"Kalau nggak jutek lo itu manis" langkah kaki Shella terhenti, baru sampai dikoridor lantai dua padahal tujuannya adalah keperpustakaan lantai tiga disamping laboratorium. Sejenak Shella terdiam tanpa bicara, tetapi sangsi sendiri untuk menoleh kebelakang. Sedetik kemudian dengan memutar bola mata, Shella melajukan kakinya lagi.
"Tapi sayangnya jutek" ucap itu kemudian, tanpa sadar kembali membuat Shella berhenti. Dia berbalik badan, melotot, terlebih buku fisika dipelukannya mengerat karena jengkel.
Ditatapnya sosok itu tajam, penuh peringatan dan jari telunjuk kanan yang teracung, "LO!. DIEM!" Tapi ternyata kalimat bernada seru itu tidak membuat Marvel yang sedang mengunyah permen karet menyesal. Lelaki itu menggeleng pelan, membuat balon dari permen karet lantas tersenyum miris.
"Jutek, kasar, galak. Paket komplit dari daftar eliminasi cewek baik"
Segala setan jahat sudah mengelilingi Shella, bertengkar memperpanas keadaan. Cewek itu siap sedia hendak meledak, namun terurung sekejap saat Marvel tiba tiba berjongkok didepan kakinya.
Shella mematung, menahan napas.
Marvel mendongak, matanya meyipit, "Tali sepatu lo kebuka, untung gue baik, nggak akan ada acara jatoh jatohan deh apalagi bikin lo malu kuadrat haha" setelah itu Marvel tertawa. Saat menunduk Shella bahkan bisa melihat tawa lebar cowok itu, yang semakin menambah kadar ketampannannya.
"Gue tau gue cakep, terpesona heh?" Mendapat ledekan itu kontan Shella mundur selangkah. Karena tidak terima dia memukul kepala Marvel dengan buku fisikanya sekali hentak hingga menimbulkan bunyi plak yang keras. Marvel meringis.
"Jaga ya ucapan lo!. Nggak berfaedah banget!" Setelah Marvel berhasil beranjak sembari mengusap ubun ubun kepalanya, Shella sudah lebih dulu angkat kaki dari tempatnya diiringi bibir berkomat kamit dengan gerutuan kesalnya.
Seolah tidak jera, Marvel malah meloncat cepat, berposisi berjalan disamping dengan Shella.
"Untungnya si lo itu bukan ibu ketos, bisa ancur ni sekolah, ck, lagian jadi bendahara aja udah ancur gini apalagi ketos, kan?" Ucap Marvel sembari melirik Shella. Sedikit heran setelah ucapannya itu keluar yang dia lihat bukan lagi ekspresi marah diwajah cewek itu, tetapi wajah sedih, murung.
Marvel berdehem sejenak untuk menyenangkan suasana, tetapi malah membuatnya hampir menelan bulat bulat gumpalan peremen karet yang sudah tidak berasa itu.
"Uhuk...." hal itu membuat Shella menoleh, berdecak lidah. Jijik sendiri dengan apa yang dia lihat. Bagaimana tidak?, Marvel baru saja mengelurkan permen karet itu karena terbatuk lalu malah memasukannya lagi, mengunyahnya seolah tidak terjadi apa apa.
Sadar diperhatikan Shella, cowok itu menengok. Tatapannya mereka beradu, "Apa?" Tanyanya polos.
Shella melotot, bergidik geli, "iblis!" Lalu berjalan cepat setelah menghentakan kaki kesal. Marvel tersenyum miring, tidak menyerah berupaya untuk mengikuti Shella.
"Bukannya sebutan itu pantes buat lo?. Si iblis betina Yulisthira?" jelas Marvel seraya memiringkan wajah, ingin melihat lebih jelas ekspresi Shella. Saat wajah mungil itu beralih dari sedih ke merah padam, Marvel tersenyum puas. Sebenarnya Marvel merasa tidak tega melihat ekspresi sedih cewek itu. Bukankah lebih baik memasang tampang garang andalannnya saja?.
Shella tidak tahan. Tidak bisa lagi mengontrol kesabarannya. Dia tiba tiba berhenti dan refleks Marvel mengikutinya.
"CUKUP!, SATU HARI NGGAK GANGGU GUE BISA NGGAK?. SENENG BANGET YA LO BIKIN GUE KAYA IBLIS BENERAN?!. DASAR VEL-AN!" jeritan nyaring itu diakhiri jambakan dirambut Marvel. Shella benar benar memeragakan seperti apa iblis ngamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE MARVEL
Teen FictionMarvel laki-laki yang baru saja menginjak kelas 11 di SMA YULISTHIRA yang memiliki kepribadian keras, tangguh dan penuh bertanggungjawab Siapa yang mengusik miliknya maka akan berurusan dengannya Berbeda dengan Shella - Cucu kepala sekolah. Perempu...