Hyunbin tidak langsung tidur malam itu. Dia memilih untuk berada di ruang kerjanya. Duduk dan merenung.
Ada banyak hal yang harus dipikirkannya.
Tentang kejadian akhir-akhir ini.
Tentang perasaan dan hubungannya dengan keluarganya.
Tentang masa depan.
Dan terutama tentang panggilan telepon sore tadi yang mengusiknya.
Berjam-jam dia duduk sendiri. Satu hal yang berhasil disimpulkan Hyunbin, dia tidak bisa memutuskan sendiri.
Hal ini bukan hanya mengenai dirinya. Ada orang-orang lain yang terlibat.
Saat dia melirik ke jam tangan, waktu sudah menunjukkan jam sebelas malam. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah kedua putrinya sudah tidur.
Mungkin belum. Bukankah anak muda jaman sekarang tidur sangat larut?
Mencoba keberuntungan, Hyunbin mengangkat alat komunikasinya.
🌌🌌🌌
Tak sampai lima menit kemudian Seongwoo dan Minki sudah berada di depan ayah mereka. Seongwoo yang walau terlihat mengantuk masih mencoba tersenyum. Sedangkan Minki sudah memasang sungutan di bibir, yang Hyunbin tahu pasti bukan karena merasa tidurnya terganggu.
Tapi paling tidak kedua gadis tersebut tidak melontarkan keberatan. Kelihatan mereka berdua cukup penasaran.
Atau berharap.
Kedua gadis itu berdiri bersisian sambil menatap ke arah Hyunbin.
Pria itu berdehem, sebelum mempersilakan mereka untuk duduk. "Ehem! Duduklah!"
Dalam satu gerakan yang selaras, Seongwoo dan Minki mengambil tempat duduk di depan meja kerja Hyunbin. Mereka diam menunggu sang kepala keluarga berbicara.
Hyunbin terlihat canggung, susah untuk menentukan hendak mulai dari mana.
Dia berdehem lagi.
"Ehem!" sebelum memulai percakapan. "Bagaimana hari kalian?"
Minki hanya mengangkat bahu acuh, sementara Seongwoo menjawab ragu.
"Baik? Aku rasa?" terdengar tak yakin.
"Pengaruh alat itu masih sangat kuat?" tanya Hyunbin lagi.
Kali ini Seongwoo dan Minki mengangguk bersamaan.
Untuk kesekian kalinya Hyunbin berdehem. Anggukan kepala itu membuatnya makin kebingungan untuk menyampaikan kabar yang baru diterimanya.
Jemarinya mencoba melonggarkan kerah kemeja yang tiba-tiba terasa sangat sesak. Bahkan pendingin udara berkapasitas besar sudah dipasang dalam tingkat maksimal tidak bisa meredakan tetesan keringat yang mebasahi dahi dan punggungnya.
Gugup.
Gelisah.
"Aku memiliki kabar baik." Katanya kemudian, walau nada suaranya tidak terdengar begitu gembira.
Hal itu disadari oleh kedua anak gadis itu, yang saling melirik sebelum memandang lagi lurus ke depan.
"Kabar baik apa, Papi?" Tanya Seongwoo.
Hyunbin memberi jeda sesaat.
"Profesor Jisung sudah berhasil memperbaiki Remote Hati versi 101 itu."
Dia memberikan nada menggantung di kalimatnya, menunggu reaksi yang diberikan oleh kedua gadis itu.
Aneh. Hyunbin mengira mereka akan berteriak kegirangan, melompat-lompat merayakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A MIDSUMMER NIGHT'S DREAM [END] | OngNiel - JRen - Minhyunbin (GS)
FanficProfesor Yoon Jisung baru saja menemukan penemuan yang luar biasa. Sebuah alat yang bisa membuat orang jatuh cinta seketika. Bagaimana jadinya jika alat ini berakhir di tangan seorang pemuda yang ceroboh, pelupa dan sok tahu? GS Komedi