Pagi ini sebelum aku berangkat sekolah, aku menyempatkan diriku untuk mencuci baju baju ku yang kotor, aku tidak lagi berani menyuruh Bi Ami, pembantu rumah ini, untuk melakukan pekerjaanku.
Pernah sekali waktu itu tak sengaja aku mendapati Bi Ami yang telah mencuci semua baju kotor ku, aku kena semprot dari Bunda, dan berakhir dengan ia yang memarahi Bi Ami dan melarangnya untuk mencuci pakaianku lagi. Hingga kini aku selalu mencuci pakaianku tanpa mesin cuci, melainkan tanganku sendiri.
Aku kira waktu itu sebagai hukuman atas kejadian dua tahun lalu, namun aku salah hal itu berlaku sampai sekarang.
Setelah selesai kini aku tengah bersiap siap untuk pergi, dan dengan dua kotak bekal yang telah disiapkan oleh Bi Ami, pesananku ketika tadi aku berpapasan dengannya saat menjemur pakaian.
Kenapa dua? Satu berisi roti untuk sarapan dan istirahat dan satunya lagi nasi goreng untuk pulang nanti sebelum aku berangkat kerja. Hari ini aku tidak sarapan bareng mereka.
Dan ya, aku kini berkerja paruh waktu untuk menambah bekal dan keperluanku selama sekolah.
Ayah masih suka rela memberikan uang jajan, hanya saja jumlahnya tidak seberapa dibandingkan sewaktu dulu, bahkan uang jajanku lebih besar sewaktu aku masih sekolah dasar.
Ketika masih SD aku dikasih dua puluh ribu, ditambah ketika pulang sekolah aku selalu diajak mainbersama adik oleh bunda atau abangku yang dimana mereka memberi aku jajanan kembali bahkan lebih besar jumlahnya.
Namun sekarang, ayah hanya memberiku uang seratus ribu untik satu minggu, dimana masa masa ini banyak sekali kegiatan yang membutuhkan biaya tidak sedikit, apalagi aku yang setiap harinya pulang dan pergi memakai angkot. Makan dikantin pun aku sangat jarang.
Sering kali aku ingin merasakan seperti teman temanku yang bisa hangout keluar, namun nyatanya aku harus mengubur harapan itu, kini waktuku hanya untuk sekolah dan bekerja.
Ketika aku sedang menunggu sebuah angkot, tiba tiba ada sebuah motor yang tiba tiba berhenti didepanku, tanpa bertanyapun aku tahu siapa dia. Cowok hits seantero sekolah, cowok dingin dan juga sesorang yang selama ini aku sukai, namun tidak ada yang mengetahuinya kecuali... Abangku.
Dia temanku sewaktu SMP kelas delapan dan entah kebetulan atau bagaimana aku bisa satu SMA dengannya.
"Naik" ajaknya. Karena takutnya aku kegeeran aku melihat kanan kiriku untuk memastikan apakah ada seseorang selain ku disini. Namun nihik, hanya aku yang berada ditrotoar ini.
"Kamu... ngomong ke aku?" Tanyaku namun tak ada sahutan darinya.
"Naik" ajaknya sekali lagi
"E-emang boleh?" ia balik menatapku tajam
Bodoh! Itulah yang bisa aku gambarkan dalam diriku, saking gugupnya aku bertanya hal yang tak penting, jika ia mengajak itu artinya aku boleh menumpangi motornya.
"Oh-okey" Aku pun naiki motornya dan ia pun segera melajukannya menuju sekolah.
Ditengah perjalanan aku menatap punggung kokoh itu, sesekali aku melirik cowok itu melalui kaca spion, saat aku kepergok aku langsung mengalihkan pandanganku dari kaca itu, pipiku memanas menahan malu, ia pun memiringkan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QISHA
Teen FictionQISHA harus menerima kenyataan ketika semua orang termasuk keluarganya membenci kehadirannya setelah kejadian beberapa tahun silam. Kejadian dimana sosok Abangnya harus pergi meninggalkan Qisha setelah ia berhasil menyelamatkan nyawa sang Adik. Nyaw...