Bonus Chapter : Sumi x Kawaki

2K 51 0
                                    

Flashback

"Kau baik-baik saja kan,kawaki?"tanya sumi."Iya,aku baik-baik saja.Lain kali suruh temanmu itu untuk belajar lebih sopan padaku"jawab dan pinta kawaki.Sumi hanya mengangguk.

"Tapi,apakah kau masih mencintaiku?"tanya kawaki mengganti topik pembicaraan."Tentu saja,aku kan adalah kekasihmu"jawab sumi.Namun kawaki tak begitu yakin dengan perasaan sumi.Sebenarnya kawaki sendiri juga tidak menyukai sumi.

"Sumi"panggil kawaki."iya"jawab sumi."kenapa kau mau menjadi kekasihku walaupun aku tidak menyukaimu sama sekali?"tanya kawaki."A-apa m-maksudmu?"tanya sumi."jawab saja"pinta kawaki."karena aku takut"jawab sumi.

"Hanya begitu saja,baiklah.Kita akhiri saja hubungan ini.Lagipula aku memilihmu sebagai kekasihku hanya untuk membuat namida cemburu dan untuk mengetahui semua tentang sarada"ujar kawaki.Semua kalimat itu seakan menusuk-nusuk hatinya yang sangat lemah."Jadi kau menyukai sarada?"tanya sumi."Iya,Jika kau mau,kau boleh membantuku untuk mendapatkannya"jawab kawaki."Akan kupikirkan baik-baik"ujar sumi.Kawaki mengangguk.

.

.

"Jadi bagaimana rencanamu, Sumi?"tanya Kawaki. Entah mengapa, Sumi merasa sesak. Dia tak pernah merasakan sakit yang seperti ini. Ia benar-benar takut. Air matanya ingin segera keluar begitu saja. Matanya berkaca-kaca.

Kawaki yang melihat mata Sumi yang berkaca-kaca dan mulai terisak langsung kebingungan sekaligus khawatir. "K-kau menangis?"

"Astaga..aku tidak bisa melihatmu menangis seperti ini, Sumi" ujar Kawaki yang akan memeluk Sumi. Bukannya menerima pelukan Kawaki, Sumi malah menepisnya sambil menatap tajam Kawaki.

"Jangan menyentuhku! Pergi! Aku muak melihat wajahmu!"bentak Sumi. Kawaki memundurkan langkahnya takut. Ia tak pernah tau bahwa Sumi bisa jadi menakutkan seperti ini. Namun ia harus melawan ketakutannya untuk menenangkan gadis yang sudah membuat harinya berwarna.

Rasanya sepertu tertusuk belati ketika melihat gadis yang membuatnya bahagia dan ingin ia lindungi hancur di hadapannya. Dan itu karenanya.

Kawaki benar-benar ingin mati saja ketika air mata Sumi mulai mengalir deras. Seolah ia adalah lelaki brengsek yang menyakiti kekasihnya. Oh? Bukankah benar begitu.

Grep.

Sumi membulatkan matanya sambil terisak. Ia berusaha mendorong Kawaki untuk melepaskan pelukannya.

"Hikss..ja-jangan..peluk aku..hiks..peluk saja..sa-sarada..hikss"ujar Sumi di tengah isakannya. Kawaki justru mengeratkan pelukannya sambil terkekeh. "Apa kau cemburu? Hm?"

Sumi refleks mendorong Kawaki dan mengalihkan pandangannya. Pipinya sudah dihiasi rona merah sekarang. "Jangan menggodaku, brengsek! Jangan temui aku lagi!"bentak Sumi seraya meninggalkan kafe tempat mereka bertemu tadi.

"Astaga, beneran pengen gue culik dianya"gumam Kawaki sambil ikut meninggalkan kafe.

"Huwaaaa..aku pulangnya gimana?! Hikss.." Sumi merutuki kebodohannya ketika ia menyadari bahwa kafe ini berada di daerah yang jauh dari tempat tinggalnya dan asing untuknya. Tiba-tiba seseorang menariknya dari belakang sehingga ia berbalik dan berhadapan dengan lelaki brengsek yang baru saja membuatnya menangis.

"Lepasin! Aku gamau!!"bentak Sumi yang berusaha melepaskan genggaman tangan Kawaki. Namun, nihil. Ia pasrah karena Kawaki sudah menyuruhnya masuk ke dalam mobilnya. Meskipun begitu, ia tetap mengalihkan pandangannya sembari mendengus kasar.

"Baru tau kalo kamu bisa jadi maung kayak gini"ujar Kawaki random. Yang diajak bicara tidak mempedulikan sehingga Kawaki memiliki ide jahil untuk Sumi.

Ia menyetir mobil dengan kecepatan yang lebih dari biasanya. "Kamu gila?! Jangan ngajak mati anak orang!!"bentak Sumi sambil menutup matanya. Kawaki benar-benar gemas melihatnya sekarang. Bukannya mengurangi kecepatan, ia malah sedikit menambah kecepatan sehingga Sumi refleks memeluk Kawaki erat. Disaat itu pula Kawaki mengurangi kecepatannya menjadi kecepatan normal.

"Hikss.." Sumi terisak. Oh No, Kawaki lagi-lagi membuatnya menangis. Ia benar-benar merutuki kebodohannya sekarang. Baru saja ia membuatnya menangis dan sekarang ia menjahili Sumi sampai gadis itu menangis. Benar-benar bodoh. Begitu batinnya.

"Udah, gausah nangis"

Sumi yang sadar bahwa ia memeluk Kawaki langsung refleks melepaskan pelukannya dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela sampai ia menyadari bahwa ini bukan ke arah rumahnya.

"Kok jalannya asing? Kamu mau bawa aku kemana?! Brengsek!!" bentak Sumi yang memukul lengan Kawaki. Kawaki hanya terkekeh ringan. "Kawaki!! Jawab!!" jika sudah begini, Kawaki benar-benar gemas. Ia menepikan mobilnya.

Setelah menghentikan mobilnya, ia menahan Sumi untuk tetap berhadapan dengannya. "Hah? Kenapa berhenti?"Kawaki benar-benar gemas dengan sifat Sumi yang satu ini.

Perlahan ia mulai mendekatkan wajahnya ke arah Sumi. Sumi refleks menutup matanya takut karena tatapan Kawaki terlihat mengerikan. Padahal tatapan Kawaki memang seperti itu.

"Tatap mataku, Sumi-chan"

Sumi refleks membuka matanya dan mendongak menatap Kawaki. Ternyata jarak wajahnya dan wajah Kawaki hanya tinggal beberapa cm saja.

Chuu~

Sumi membulatkan matanya. Ia benar-benar tak bisa berpikir sekarang. Bibirnya dan bibir Kawaki telah bersentuhan sekarang. Sumi lagi-lagi segera mengalihkan pandangannya dan berbalik sebelum ia merona hebat.

Namun dari belakang Kawaki memeluk gadis bersurai ungu itu lembut. "Aku mencintaimu. Saat itu aku berbohong padamu bahwa aku menyukai Sarada."bisik Kawaki tepat di telinga Sumi.

Tanpa Kawaki ketahui, Sumi tersenyum kecil sembari membalas. "Aku juga tidak mencintaimu" ujar Sumi sambil terkekeh. "Saat itu aku menjawab jujur kalau aku takut menjadi kekasihmu"lanjutnya.

"Kenapa kau takut?"

Sumi membalikkan badannya menghadap Kawaki. Menatapnya dengan tatapan yang indah sembari berkata "karena aku takut kehilanganmu" dan dihadiahi kecupan di kening oleh Kawaki.

"Aku tidak akan meninggalkanmu"

Dan mereka terus bermesraan dalam mobil Kawaki dengan Sumi yang menyandarkan tubuhnya di dada bidang Kawaki dan Kawaki yang melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Sumi.


Boruto's Diaries✔ [COMPLETED] [CEK DESKRIPSI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang