Bagian Dua | Paksaan
****
Setelah keluar dari kamar mandi, Ica segera keluar dari kamar kemudian dia turun kebawah, Ica melihat bundanya tengah berbincang serius dengan ayahnya.
"Bun, Ica pergi dulu ya" Ucap Ica hendak mencium tangan bunda dan ayahnya.
"Mau kemana kamu?" Tanya ayahnya tegas.
"Ma-mau ke rumah temen yah"
"Gak, kamu gak boleh keluar rumah,kamu ikut ayah sama bunda hari ini"
Ica mendengus sebal, mau apa dia ikut ayah dan bundanya. Tapi dia tidak bisa menolakmya.
Dia pun mengikuti kemauan ayahnya. Entahlah dia sangat malas untuk mengikuti kemauan ayahnya.
Malam ini, Ica memakai dres berwarna putih selutut yang diberikan bundanya.
Ica tidak percaya diri memakai dres itu.Wijaya memarkirkan mobilnya di sebuah restoran berbintang.
"Mau ngapain kesini yah?" Tanya ica
"Ikut aja"
Ica pun tidak bisa berkata apapun lagi,dia mengikuti ayah dan bundanya dari belakang.
Mereka pun duduk di meja no 25 , sepertinya ayah Ica sedang menunggu seseorang.
Wijaya melambaikan tangannya,ica tidak mau melihat kemana arah ayahnya melambaikan tangan, dia lebih memilih memainkan ponselnya.
Sampai orang yang ditunggu wijaya sampai di meja mereka, Ica tetap saja memainkan ponselnya. Marisa mengambil alih ponsel Ica, dihadapan Ica sudah ada tangan yang terulur. Ica perlahan melihat tangan itu sampai dia melihat laki laki itu.
Dia..
Ica tidak asing melihat nya..
Tapi siapa dia?..
"Barga" Ucapanya setelah Ica membalas uluran tangan itu.
Ya..
Ica tau sekarang, bukannya dia laki laki yang sasa selalu tunjukkan kepadanya?
"Frischa" Ucapnya.
Mau apa ayahnya mengundang keluarga Barga untuk makan malam? Apa ica mau dijodohkan? Tidak tidak ini bukan jaman siti nurbaya, tidak mungkin ayahnya tega menjodohkannya saat kelas 2 SMA seperti ini.
Sudahlah lebih baik Ica positif thinking saja.
"Bagaimana kabarnya pak Wijaya?" Tanya seorang laki-laki paruh baya yang datang bersama Barga.
"Allhamdulilah pak Handoko, Gimana sehat juga?" Tanya balik Wijaya.
"Seperti yang bapak lihat Allhamdulilah"
"Oke jadi bagaimana pa handoko?" Tanya wijaya melanjutkan pembicaraan.
"Iya pa sesuai dengan pembicaraan kita tadi di telepon "
"Baik jadi bagaimana Ica?" Tanya wijaya
Ica yang sedang memakan makanannya pun menghentikan aktifitasnya.
"Apa?" Tanya Ica balik
"Kamu mau menikah dengan Barga?"
Degg..
Ica tersentak kaget mendengar perkataan ayahnya. Apa katanya? Menikah?
Ica melihat kearah Barga, mimik mukanya biasa saja, Datar. Ica melihat ke arah bundanya. Bundanya menganggukan kepalanya meyakinkan ica.
"A- apa yah?Nikah?" Tanya Ica
"Iya,kamu sama Barga nikah"
"Tap-tapi kenapa men-mendadak?
" Sudahlah Ca" tambah sang Bunda
Ica menggebrak meja kesal.
"Gabisa gitu dong yah, ini hidup Ica, Ica berhak memilih kapan Ica mau nikah sama siapa, lagian pemikiran kalian itu terlalu kolot tau gak?" Amuk Ica pada Wijaya dan Marisa.
"Ica,ikut gue sebentar" Ucap Barga setelah sedari tadi diam.
"Om, tante Barga mau minjem Ica sebentar"
"Oh iya boleh silahkan" Ucap bunda ica
Barga pun memegang tangan ica,kemudian membawanya keluar restoran.
Ica melepaskan genggaman tangan Barga.
"Mau apa?" Tanya ica sambil mendelikkan matanya.
"Lo harus terima perjodohan ini"ucap Arga dingin.
"Ta-tapi "
"Udah gak usah nolak"
"Alasannya?" Tanya Ica
Arga diam.
"Semua orang kenapa suka banget maksa gue sih? Heran gue, lo lagi kok mau maunya lo dijodohin sama gue. Gue itu udah punya pacar, lo gabisa gantiin dia." Gerutu Ica pada Arga.
Arga segera menarik tangan Ica kembali masuk kedalam restoran.
"Udah? Ngobrolnya?" Tanya Wijaya
"Udah om"
"Jadi gimana Barga?"
"Iya om saya bersedia"
"Ica gimana?" Tanya Handoko ayah Barga.
Ica tidak menjawab, dia hanya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Ica diam, berarti ayah artikan Ica setuju" Ucap Wijaya karena tidak mendapat jawaban dari Ica.
Kemudian mereka melanjutkan makan malamnya.
"Oh iya pak, saya mau pernikahan Barga dan Ica dipercepat" Ucap Handoko di sela sela aktifitas makannya.
Ica melotot mendengar perkataan Handoko , dia melihat ke arah Barga, Barga mengangguk. Kenapa selalu seperti ini? Ica ingin menangis. Bagaimana dengan skolahnya? Bagaimana dengan Rio?
Ica sudah tidak bisa menahan air matanya, dia pun meminta izin untuk pergi ke toilet.
Barga melihat Ica pergi, dia pun mengikuti Ica, Ica tau Barga mengikutinya, Ica mempercepat langkahnya. Namun Barga terlebih dahulu menahan tangan Ica, sebelum masuk kedalam toilet.
"Kenapa?" Tanya Barga datar
Ica tidak menjawab, dia menangis. Barga yang melihat ica menangis pun tidak bisa melakukan apapun.
"Udah gak usah nangis"
"Kenapa lo terima perjodohan ini?" Tanya Uca yang terisak.
"Gue punya alesan ngelakuin ini?" Ucap Barga
"Apa?"
"Lo gak perlu tau" Setelah mengucapkan kata kata itu, Barga meninggalkan Ica yang masih menangis.
***
Hallo teman teman,
Terimakasih sudah mau membaca Cerita Merried Young..Jangan lupa vote + komen
Follow instagram : @rstiecii_23
Thank you❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Young (Revisi)
RomanceBukan hal yang mudah bukan? Menjadi istri seorang famous di SMA Bina Bangsa, itulah yang Ica alami, dia tidak tau bagaimana caranya mengatasi permasalahan ini, sulit baginya diumur yang masih muda harus menikah dengan laki laki yang tidak dicintainy...