

gue lupa, sekarang ga ada lagi chanyeol yang selalu nanya keadaan gue sebelum dia tidur.

Gue tarik napas sambil tutup mata.

Gue liat langit ke atas, hari ini hari yang panjang bagi gue.

Gue takjub, scenario yang tuhan buat untuk gue sangat mengesankan mungkin?

Kalo boleh jujur, gue sebenernya pingin nangis, yaa sakit aja gitu, kaya ada yang pingin di keluarin.

Untungnya besok gue dapet kelas siang, karena mungkin saat ini gue butuh istirahat atau mencari udara?.

Gue menuju kamar gue, liat sekeliling yang dipenuhi bunga mawar yang udah layu tapi masih gue simpen. Apakah gue bakal buang semua ini?

Jawabannya adalah iya, ya ngapain coba nyimpen bunga layu, kan bau.

Gue pungut semua bunga dan masukin ke trashback kecil.

Gue maunya buang di tempat sampah gede di luar, tapi terhenti karena seseorang di depan gue ini.

Ternyata papa belum pergi dari sini.

"chaeyoung, papa mau ngomong"

Gue cuma nunduk "iya ngomong aja pa."

Kita duduk di kursi panjang garasi.

Papa ga banyak berubah. Beliau selalu duduk tegak dengan kedua tanganya telungkup di kedua pahanya.

"papa tau mama ga bakal nerima papa lagi, mungkin termasuk kamu juga, papa kesini cuman pingin ngeliat kamu dan mama juga"

"papa kenapa baru dateng sekarang?"

"papa masih merasa punya tanggung jawab, walaupun surat itu sudah ditanda tangani mama."

"ja-jadi mama udah tanda tangan surat itu?" tanya gue dengan perasaan kaget.

"iya, 10 tahun yang lalu"

Gue kaget, dugaan gue salah. ternyata selama ini mereka udah sah pisah.

"maaf pa, chaeng harus bilang kalo papa jahat, apa alasan papa ceraiin mama?" kata gue agak geter, tapi gue masih bisa nahan air mata yang mungkin kalo gue kedip aja bakal keluar.

Papa menghela napas "papa merasa kita berdua sudah beda tujuan, kamu tau kan mama itu cinta sama pekerjaanya?. Mama juga keras kepala, papa ga tega kamu selalu sendiri setiap hari sama bibi daisy. Kamu butuh kasih sayang seorang ibu. Untuk itu papa serahkan hak asuh kamu ke mama."

"cuma itu?"

Papa menghela napas lagi "mungkin alasanya terdengar sangat ke-kanak-kanakan, tapi sejak papa menikah dengan mama, papa selalu bermimpi jika nantinya setelah papa pulang kerja, mama akan bawain papa kopi sambil pijit-pijit pundak dan menanyakan bagaimana hari-hari papa di kantor"
"tapi impian itu tidak pernah terlaksana."
"maaf, papa terlalu egois chaeyoung.papa sadar hal itu"

Papa ngomong panjang lebar dengan tenang tapi dengan raut muka sedih.

Gue sesak, gue peluk papa dan nangis. Gue sakit lagi.

"chaeyoung mungkin benci sama papa, tapi asal papa tau, chaeyoung juga sayang papa" kata gue sambil terisak.

"baik-baik ya sayang..kalo kamu ada masalah, cerita sama mama ya. Jangan biarin mama sendiri."

"jangan nangis, anak papa anak kuat"
"sekali lagi papa minta maaf, jaga diri baik-baik"

Selanjutnya Papa berdiri dan jalan kaki entah kemana. Gue sempetin untuk buang sampah dulu dan lari masuk ke rumah.

Saat ini gue tetep bakal dukung mama, mungkin karena satu hal lagi, papa seolah ingin mengatakan kalo gue harus jaga mama.

Gue buka pintu kamar mama, gue kompres mama dengan air baru, badan mama masih panas.

"mama, chaeyoung keluar sebentar ya, chaeyoung sayang mama, cepet sembuh" bisik gue ke mama sambil cium punggung tangan mama.

To be continue.

AT Least ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang