sayang mbak Lea

53 8 2
                                    

Kai mengobrak-abrik lemari pakaiannya, mencari kaos bergambar molang kesayangannya yang sekarang hilang entah kemana. Dengan bibir mengerucut sebal, Kai berjalan menuju ruang tengah dengan kaki menghentak kesal.

Lea yang kebetulan tengah duduk di sofa sembari menonton televisi langsung menatap kedatangan adiknya dengan kening mengernyit heran.

"Kenapa lagi?" tanyanya tatkala Kai kini mendudukkan diri tepat di sampingnya.

"Kaos Kai ilang mbak, intinya kalo gak ketemu Kai gamau pakek baju!"

Lea menggeleng pelan mendengarnya, meski sudah menginjak bangku sekolah menengah atas, tingkah Kai masih saja manja dan kekanakan di matanya. "Gak malu apa, badan kerempeng gitu malah gak dipakein baju?"

Mata Kai melotot tak terima, merasa tersinggung lebih tepatnya. Apa-apaan ini? Padahal Kai sudah makan banyak-banyak, olahraga berlari keliling komplek beberapa kali, namun hasilnya nihil. Badannya tetap saja kurus kering, ia sering dilanda rasa iri tatkala melihat perut Soobin yang sudah mulai berbentuk seperti roti sobek yang dijual ditoko-toko sekitar.

Tak adil, Kai juga ingin memiliki badan atletis seperti Soobin atau setidaknya bongsor sedikit tak masalah. Sakit hati Kai jika dikatain kerempeng, terlebih lagi oleh kakak tercintanya sendiri.

Agaknya Lea menyadari perubahan raut wajah sang adik yang kini mulai ditutupi oleh mendung, karenanya ia langsung beringsut mengusap rambut Kai untuk menghiburnya. ''Mbak cuman becanda, jangan ngambek dong. Gak kerempeng kok, Kai adik mbak yang paling ganteng."

"Bohong." Lea mengernyit. "Kai jelek, mbak. Kurus kering kayak kurang gizi gini, kok–"

"Siapa yang bilang kurang gizi?!" sewot Lea.

Kai mengatupkan mulut rapat-rapat, jika melihat kakaknya seperti ini, ia selalu dirundung rasa takut, karena menurutnya kakak perempuannya ini teramat menyeramkan jika sudah mulai mengamuk.

"Nggak ada kok! Kai yang bilang sendiri." sergah nya dengan gugup.

"Halah, udah sono pakek baju. Kalo sampe masuk angin mbak nggak tanggung jawab pokoknya, mbak gak mau ngerokin!"

Final, Lea langsung melenggang pergi menuju kamar nya setelah berkata demikian. Melihatnya Kai hanya mampu menghela nafasnya dengan pasrah, baru kakak yang ngambek aja udah kayak gini, gak kebayang kalau misal Kai punya pacar nantinya. Pasti lebih ribet lagi.

Kai mematikan televisi yang ditinggal oleh Lea begitu saja, kini pandangannya beralih pada jam dinding di rumahnya. Di siang bolong seperti ini sepertinya membeli es krim di komplek sebelah seru juga, tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi Kai langsung bergegas.

Berjalan menuju kamarnya dan mengambil kaos dengan asal, menata rambutnya sebentar sebelum akhirnya mengetuk pintu kamar yang terletak tepat di sebelah kamarnya.

"Mbak, Kai mau beli es krim. Ikut, nggak?"

"Nggak!''

Lea masih merajuk.

"Kai beliin, ya?"

"Terserah."

'Dasar cewek!' batin Kai dengan dongkol.

"Ayo dong mbak, entar kalo Kai nyari sendiri terus dicuri orang gimana?" bujuknya.

Tak ada jawaban, Lea benar-benar merajuk.

Ayolah, Kai tak memiliki ide sedikitpun untuk membujuk Lea agar berhenti merajuk padanya.

"Percuma gue udah dandan cakep kayak gini tapi gajadi pergi." gumamnya.

OUR SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang