06 : Penantian

25 8 0
                                    

Katamu, kau tidak akan lupa dengan kenangan kita. Lalu apa aku salah jika kecewa dengan hilangnya ingatanmu tentang kita?

Masih diiringi gemerisik angin malam, aku kesepian tanpa hadirmu. Diriku tidak pernah lepas dari bayangmu, tidak sedikit pun ingatan tentangmu hilang.

Memandangi kolam ikan, tempat kesukaanmu menghabiskan malam. Ketenangan yang hanya bisa dirasakan saat malam.

"Kalau saat itu aku memilih untuk mempercayaimu, apakah sekarang kau masih disini? Tetap menemani. Tidak meninggalkanku." Samar terbawa angin. Ucapan yang membuatnya terluka.

***

"Ayahanda."

"Ada apa Pangeran Lian?"

"Ayah, Anak ini telah melihat bahwa tubuh Ibunda tidak lagi di dalam gua. Apa yang dipikirkan oleh Anak benar?"

"Bagaimana menurut Pangeran Lian?"

"Anak adalah seorang Pangeran Mahkota, menggantikan Ayahanda merupakan tugas utama. Tetapi, bukankah cara ini salah? Semua ini adalah takdir!"

"Kalau begitu, katakan padaku bagaimana cara membuat Permaisuri membuka mata?" Zhao Li Hua memandang kolam ikan.

"Anak mengerti, tetapi mengapa harus menggunakan cara ini? Ayah, Ibu tidak mengharapkan ia akan hidup kembali. Daripada itu semua, tidakkah Ayah berpikir betapa kejinya wanita tidak tahu malu itu?" Zhao Lian masih menentang keputusan Zhao Li Hua.

Zhao Li Hua tidak menjawab, ia tersenyum samar akan pertentangan itu. "Ayah pikir kau sudah semakin dewasa. Namun, tahukah kau, jika dengan kembalinya Ibumu, Aku akan kembali hidup? Tahukah kau, jika hanya Ibumu yang berhak atas posisi Permaisuri dan Ibu Suri? Selir-selir lain tidak pantas menduduki posisi itu!" tegas Zhao Li Hua membuat Zhao Lian kehilangan kata-kata.

"Kenapa tidak Ayah beritahu saja yang sebenarnya?"

"Apa hanya dengan pemberitahuan saja cukup membungkam mereka? Bagaimana dengan pendukungnya? Aku, Kau, kita semua membutuhkan Permaisuri Yu, Istriku, dan Ibumu."

Seakan memiliki berjuta alasan, "Aku pun mengerti kekhawatiranmu. Apalagi tentang saudara-saudaramu. Hanya saja, ini sudah keputusanku, Kau hanya Pangeran Mahkota, tidak berhak mencampuri urusan kerajaan terlalu banyak, saat ini kedudukanmu masih sama dengan Pangeran lain, ingat itu Pangeran Lian!" ujar Zhao Li Hua membuat Zhao Lian tertunduk lesu.

"Kalau tahtaku harus diserahkan dengan saudaraku yang lain, aku akan menerimanya. Namun, aku hanya ingin negeri kita kembali seperti sebelumnya. Jika menurut Ayahanda, kembalinya Ibunda adalah cara terbaik, Anak tidak bisa menolak. Anak  berharap, Ayahanda cukup bijak dalam hal ini," ujar Zhao Lian mencairkan suasana mencengkam ini.

      "A-Lian berharap agar Ibunda baik-baik saja. A-Lian akan mencari Ibunda dan segera melepas tahta jikalau Ayahanda memang berniat menyerahkan dengan Saudara kedua."

"Anak mohon pamit, Kaisar." Zhao Lian menunduk hormat, segera meninggalkan ruangan kaisar. Zhao Li Hua memandang pintu yang menelan tubuh Zhao Lian.

Regards,

Ashira Morishima

Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang