Epilog, Josh

283 16 0
                                    

To: Joshua Hong, 37 tahun

From: Joshua Hong, 32 tahun

Annyeong, Jisoo-ya! Kau baik-baik saja? Kuharap begitu.

Aku menulis surat untukmu karena entah mengapa ide ini terpikir begitu saja di detik-detik menuju hari H pernikahan. Ya, kau kini sudah menikah, dengan wanita yang kau pilih sendiri, wanita yang kau cintai sepenuh hati. Semoga sudah ada Josh junior juga saat kau sedang membaca surat ini, haha

Tiga bulan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, akhirnya kau berani melamarnya! Benar-benar usaha tak terduga dan ternekat yang pernah kulakukan sepanjang hidup hingga umur 32 tahun ini. Tuhan, semoga aku tidak dicap sebagai anak durhaka karena ini pertama kalinya aku menentang keinginan ibuku untuk tidak menikahinya. Semoga aku memilih jalan yang tepat dengan memilih Vic sebagai penyempurna hidupku.

Banyak orang yang beranggapan bahwa kau terlalu terburu-buru dalam mengambil langkah. Vic pun pada awalnya merasa keberatan dengan ajakanmu untuk berumah tangga. Yah, aku tidak menyalahkannya. Vic adalah gadis mandiri yang mementingkan kariernya. Dia juga terlihat apatis mendengar kata "pernikahan" karena kisah kehidupannya tidak terlalu manis di dalam keluarga.

Kau cukup bersyukur ketika dia tidak menghindarimu setelah mendengar kalimat "Will you marry me?" keluar dari bibirmu pada malam itu. Padahal kau sudah menyiapkan acara lamaran dengan sempurna. Candle light dinner, menyanyikan lagu dengan iringan gitar, diakhiri dengan berlutut sembari menyodorkan kotak beludru terbuka yang menampakkan cincin bertahtakan berlian. Kau sangat yakin cincin itu akan tampak manis di jemari lentiknya.

Tapi Vic hanya diam, tidak ada senyum. Kukira kau berhasil membuatnya diam saking terkejutnya. Ternyata gadis itu justru pamit ke kamar mandi, meninggalkanmu terdiam sendirian selama tiga puluh menit lamanya. Kau bahkan hampir nangis, merasa tertolak, jika saja Vic tidak segera muncul dan memelukmu tiba-tiba dari belakang.

"Mau jalan-jalan ke Times Square?" tanyanya sambil tersenyum manis.

Kalian akhirnya berjalan bersisian, saling menautkan jemari tangan. Sengaja ia melambatkan langkahnya, bertingkah seperti turis di negara yang sudah ia kenal akrab.

"Why?" Akhirnya pertanyaan itu lepas dari bibirnya setelah sekian lama kalian hanya jalan dalam diam. Tanpa perlu diperjelas lagi, kau tahu apa yang ia maksud.

Kau menghentikan langkah. Kalian berdiri saling berhadapan, di tengah kerumunan massa yang berlalu lalang tanpa mempedulikan sekitar. Kau berusaha menyelami isi pikirannya dengan mengamati kedua netra hijau miliknya.

Perlu kau ketahui, kau sangat lancar berbicara saat itu. Hingga kini aku takjub dengan kemampuan bicaramu.

Kau bilang, kau ingin menjaganya. Kau yakin bahwa dirinya adalah belahan jiwamu, yang memang diciptakan untuk melengkapi hidupmu. Kau menemukan arti kasih sayang darinya. Kau tidak ingin bermain lama-lama dengan hubungan kalian. Kau bilang, kau akan membahagiakan Vic, membuat dirinya mengerti bahwa ia berhak memiliki kebahagiaan dalam hidupnya dengan kata "keluarga".

Vic masih diam. Gadis itu menunduk dalam-dalam. Jemarinya yang masih berada dalam genggaman tanganmu, kau rasakan bergetar. Ah, dia benar-benar merasa takut. Gadis itu menanggapi dengan suara lirih. Katanya, ia tidak siap untuk menghadapi kegagalan dalam berumah tangga.

Saat mendengar hal itu, hatimu sangat hancur. Kau menarik tubuh semampainya dan memeluknya dengan hati-hati. Kau membisikkan padanya bahwa kau berjanji tidak akan mengacaukan semuanya. Kau membebaskan gadis itu untuk memilih.

Singkat cerita, kau kembali ke Seoul, Vic tetap di NY. Selama seminggu, kau tidak mendengar kabar darinya. Kau hampir putus harapan. Mengira bahwa kau tidak akan pernah lagi berjumpa dengan gadis itu.

Ternyata tebakanmu saat itu salah, Jisoo-ya. Tepat seminggu, pada hari Sabtu, kau mendapati seorang gadis dengan tampilan modis musim semi berdiri di depan pintu apartemenmu. Rambut pendek pirangnya, tubuh tinggi semampainya, cara berdirinya. Kau tidak percaya bahwa Vic menyusulmu ke Seoul tanpa pemberitahuan!

And... finally, she said yes. Dengan beberapa kondisi: 1. dia masih butuh belajar banyak sebagai istri yang baik, jadi dia ingin hanya ada kalian berdua dulu di tahun pertama pernikahan. Tidak ada baby. 2. Ia tidak ingin upacara pernikahan yang besar. Bahkan katanya, cukup dengan saling mengucapkan janji suci di gereja, tanpa perlu ramai-ramai. Sepertinya dia mengerti bahwa Ibu tidak setuju dengan pernikahan ini. 3. Ia ingin tetap tinggal di NY. Kehidupannya ada disana.

Jisoo-ya... menceritakan kejadian itu dalam bentuk tulisan, membuatnya seolah sudah berlangsung lama sekali. Padahal itu baru terjadi satu bulan yang lalu.

Besok, hari sakral itu akan terjadi. Aku benar-benar gugup sekaligus senang. Bahkan aku mengusulkan padanya untuk membuat surat seperti ini. Kau tahu bagaimana reaksinya? She refused. Tapi aku berhasil memaksanya, haha. Vic memang benci hal-hal cringe seperti ini.

Hei, diriku yang lebih tua lima tahun. Selamat ya, besok kau akan menjadi laki-laki paling bahagia abad ini. Haha, okay aku berlebihan.

Dengan surat ini, kuharap kau bisa memenuhi janji-janjimu pada Vic. Jangan pernah sekalipun membuatnya menangis. Jika kau merasakan kejenuhan dalam berumah tangga, tolong ingat masa-masa indah ini dengan baik. Jangan menyia-nyiakan gadis itu untuk apapun. Dia adalah duniamu.

Mungkin, kekhawatiran Vic ada benarnya. Pernikahan adalah awal dari kehidupan baru kalian. Sebagai suami yang baik, kau harus bisa mengambil keputusan yang terbaik. Jangan plin-plan, atau kau akan kehilangan semuanya. Kau harus selalu berada di sisinya, dalam keadaan baik maupun susah.

Sebelum pernikahan pun, sudah banyak masalah yang kalian hadapi. Kalian berdua pasti bisa mengatasinya bersama, asalkan jangan sampai kehilangan kepercayaan terhadap satu sama lain.

Why do you love her? Because she is Victoria White.

Haha, aku geli sendiri, tapi itu memang benar adanya. Vic pasti akan meledekmu habis-habisan jika membaca kalimat di atas.

Ah, hari sudah semakin larut. Aku tidak yakin apa aku bisa tidur nyenyak malam ini. Tapi aku akan mencobanya. Debaran jantung ini pasti karena rasa gugup dan senang bercampur jadi satu.

Semoga Joshua Hong dan Victoria White hidup sehat dan bahagia bersama hingga hari tua. Eh, dia sudah menjadi Mrs. Hong saat kau membaca surat ini. Hm, sejujurnya aku bingung juga apakah dia akan mengganti nama marganya. Ada perbedaan budaya antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Ya ampun, aku terlalu banyak menulis. Aku memang tidak bisa menghentikan diri juga sudah membahas Vic, hehe.

Selamat menjalani kehidupan bahagia kalian!

Note: apakah Vic masih tidak bisa memasak? Haha

New York, June 30th, 2027

Gentleman Joshua

[SVT FF Series] In The End of The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang