6. Tarik Ulur

26 14 0
                                    



"Ibuuu … lihat putramu ini! Dia sudah punya pacar!!!" Mulut ember Taira yang berteriak ke seluruh penjuru rumah membuat Taiga mengumpat dalam hati. Kakak perempuannya itu tengah memegang gelas lukisan yang diberikan Seiru—lebih tepatnya dia merampas dari Taiga ketika cowok itu baru saja merebahkan diri di sofa.

"Apa-apaan kau ini! Kembalikan!" Taiga baru akan merebut kembali miliknya namun Taira segera menjauhkannya dari jangkauan tangan cowok itu.

"Katakan padaku dulu, dia gadis yang seperti apa?" tanya Taira bak detektif yang tengah menginterogasi.

"Kau ini bicara apa, sih, kak?"

"Cepat katakan padaku!" desak Taira penuh paksa. "Aku perlu tahu perempuan hebat mana yang bisa menggerakkan hati cowok paling irit bicara sepertimu."

"Ck! Kau ini mengada-ada saja. Gadis apa? Gadis mana?!" tanya Taiga nyolot.

"Ya gadis yang memberimu cangkir ini!" balas Taira tak mau kalah.

"Bagaimana bisa kau menyimpulkan kalau itu dari seorang perempuan? Kalau nyatanya itu buatanku sendiri, gimana?"

"Tidak mungkin! Kau menulis saja jelek apalagi mau menggambar."

Taiga langsung tertohok seketika. Ia baru akan buka mulut saat tiba-tiba sosok wanita berambut pendek sebahu datang menghampiri ruang tamu.

"Ada apa ini? Kenapa kalian ribut-ribut dari tadi?" tanya Kiyoko, ibunda Taiga dan Taira.

"Ibu, lihat! Taiga dapat hadiah dari pacarnya!" Si lambe turah profesional pun langsung melancarkan aksinya.

"Eh? Pacar? Apa benar begitu, Taiga?" tanya sang ibunda.

Taiga baru akan menjawab namun si kakaknya yang paling cerewet bin ember itu nyerobot lebih dulu, "iya benar! Lihat ini, Bu … lukisan gelasnya cantik sekali, bukan?" ujar Taira bak kompor meleduk, "tulisannya juga rapi. Ditambah lagi—oh my god! Apa ini? Tanda bentuk hati???"

Kedua mata Taiga membola seketika. Dilihatnya kembali tulisan yang berada di bagian alas gelas. Dan benar saja, di samping namanya ada tanda berbentuk 'love'.

Hah???!!! Keringat dingin mengucur dari dahi Taiga. Sontak menelan ludah gugup. Ia bahkan baru sadar bahwa ada tanda tersebut. Bagaimana bisa—maksudnya, kenapa Seiru memberi tanda semacam itu di sebelah namanya? Bukankah, itu menegaskan bahwa dia ....

"Menyukaimu …," celetuk Kiyoko yang sejak tadi juga berpikir dan langsung menyimpulkan, "tidak salah lagi. Dia pasti menyukaimu, Taiga."

Taiga menelan ludah sekali lagi. Bingung harus merespon apa. Segalanya masih berputar-putar dalam otaknya hingga membuatnya pusing sendiri.

"Bukan cuma suka, Bu," timpal Taira, "tapi mereka pasti sudah pacaran. Ya, kan, Taiga? Dia pacarmu, kan? Ya, 'kan?"

Oh, sungguh! Taiga ingin sekali menyumpal mulut kakaknya itu kalau saja tidak ada sang ibu di sana.

"Tidak. Dia … teman sekolahku," kata Taiga pada Ibunya. Namun Taira tidak percaya dan semakin menggodanya.

"Ah … tidak perlu malu-malu begitu lah …." Gadis berusia 20 tahun itu menoel pipi sang adik membuat Taiga bersungut marah.

༺ [J] 𝐂𝐋𝐎𝐒𝐄𝐑 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang