Part 4

119 64 11
                                    

Aku terbangun dalam keadaan seperti terhanyut didalam sebuah pulau, terasa kaku, apalagi mataku yang sedikit sulit dibuka.

Nafasku terasa begitu hangat, sudah dipastikan bahwa aku sedang sakit akibat hujan tadi malam.

Mataharipun telah naik, bukan pagi lagi jika seperti ini

Aku menyimpan foto yang ku genggam semalam dan berjalan gontai menuju kamar mandi dan mencuci wajahku yang ternyata terlihat pucat

Huh

Dulu ketika keadaanku sakit seperti ini ada sedikit rasa bahagia karena aku akan berada dirumah tanpa harus pergi kesekolah bahkan aku akan ditemani oleh dua pangeran rumah ini sepanjang hari.

Mengingat hal itu membuatku tersenyum, ada sesercah harapan dalam hatiku, namun raut wajahku kembali berubah saat kembali teringat sesuatu yang membuat dadaku sesak.

Aku kembali menuju tempat tidurku, rasanya aku begitu lemas.

-----

BRUMM

BRUMM

Suara bising itu mengusik tidurku, dengan terpaksa aku terbangun, namun ketika aku mencoba untuk terduduk kepalaku terasa begitu pusing dan sakit bahkan panas dibadanku pun semakin menjadi.

Pukul Dua siang, ternyata aku tertidur begitu lama, pantas saja aku merasa lemas saat mengingat dari kemarin siang aku belum makan.

Aku mencoba berjalan menuju pintu, ingin mengambil air kedapur.

Cklek

Saat itu juga mataku fokus kedepan dengan tatapan binar bahagia. Seseorang berdiri tegak didepanku dengan pandangan yang sulit diartikan, kecewa, benci, atau... rindu. Entahlah kata terakhir hanya harapanku.

Saat tersadar dengan lamunanku yang ternyata ia pun melangkah pergi tanpa sepatah katapun.

Senyuman yang terbit dibibirku pun menghilang begitu saja dengan mataku yang tak lepas dari segala pergerakannya hingga yang aku temukan ia duduk dikursi keluarga tepat berada disamping kamarku dan Zidan

Tak berselang lama pintu kamar Zidan terbuka, nampaklah Zidan disana dengan menatapku sekilas dan berlalu begitu saja menghampiri Arzan

Melihat hal itu, membuatku mengurungkan niat untuk pergi kedapur, apalagi berjalan melewati tangga dengan keadaan lemas seperti ini.

Kembali ku menutup pintu namun tidak untuk ketempat tidur saat sekilas ku dengar suara obrolan seseorang.

"Gimana?" tanya Arzan

"Apanya?"

"Kakak lo?"

"...."

Tak ada sahutan, hingga satu kalimat terlontarkan dengan mudahnya

"Gue udah gak punya kakak" ujar Zidan dengan tegas

"Qisha?"

Cukup lama aku menunggu jawaban dari Zidan, hingga satu kata yang membuat terdiam tak bisa berkutik

QISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang