11. Nanti Kau Terluka

22 9 5
                                    


Pekan festival budaya dan olahraga SMA Akitakatta telah selesai. Acara penutupan yang baru saja berlangsung di gedung aula diakhiri dengan tepukan tangan meriah dari seluruh warga sekolah yang saling mengucapkan terimakasih satu sama lain.

Seiru, bersama rekan anggota osisnya kini tengah berkumpul di belakang panggung dan melakukan briefing.

"Terimakasih atas kerja keras kalian," ucap sang ketua osis, Konoha Akihito. Diikuti oleh para anggotanya yang lain yang juga saling menyelamati dan memuji kinerja saru divisi dengan divisi yang lain.

"Otsukaresama, Seiru-chan," ucap Tomoki dengan lengkungan senyum di bibirnya.

[*otsukaresama : terimakasih atas kerja kerasnya. Ungkapan yang diucapkan ketika seseorang telah menyelesaikan tugas/pekerjaan]

Seiru hanya mencebik, "kau tidak banyak membantu Tomoki-kun. Malah aku meminta banyak bantuan pada Taiga-kun.".

"Justru bagus, dong. Berkat aku kau jadi bertemu dengannya, kan?"

Deg!

"Ha?" Kedua mata Seiru membulat. Sedangkan Tomoki hanya tertawa membahana seraya melenggang pergi meninggalkannya.

"Apa … maksudnya?" lirih Seiru dengan tatapan bingung sekaligus tak percaya.

***

"Kumohon jadilah pacarku, senpai! Kumohon, kumohon, kumohoooon!"

"Mustahil," tolak Taiga pada adik kelas yang kini membungkuk seraya menyodorkan surat cinta.

Adik kelas itu mulai berkaca-kaca, membuat Taiga menghela napas dan mengusap-usap tengkuknya—merasa bersalah. Agaknya ia mulai sadar kalau kata-katanya selama ini terdengar menyakitkan bagi siapapun yang menyatakan perasaan padanya.

"Maaf. Aku tidak bisa menerimamu," ujar Taiga, kali ini dengan suara yang lebih lembut meski terdengar berat, "ada seseorang yang—mungkin … aku suka."

Kenichirou mengembuskan napas pelan. Ia hanya menyimak pembicaraan mereka seraya berdiri menyandar pada dinding dan menatap punggung Taiga.

"Maaf."

"Hiks … tidak apa-apa, senpai. Aku juga minta maaf karena sudah memaksamu," kata si adik kelas itu seraya membungkuk sembilan puluh derajat.

"Ya tidak masalah."

Gadis berambut bob itu terisak kecil dan mengangkat kepalanya, menatap Taiga.

"Aku tidak begitu mengenalmu, tapi aku yakin kau orang yang baik," lanjut Taiga, "jadi, kau pasti bisa menemukan orang yang lebih baik dari aku," katanya, perlahan-lahan kedua sudut bibirnya terangkat naik.

Gadis itu tercengang dengan mulut menganga. Senyumnya … tidak aman!

"B-baiklah kalau begitu, senpai. Aku permisi dulu. Semoga harimu menyenangkan...." Gadis itu baru akan melangkah pergi, namun ia balik badan lagi dan berkata kalimat terakhir. "Oh, iya satu lagi. Semoga gadis yang 'mungkin' kau suka itu juga memiliki perasaan yang sama denganmu."

༺ [J] 𝐂𝐋𝐎𝐒𝐄𝐑 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang