Bagian 4

64 8 1
                                    

Hari terakhir pls

Raina pov:

Aaahhhh....

Capek banget sumpah, dari tadi kesana-kesini nyari tanda tangan osis. Belum lagi kalo ada yang gak mau kasih tanda tangan lah, sembunyi lah, minta imbalan coklat lah, sumpah!
Serasa artis aja mereka.

Aku berjalan menuju ke taman samping musholla untuk menenang kan pikiran ku, mencoba untuk menghirup udara segar sekalian menhitung berapa banyak tanda tangan osis yang sudah kudapat kan.

"kak vian.. kak sandi.. kak tio.. hmm... siapa lagi ya?" ucap ku mencoba mengingat-ingat nama-nama osis yang ada

Di ujung tangga aku melihat seseorang sedang dikerubungi oleh banyak orang yang meminta tanda tangan, tanpa pikir panjang aku langsung menuju kesana. Ternyata orang tersebut adalah kak elang, cowok yang sangat aku hindari.

Namun, bagaimana lagi? aku harus meminta tanda tangan kak elang, kalau tidak maka aku akan di hukum nanti sore oleh para senior 'mama.. tolong aku' batin ku.

Dengan ragu-ragu aku mulai melangkah mendekari kak elang yang sedang dikerumini oleh para murid baru yang sama seperti ku.

Hufttt..

'bismilah, semangat!' gumam ku berjalan mendekat ke arah kak elang

"permisi kak. Bo.. boleh minta tanda tangan nya?" ucap ku ragu

"dimana?" ucap nya seperti bisa, datar.

Aku langsung memberikan buku yang sebelum nya sudah ku tulisi nama panjang kak elang, buku itu pun segera di tanda tangani oleh kak elang

"makasih kak" ucap ku yang hanya dibalas dengan deheman oleh kak elang

Setelah selesai meminta tanda tangan kak elang, aku hendak menurunin tangga. Namun, suara seseorang mengintrupsi langkah ku. Reflex aku menoleh ke sumber suara, ternyata ia adalah bunga teman sekelas ku dulu di smp.

"hay raina" sapa bunga

"eh, hay juga bunga. Iya, ada apa?" sapa ku balik ke arah bunga

"nggak papa sih sebenar nya. Aku cuma pengen negur aja, gak boleh?" kata bunga bercanda

"ya allah bunga, boleh lah. Kita kan temen sekelas pas smp, masa gak boleh sih" ujar ku tersenyum ke arah bunga

"oh iya na, kamu mau ikut ekskul Rohis?" tanya bunga

"rohis" tanya ku yang dibalas anggukan oleh bunga "nanti aja deh, kalau aku udah suci. Kamu tau kan itu tempat nya anak-anak suci, sholehah, alim. Gak kyak aku yang masih kotor, belum di cuci hahahhahahah.." tawa ku yang juga di ikuti oleh tawa bunga

"hahahahahaa.. kampret lo na" ujar bunga yang tak kuasa menahan tawa nya

Aku menghentikan tawa ku begitu merasakan bahwa seseorang menatap ku dengan sangat intens. Aku menoleh berusaha untuk mencari seseorang yang menatap ku. Dan disana dia, seseorang dengan netra tajam berwana hitam pekat tengah menatap ku tajam. Menatap tepat dimanik mata ku, dia adalah kak elang. Netra coklat milik ku bertubrukan dengan netra tajam berwarna hitam pekat miik kak elang yang menatap lekat tepat di mata ku. Aku segera mengalihkan tatapan nya ku ke arah lain 'kenapa kak elang natap aku?' batin ku bingung 'ahhh.. mungkin kak elang ngeliat yang lain atau mungkin kak elang ngeliat in bunga di samping aku, iya. Pasti kak elang ngeliat in bunga, bukan aku' batin ku lagi mencoba meyakinkan diri sendiri.

Aku kembali mencoba mengabaikan tatapan kak elang yang terus saja menatap ku dengan tajam, sambil kembali mengobrol dengan bunga 'aku harus pergi dari sini' ucap batin ku

Assalamualaikum Pangeran DhuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang