10. Dekat, lantas apa?

14 4 2
                                    



Yang jauh mendekat, yang sudah dekat malah menjauh. Agaknya kalimat itu lah yang menggambarkan keadaan Seiru dan Taiga akhir-akhir ini.

Yah, meski keduanya belum bisa dibilang benar-benar dekat, tapi hal-hal sederhana seperti saling menyapa dan mengobrol di ruang obrolan—chatting—sudah kerap mereka lakukan. Layaknya teman yang saling kenal karena berada di satu sekolah yang sama.

Tapi masalahnya, semenjak kenalan dengan Atsushi, Seiru jadi jarang bertemu Taiga lagi. Entah memang kebetulan, atau semesta yang sengaja membuat mereka saling berjauhan.

"Hai Taiga-kun!" sapa Seiru ketika melihat Taiga lewat di koridor depan kelas. Ia mengangkat tangan dan hendak mengajak bicara, namun Taiga langsung melengos pergi meninggalkannya.

Seiru terbelalak dengan mulut menganga terbuka. "Dia … mengabaikanku."

"Ini sudah ketiga kalinya," timpal Ayaka yang berdiri di sebelah Seiru. "Dalam sehari ini kau berusaha menyapanya, tapi dia melengos saja."

"Nee, Aya-chan. Apa mungkin aku berbuat salah?"

"Mana kutahu," jawab Ayaka seraya mengedikkan bahu. Ia sengaja tidak mengatakannya pada Seiru, karena ingin sahabatnya itu menyadarinya sendiri.

"Hinata! Hibari!" Tak lama, tiba-tiba terdengar seseorang memanggil dari arah belakang, Seiru dan Ayaka langsung berbalik badan, "pertandingan volinya akan segera dimulai, lho. Ayo cepat ke gedung olahraga sekarang!" ajak salah satu panitia yang mengurus bagian perlombaan itu.

"Baik!" jawab keduanya kompak kemudian bergegeas menuju gymnasium.

Hari ini sudah terhitung agenda kedua festival sekolah Akitakatta diadakan.  Gabungan antara festival budaya dan olahraga menjadikan sekolah ini ramai dikunjungi para warga maupun anak-anak dari sekolah lain. Ada yang datang mengunjungi stand makanan di halaman depan, ada yang pergi melihat rombongan pameran, ada juga yang datang untuk mengikuti lomba.

Berbagai cabang perlombaan dilaksanakan di festival ini mengundang banyak sekolah untuk berpartisipasi. Salah satunya adalah turnamen voli yang sudah dijadwalkan hari ini, mempertemukan beberapa tim kuat sekolah se-prefektur untuk diadu di atas lapangan orange dan menentukan siapa pemenangnya.

"Tim kita masuk final!" Seiru senyum semringah melihat papan biru yang terpampang di atas tribun.

"Syukurlah," sambung Ayaka ikut senang. "Ayo! Kita dukung mereka...!" ajaknya kemudian menarik Seiru ke sisi lapangan.

Sorak sorai penonton berkumandang ke sepenjuru lapangan, suaranya menggema, menguarkan semangat dan dukungan pada mereka yang tengah bertanding di lapangan.

"Waaaa~~" Seiru sempat tercengang melihat puluhan manusia yang memenuhi tribun di atasnya, mereka—para gadis itu tampak membawa banner dan poster bak sedang menghadiri konser grup idola.

"Itu klub penggemarnya Miya Atsushi," celetuk Ayaka dari samping.

"Bahkan dari sekolah lain juga?"

"Iya."

"Waah, ternyata Atsushi-kun sepopuler itu yaaa...." Seiru geleng-geleng kepala sambil memegangi kedua pelipisnya, "kalau aku bersama dengan Atsushi-kun, berarti aku harus berhadapan dengan para gadis itu, dong," racaunya cemas.

༺ [J] 𝐂𝐋𝐎𝐒𝐄𝐑 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang