2. Who is He?

5K 666 32
                                    

Sudah lima hari Haesoo duduk di depan televisi dengan harapan mendapat berita tentangnya. Namun, sampai detik ini ia sama sekali tak mendapatkan apa yang ia mau.

Sungguh mengherankan. Apa memang bibi dan pamannya tidak peduli padanya? Kenapa mereka tidak melapor pada polisi?

Ia memijat pelipisnya dengan lemah. Tubuhnya benar-benar lesu karena selama ini ia hanya minum air tanpa makan.

Sebenarnya, juru masak yang ada di penthouse Yuta sudah berulang kali memintanya makan. Bahkan tak jarang makanan yang disajikan adalah makanan yang ia suka. Namun, bagaimana bisa ia makan di situasi seperti ini?

Terhitung sudah lima hari pula ia tak makan. Ia selalu meminta air putih ketika Jeno ikut memaksanya makan.

Dan sampai sekarang ia tak merasakan lapar.

"Haesoo, sampai kapan kau begini?"

Suara Jeno menginterupsi kegiatannya memindah saluran televisi, mencari berita. Ia menoleh ke arah Jeno yang kini berdiri di ujung sofa. "Sampai aku menemukan apa yang aku mau."

Jeno adalah orang yang selama ini selalu menemaninya melakukan kegiatan membosankan seperti ini. Dia selalu meyakinkannya bahwa apa yang dikatakan Yuta ada benarnya.

Dan ia benci itu.

"Park Haesoo!"

Suara menggelegar yang datang dari arah pintu itu membuat baik Haesoo maupun Jeno terkejut. Yuta melangkah lebar dengan wajah yang menampakkan ketidaktenangan.

Haesoo segera mengalihkan pandangannya, melanjutkan kegiatannya mencari saluran berita. Ia tak berniat melihat wajah Yuta yang selama lima hari terakhir tidak muncul di hadapannya.

Namun, di tengah-tengah kegiatannya mengganti saluran, tiba-tiba remote di tangannya direbut. Yuta mematikan televisi di depannya dan membanting kasar remote tersebut ke lantai.

Gadis itu melotot. Baru kali ini ia melihat orang begitu mengerikan ketika sedang marah. Ia memberingsut mundur ketika Yuta melempar tatapan tajamnya padanya.

"Kenapa kau menyiksa dirimu dengan tidak makan?" tanya Yuta dengan emosi yang tertahan.

Haesoo mengalihkan pandangannya. Terlalu malas untuk berdebat karena tubuhnya benar-benar lemas.

"Park Haesoo, jawab! Lihat dirimu, kau sangat kacau, wajahmu pucat."

Nuansa hati Haesoo langsung memburuk ketika menerima teriakan dari Yuta. Ia mengacak rambutnya kasar seraya menutup matanya. Sepertinya sebentar lagi ia akan gila.

Yuta menekuk lututnya di depan Haesoo yang sedang duduk di sofa kemudian menangkap tangan yang tengah mengacak rambut itu. Tangannya merapikan rambut yang sudah berantakan itu.

"Kau seharusnya menyiksaku. Kau menculikku, itu berarti aku tidak bisa hidup dengan segala kemewahan ini, 'kan?" gumam Haesoo seraya mengamati wajah dingin Yuta.

Gerakan Yuta terhenti. Ia menatap lurus ke arah mata sembab Haesoo. Ia yakin gadis itu menangis semalaman.

Ia mendengus kemudian berdiri. Ia menoleh ke arah Jeno, mengangguk kecil seolah ada kode yang ia sampaikan pada pengawalnya itu.

Jeno kemudian berjalan cepat menuju pintu penthouse dan membukanya. Sejurus kemudian masuk lah seorang dokter dengan didampingi oleh pihak keamanan berpakaian serba hitam.

"Kau sakit karena sudah tidak makan lima hari. Kau harus diperiksa," ujar Yuta tak meninggalkan tempatnya.

"Aku tidak sakit."

MASTER OF MINE - Nakamoto Yuta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang