Hari yang cerah di Los Angeles. Victoria mengisi waktu liburnya dengan jalan-jalan santai seorang diri di tengah kota. Ia ingat betul kapan terakhir kali menginjakkan kakinya disana, satu tahun yang lalu. Victoria kembali berkunjung ke tanah kelahirannya tersebut untuk memenuhi undangan baby shower dari sahabat karibnya.
Andaikan ia tidak dipaksa, sepertinya Victoria pun malas untuk pulang ke Los Angeles. Ia pasti lebih memilih mengurung diri di ruang kerjanya dengan menggambar berbagai desain barang untuk peluncuran koleksi musim dingin Coach. Yah, anggap saja Victoria berlibur sebentar sekaligus mengambil jatah liburnya sebelum kadaluarsa.
Pesawatnya tiba pukul sepuluh pagi. Victoria sengaja menitipkan kopernya di loker penyimpanan hotel, walaupun jam check in belum tiba. Meskipun ada rumah di LA, Victoria enggan untuk kembali kesana. Terlebih lagi ia menyembunyikan kedatangannya dari kedua orangtuanya. Kalau pulang ke rumah, Victoria jadi tidak bisa bebas.
Langkah gadis itu terhenti ketika tiba di depan gedung Capital Record. Ia melihat ada ramai-ramai serombongan gadis berkumpul di satu titik. Penasaran, Victoria jalan mendekat.
"Ah, pop up store," gumam Victoria pada diri sendiri. Ia memicingkan matanya, mencari tau lebih lanjut dengan membaca banner yang terpasang disana. "SM Entertainment?"
Wanita itu menyingkir ke pinggir ketika melihat dua orang gadis ribut berbicara tanpa mempedulikan Victoria yang mereka tabrak. Victoria membenahi kemeja off shoulder-nya yang sedikit kusut. Ia memilih mencari tempat aman dan duduk di sebuah bangku tak jauh dari sana.
Baru kali ini Victoria sengaja berhenti di tengah kerumunan untuk mengamati kegiatan para fangirl. Sejujurnya, wanita itu pun menikmati suasana ricuh yang sudah jarang ia rasakan. Kepalanya mengangguk-angguk ketika sebuah lagu dengan beat kuat terdengar, menandakan bahwa pop-up store tersebut telah resmi dibuka. Para pengunjung, yang kebanyakan cewek, menyambutnya dengan bersorak riang.
Lagu yang saat ini sedang ia dengarkan kebanyakan dibawakan dalam lirik bahasa Inggris walaupun ia dapat mendengar beberapa bagian berupa bahasa Korea. Victoria mengakui bahwa budaya KPop sudah sangat menjamur di Amerika, tak terkecuali LA. SM Entertainment adalah salah satu label musik Korea Selatan yang berhasil membawa banyak artisnya kesana.
Victoria menatap foto-foto artis yang dicetak besar di banner. Mereka semua tampan. Standar menjadi idol memang beda. Senyum sedih Victoria tercetak di wajahnya ketika melihat deretan artis tersebut. Ia tidak menyangka dulu dirinya bisa dekat deengan dunia industri musik Korea Selatan.
--
Aku memandangi Joshua dari tempat dudukku dengan pandangan memuja. Ia bersama dengan dua belas pria lainnya kini sedang memonitor hasil potongan rekaman untuk MV lagu baru mereka. Walaupun sudah lebih dari sepuluh tahun debut sebagai idol, seluruh member Seventeen tidak pernah lupa untuk memastikan bahwa mereka telah memberikan penampilan terbaik mereka.
Joshua terlihat mengelap peluh di dahinya dengan telapak tangan. Seorang stylist dengan sigap bergerak mendekat dan membersihkan keringatnya sekaligus membenahi make up. Joshua diam, membuat pekerjaan mendadani dirinya berakhir dengan cepat.
Aku tersenyum ketika melihat Joshua berjalan mendekat ke arahku. Ia ikut tersenyum, bahkan melambaikan kedua tangannya lucu.
"Minum dulu," ucapku sambil menyodorkan sebotol air mineral padanya.
"Terima kasih, sayang." Joshua langsung meneguk cepat air minumnya. Ia meletakkan botol yang isinya tinggal setengah ke meja disampingnya. "Maaf ya. Kau pasti bosan hanya dengan menonton kami saja. Syuting pun masih lama berlanjut."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] In The End of The Day
Romance[COMPLETE] [SVT FF Series] --- Menjadi member terakhir Seventeen yang memiliki kisah asmara di dalam hidupnya tak membuat seorang Hong Jisoo minder. Perlahan tapi pasti, ia menemukan wanita pujaannya. Semuanya berjalan dengan lancar. Bahkan hanya de...