EPISODE 4

9.2K 520 19
                                        

Saat ini, Jimin dan kedua saudaranya masih dalam perjalanan menuju rumah sakit. Hati mereka diliputi perasaan yang campur aduk—antara harapan dan ketakutan. Ada rasa bahagia karena akan segera bertemu sang adik, namun juga terselip kecemasan mendalam atas kondisinya yang belum mereka ketahui pasti.

“Aku... aku benar-benar tidak bisa berpikir jernih sekarang. Kak, menurutmu... apakah adik kita akan baik-baik saja?” tanya Jimin lirih, sorot matanya sendu, nyaris berkaca-kaca.

Taehyung yang duduk di sampingnya mencoba menenangkan, meski hatinya sendiri pun tak kalah gundah.

“Adik kita pasti baik-baik saja, Jimin. Berpikirlah positif, ya. Kakak yakin, dia kuat... dia pasti bisa melewati ini,” ujarnya sambil menepuk bahu Jimin dengan lembut.
__

Di rumah sakit, suasana masih diliputi kecemasan. Suho dan yang lainnya duduk penuh harap di sisi ranjang Yoora. Mereka tak meminta banyak—cukup dengan melihat gadis itu membuka matanya, itu sudah lebih dari cukup bagi mereka.

Dan malam itu, doa mereka dijawab. Perlahan, kelopak mata Yoora bergerak. Pandangan matanya yang samar mulai menatap sekitar. Semua mata langsung tertuju padanya dengan wajah penuh haru dan syukur.

“Kau sudah sadar, hm?” tanya Suho lembut, suaranya bergetar menahan emosi.

Yoora yang belum sepenuhnya sadar hanya mengangguk pelan.

“Ada yang sakit? Apa kau merasa tidak nyaman?” tanyanya lagi, kini lebih cemas. Yoora kembali menggeleng perlahan.

“Kenapa kau melakukan ini, hm? Kenapa kau sembunyikan semuanya sendirian?” suara Suho merendah, nadanya penuh kekecewaan dan luka yang dalam. Yoora tersenyum samar, seolah ingin meredakan kegelisahan mereka.

“Kalian... su...dah tahu?” tanyanya pelan, nyaris berbisik.

Suho dan yang lainnya mengangguk. Ada kesedihan dan kemarahan yang saling bertaut di mata mereka.

“Sekarang kami tak akan membiarkanmu menanggung semua sendiri. Kami di sini... kami akan menjagamu. Tolong, beri tahu kami jika kau merasa tak enak, jangan sembunyikan apa pun lagi... astaga,” gumam Suho, mengusap wajahnya sendiri, frustasi.

Yoora masih tersenyum lemah. “Aku baik-baik saja. Aku hanya... tak ingin dikasihani,” ucapnya pelan namun penuh ketegasan.

Suho memandangnya dengan iba, lalu menyentuh rambutnya dan mengusap lembut. “Kau tidak sendiri lagi, Yoora. Sekarang kau punya kami. Jangan bersedih lagi, jangan menangis. Kau akan sembuh... dan kita akan hidup bahagia. Sekarang, tidurlah. Kumpulkan tenagamu, ya?”

Yoora mengangguk pelan, lalu kembali memejamkan mata. Tidurnya kini lebih tenang.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka perlahan. Tiga pria masuk dengan langkah tergesa dan wajah penuh kecemasan—mereka adalah kakak-kakak kandung Yoora.

“Sudah datang? Hanya bertiga? Di mana yang lainnya?” tanya Suho datar, sedikit dingin.

“Tak perlu tanya soal itu,” sahut Hoseok cepat, “Bagaimana keadaannya?” lanjutnya cemas, mendekati ranjang sang adik.

“Sayang...” ucap Jimin lirih, suaranya serak saat melihat wajah pucat adiknya, tubuh yang penuh kabel dan alat medis membuat dadanya sesak.

WHY DOES MY BROTHER HATE ME?  [REV] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang