BAGIAN 7

820 30 0
                                    

Sepertinya tidak ada yang dapat dilakukan Pendekar Rajawali Sakti untuk menyelesaikan kemelut yang terjadi di Desa Kali Wungu. Semua persoalan itu hanya bersifat pribadi dan terbatas pada lingkungan keluarga saja.  Tanpa melibatkan seorang penduduk pun yang tidak tahu menahu. Kalaupun pun ada penduduk yang terbunuh, itu dilakukan Nurmi karena terpaksa. Salah seorang penduduk waktu itu tanpa sengaja melihat wajahnya saat wanita itu membuka tudung. Nurmi, tidak ingin dirinya diketahui sebelum kehancuran keluarganya.
Hanya satu yang tidak bisa dimengerti Rangga, yakni jalan pikiran Nurmi yang dianggapnya tidak waras. Membunuh suaminya sendiri dan menteror kehidupan keluarga ayahnya. Padahal wanita itu tidak ingin mencelakakan ayahnya sendiri. Yang ingin dibunuh hanya Ki Murad agar terpisah untuk selama-selamanya dari Ki Danupaya. Tidak ada maksud lain lagi.
"Kau masih belum percaya kalau bukan aku yang membunuh Wiraguna, Rangga?" ucap Nurmi sambil memain-mainkan kakinya ke dalam sungai.
"Kalau bukan kau, lalu siapa?" tanya Rangga yang berdiri membelakangi wanita itu.
"Adikku," sahut Nurmi.
"Adikmu...?" Rangga terkejut tidak percaya.
"Benar. Aku memintanya datang tepat pada tengah malam pesta pernikahanku. Sengaja tidak kukunci jendela agar adikku mudah masuk ke dalam kamar dan membunuh Wiraguna, lalu pura-pura menculik ku," jelas Nurmi.
"Kenapa dia lakukan itu?" tanya Rangga seraya membalikkan tubuhnya menghadap Nurmi.
"Wiraguna telah mengecewakannya. Adikku telah direnggut kehormatannya dan ditinggalkan begitu saja. Bajingan itu memang mata keranjang. Sudah banyak gadis yang terpedaya dan terenggut kehormatannya." "Lantas kenapa kau rela dinikahkan?"
"Hanya itu jalan satu-satunya. Aku rela berkorban asal musuh besar keluargaku musnah. Sudah lama Ki Murad hendak menghancurkan keluargaku, dan setelah sahabatnya bisa menikahi ibuku barulah dilancarkan aksinya."
"Kenapa dia menginginkan kehancuran keluarga mu?" tanya Rangga terus menyelidik dan membuat Nurmi mengatakan terus terang apa adanya dan tanpa ditutup-tutupi.
"Persoalan lama. Dia selalu kalah dalam mendapatkan pengaruh dan kekuasaan. Oleh sebab itu dia sengaja bekerja sama dengan ayahku sebelum menikahi ibuku. Mereka ingin menggunakan harta kekayaan keluargaku untuk ambisi pribadinya yang gila," jelas Nurmi.
"Apa tujuannya?" tanya Rangga ingin tahu.
"Merebut kadipaten."
"Edan!" desis Rangga agak kaget juga mendengarnya.
Beberapa saat lamanya mereka terdiam membisu, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sementara itu matahari terus merayap menggulir ke arah barat. Sinarnya yang semula terik, kini terasa lembut menyapu kulit. Angin mulai menghembus kencang menaburkan hawa dingin menggigilkan tulang. Nurmi mengangkat kakinya keluar dari dalam sungai, lalu melompat ringan ke tepi sungai kecil ini.
"Nurmi, di mana adikmu sekarang?'' tanya Rangga.
"Di Pertapaan Jati Wangi," sahut Nurmi. "Aku memintanya untuk tidak terus terlibat, biar semuanya ku tanggung sendiri. Harus ada satu orang yang nantinya bisa mewarisi kejayaan keluarga. Aku merasa kalau semua yang kulakukan sangat berbahaya, bahkan nyawa taruhannya. Dan mungkin juga tidak bisa mencegah darah ayah melumuri tanganku."
"Kenapa? Toh dia ayahmu juga, bukan?"
"Dia yang membunuh ibuku!"
"Oh...!" lagi-lagi Rangga terkejut.
Sungguh mati Rangga tidak menyangka kalau semua persoalannya begitu banyak kaitannya. Bahkan persoalan yang sudah berjalan entah berapa tahun. Yang pasti, sebelum Nurmi lahir ke dunia ini.
Rasa iba mulai menjalar di hati Pendekar Rajawali Sakti itu, setelah mengetahui beban penderitaan wanita ini. Masih terlalu muda bagi Nurmi untuk menanggung semua itu. Tidak heran kalau wanita itu tekun mempelajari ilmu olah kanuragan dan kesaktian tanpa setahu ayahnya. Rupanya dendam sudah membara di hatinya sejak melihat sendiri pembunuhan yang dilakukan ayahnya terhadap ibunya. Terlebih lagi setelah mengetahui maksud-maksud buruk yang tersirat di benak Ki Danupaya dan Ki Murad. Dan dendam yang terpendam tahunan itu rupanya meledak juga.
"Sekarang kau sudah mengetahui semua permasalahannya, Rangga. Kuminta jangan melibatkan diri dalam persoalan ini," kata Nurmi setelah cukup lama berdiam diri.
"Memang tidak ada perlunya mencampuri urusan mu, Nurmi. Tapi kau akan berhadapan dengan Dewi Iblis, bibimu sendiri," sahut Rangga bernada sedikit menyesal.
"Seharusnya tidak perlu melibatkan dia, Rangga," Nurmi juga menyesali.
"Maaf aku terlalu gegabah, percaya saja terhadap cerita Ki Murad," ucap Rangga menyesal.
"Yaaah..., aku harap Bibi Dewi tidak sempat bertemu denganku sebelum Ki Murad tewas. Aku akan menyerahkan diri padanya nanti," desah Nurmi.
"Kenapa?"
"Aku telah melanggar pesannya untuk tidak mengeluarkan ilmu yang diajarkan. Aku terpaksa, Rangga. Akibatnya Ki Murad mengetahui."
"Sudahlah Nurmi. Akan kujelaskan nanti pada Dewi Iblis," janji Rangga.
"Mudah-mudahan Bibi Dewi mau mengerti."
"Ya," desah Rangga pendek.

30. Pendekar Rajawali Sakti : Warisan BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang