Sosok cewek yang mengenakan seragam rapih dengan atribut lengkap, memasuki ruang kelas sebelas IPS tiga. Tepat didepannya macam pesawat kertas berterbangan, ini biasannya dilakukan setiap hari oleh para murid cowok selagi tidak ada guru.Syafana Pratistha, dengan raut wajah kesal tidak suka paginya yang sangat cerah ini diawali dengan sampah yang berserakan, tapi liriknya sudah tidak memperhatikan mereka semua, matanya kini tertuju pada cowok yang dekat dengan bangkunya.
Rafasya Mukti, sedang menggambar sesuatu didalam buku catatan nya sambil menunggu guru masuk. Rafa tidak ikut- ikutan dengan teman cowok lainnya yang setengah gila itu. Hal ini yang membuat Syafa sangat menyukainya.
"Raf, lagi gambar apa lo?" tanya Syafa.
"Enggak, ah bukan urusan lo" jawab Rafa dingin.
Sikap Rafa memang seperti itu selalu dingin dan cuek terhadap orang yang mendekatinya. Pak Iman menyebutnya sebagai si Freezer, dingin seperti kulkas. Tetapi sebenarnya ia sangatlah jahil termasuk pada Syafa, Syafa sering dijahili oleh Rafa ketika ia sedang sibuk berbincang atau sedang mengerjakan tugas, yaitu dengan mencuri berbagai alat tulis Syafa, lalu mengembalikan nya setelah Syafa benar-benar kesal mencarinya.
Pak Wawan salah satu guru bahasa Sunda memasuki ruang kelas sebelas IPS tiga.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam Pak..!" jawab murid serentak.
"Kumaha daramang sadayana? (Gimana sehat-sehat semuanya?)."
"Alhamdulillah damang Pak.. (Alhamdulillah sehat Pak..)" jawab murid serentak.
Mata Pak Wawan tertuju pada Syafa dan Rafa yang tengah berdebat masalah kecil.
"Raf, ngaku deh. Pasti lo kan yang nyuri pulpen sama buku gue?" Syafa kesal dan menyalahkan Rafa dengan nada suara tinggi.
"Eh.. gue gak pernah nyentuh barang lo, sembarangan nuduh orang aja."
"Hey atos.. atos.. aya naon ieu teh ribut? (Hey udah.. udah.. ada apa ini ribut?)" tanya Pak Wawan heran.
"Ieu Pak, Rafa teh jigana maling pulpen sareng buku abi. (Ini Pak, Rafa sepertinya nyuri pulpen sama buku aku" jawab Syafa.
"Atos.. ah tong heureuy wae ke bisi jodo hehe, ieu aya pulpen nu Bapak angge heula, buku na wios dina buku mana we samentawis.(Udah.. ah jangan berantem terus nanti jodoh hehe, ini ada pulpen punya Bapak pake dulu, bukunya di buku mana dulu aja sementara)" ucap Pak Wawan sambil memberikan pulpennya pada Syafa.
"Cieee..!" teriak murid serentak.
Syafa terselamatkan dengan adanya guru bahasa Sunda yang baik itu, tapi tetap dihatinya ia menaruh kesal pada Rafa.
**
Syafa tengah berada di Kantin meminum jus jeruk dan bakso bersama tiga teman dekat nya yaitu Nasya, Dina dan Vita.Syafa berbincang tentang Rafa.
"Eh, guys.. gue yakin yang nyuri pulpen sama buku gue itu si Rafa, yaampun gue kesel banget sama dia"ucap Syafa.
"Gak mungkin lah, Rafa itu kan orangnya cuek gak mungkin banget kalo dia yang nyuri" ucap Nasya.
"Eh.. lo pada aja yang gak percaya, gue tuh sering banget dijahilin sama dia."
"Terus kenapa lo baru ngomong sekarang, kalo dia itu jahil. Secara orang se-SMA ini tuh tau sifat dia kayak gimana, dia kan ganteng, cuek, berwibawa gitu gak mungkin lah kayak gitu" ucap Dina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra'Sya [TELAH TERBIT]✅
Teen Fiction[TELAH TERBIT, SILAHKAN DIPESAN!!] Sebelumnya Syafa tidak pernah tahu akan akibat dari mencintai teman satu kelasnya, sosok Rafasya Mukti. Kisah kasih masa SMA yang dibayangkannya akan berjalan manis ternyata tidak seperti ekspetasi dalam angannya...