Bab 7 - Perasaan Nanda

143 6 0
                                    

Happy reading...

Seperti biasa Nanda selalu bangun pagi. Cuma di hari-hari tertentu dia akan bangun siang.

Nanda mengecek ponselnya. Mau ada notif atau tidak ada Nanda akan selalu mengecek ponselnya setiap pagi.

Nanda menatap notif  Line. Alfa meng-add-nya. Senyum terbit di bibir merah jambu alaminya.

Done

NandaAnya : udh

Nanda berlari kedalam kamar mandi. Tak berapa lama dia keluar dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Nanda duduk di depan meja rias dia mengoleskan sedikit makeup di wajahnya. Nanda mengambil ikat rambut di dalam laci meja riasnya.

Dia sedang malas menggeraikan rambutnya jadi lebih baik dia menguncinya seperti ekor kuda dari pada nanti berantakan dan ganggu pas pelajaran.

Nanda mengambil ponselnya yang ada di atas kasur.

AlfariziKinza : jgn pergi sekolah dulu. Gue jmpt kermh lo.

Nanda menatap ponselnya tidak percaya. Dia meloncat-loncat kegirangan. Mimpi apa dia semalam tadi pagi ada notif Alfa meng-add dirinya sekarang mengajak berangkat sekolah bareng.

"Lo kenapa loncat-loncat kek begitu?" Tanya Ervan tiba-tiba.

Dengan refleks dia menengok kearah abangnya berdiri dengan mendekap ponselnya di dada.

"A-abang ngapain?" Tanya Nanda gugup.

"Di tanya lo kenapa loncat-loncat gitu menang lotre?" Tanya Ervan.

"Lotre apa bang?" Tanya Nanda polos.

"Cepetan kebawah. Di tungguin juga." Ucap Ervan.

"Sama siapa?" Tanya Nanda bingung.

"Sama bunda sama Ayah sama bang Arvind dan sama gue." Kesal Ervan. Nanda hanya cengengesan dia mengambil tasnya yang ada di atas meja belajar lalu keluar kamar.

Nanda menggandeng tangan Ervan menuju ruang makan. Ternyata benar mereka sudah siap untuk sarapan. Fagan-ayah- memang menerapkan peraturan jangan makan duluan sebelum keluarga lengkap.

Jadi Mereka baru bisa makan kalau anggota keluarga sudah lengkap.  Nanda sarapan dengan lahap tidak mendengarkan ocehan kedua abangnya yang terus menggodanya.

"Neng Nanda, ada temen di depan." Ucap Mbok Asih yang bekerja sebagai pekerja rumah.

"Siapa Mbok?" Tanya Nanda.

"Mbok juga gak tau neng." Ucapnya.

Nanda mengangguk, dia menyudahi sarapannya dan pamit pada bunda dan Ayah. Ervan dan Arvind menatap kepergian adiknya Dengan penasaran.

Nanda membuka pintu rumah. Nanda melihat mobil hitam yang terparkir di depan gerbang rumahnya.

"Ayo. Nanti kita telat." Titah Alfa.

Nanda menutup pintu lalu berjalan kearah mobil Alfa. Baru juga Nanda ingin membuka pintu di samping kemudi tapi tiba-tiba ada seorang gadis yang sedang tersenyum padanya.

"Lo di belakang yaa."

Nanda hanya mengangguk. Nanda duduk di kursi belakang bagian tengah agar bisa melihat jalan kota Jakarta dari depan. Nanda melipat kedua tangannya di atas perut sambil memajukan bibirnya.

Alfa melirik kaca belakang. Dia melihat Nanda yang sepertinya bosan atau kesal. Entah lah. Tapi sepetinya dua-dua nya soalnya dari tadi Nanda tidak membuka suara hanya suara dari Clara yang ia dengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alfa (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang