jamkos

84 19 12
                                    

Kelas yang sebelumnya ricuh bak tengah pembagian sembako gratis, langsung hening tatkala seorang guru muda nan tampan memasuki kelas.

"Selamat pagi, Mister..." seru anak-anak dengan kompak.

Guru muda bernama Jinhwan itu hanya berdeham sebagai jawaban, setelahnya ia menatap seluruh siswa di kelas dengan tatapan serius.

"Mengapa kalian berisik sekali? Dari kantor terdengar jelas sekali tadi."

Hening.

Bagaimana tidak? Guru yang kini tengah berdiri itu memiliki citra baik, humoris, dan juga ramah di mata para siswa. Melihat perubahan sifatnya yang berbeda tersebut, kontan saja para siswa hanya mampu terdiam dan saling pandang satu sama lain.

"Mengapa kalian diam?"

Hening lagi, hingga akhirnya sebuah senyuman terbit di wajah Mr. Jinhwan. ''Saya hanya bercanda, mengapa wajah kalian tegang begini? Rileks, seperti biasa saja, huh kalian ini diajak becanda sebentar saja tidak bisa." sambungnya sambil tertawa kecil.

Suara bisik-bisik langsung terdengar, bahkan anak yang berada di pojok kelas kembali melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.

Sebelum kelas kembali ramai, Jinhwan mengambil alih. "Baiklah, saya membawa kabar baik untuk kalian."

"Apa itu, Mr.?" sahut Beomgyu.

"Saya ada rapat mendadak hari ini, sehingga terpaksa meninggalkan kelas. Jadi–"

"YEEAAAYY!!!"

Belum selesai sang guru menyampaikan pesannya, seluruh siswa sudah bersorak gembira, bahkan ada yang sampai memukuli meja diiringi dengan joget-joget ala Inul yang semakin mendramatisir keadaan.

Merasa terabaikan sang guru hanya mampu mengelus dada dan meninggalkan kelas begitu saja, bukan karena kecewa atau apa, hanya saja ia hapal jika kelas satu ini selalu ricuh anak-anaknya. Jadi ia tak ingin mengambil resiko diabaikan oleh siswa nya sendiri, sakit tau diabaikan tuh.

"Kantin aja, kuy!'' Beomgyu merangkul bahu Soobin yang tengah sibuk memainkan game online di ponsel miliknya.

"Ck, males."

"Halah, gue gabakal minta dibayarin deh hari ini, sumpah dah."

"Idih, dibilang males." sewot Soobin.

Beomgyu hanya mampu mendengus kesal karenanya, mengapa ia harus sekelas dengan Soobin, mengapa ia tidak ditakdirkan untuk sekelas dengan Yeonjun dan Taehyun yang notabenenya easy going anaknya.

Jikalau boleh, ia ingin bertukar kelas dengan Kai yang dengan beruntungnya bisa sekelas dengan mereka berdua.

Sedih Beomgyu jadinya.

Beomgyu melirik Soobin yang masih sibuk dengan game miliknya, ingin rasanya ia menyeret Soobin sekarang juga, tapi dapat kekuatan darimana ia untuk menyeret tubuh bongsor Soobin?

Karena diabaikan teman sebangku nya sendiri, Beomgyu dilanda kegabutan luar biasa, ia hanya mampu mengerucutkan bibir sambil sesekali melihat ponsel miliknya.

Nihil, tak ada satupun notifikasi untuk dirinya. Nasib, jomblo dari lahir gak kenal cinta-cintaan ya gini jadinya.

"Psstt.. Pssttt..."

Beomgyu melirik kearah pintu kelas, matanya langsung berbinar tatkala melihat keberadaan Yeonjun yang tengah melambaikan tangan kearahnya sambil tersenyum lebar. Tanpa berlama-lama, Beomgyu langsung menghampiri Yeonjun dan mendapat rangkulan darinya.

"Lah, Soobin gak diajak?"

"Ogah, game mulu daritadi. Gue jadi kayak cewek yang nunggu pacarnya main game tau, ga? Udah lama, dicuekin lagi." ucap Beomgyu dengan bibir mengerucut sebal.

OUR SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang