02

77 9 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Jovian POV




Apa?! Jadi pria itu adalah Jinendra Zafran Ivander? Pengusaha sukses yang sudah memiliki cabang perusahaan di luar Indonesia? Astaga, nasib buruk apa yang menimpaku sampai harus berurusan dengan pria itu?


Ku lirik kembali kartu nama yang ia berikan padaku. Hmm... sekretaris ya? Tawarannya sangat menggiurkan terlebih dia menjanjikanku gaji di atas rata-rata. Apa sebaiknya aku terima saja ya? Tapi aku takut ada maksud lain dibalik semua itu. Sebaiknya aku tanyakan pada Ibuku terlebih dahulu.


Aku melangkah menuju dapur dimana Ibu tengah memasak untuk makan malam kami berempat. Keempat orang itu adalah, Ayah, Ibu, Kak Edward dan aku. Ya, aku memiliki kakak laki-laki yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta. Kehidupan kami bisa dikatakan biasa saja, tidak lebih dan tidak kurang.


Ayahku sudah lama pensiun dari tempatnya bekerja dikarenakan umurnya yang sudah tidak diperbolehkan untuk bekerja, Ibuku seorang Ibu rumah tangga yang setiap hari mengurus kebutuhan kami bertiga. Itulah mengapa aku dan Kak Edward bekerja demi memenuhi biaya di keluarga kami.


Aku sudah menceritakan semuanya pada Ibuku, dengan senyum hangat Ibu mengelus rambutku lembut dan menatapku penuh kasih sayang.


"Tidak apa sayang. Kau bisa mencari pekerjaan lain yang memang cocok denganmu." Jawab Ibu membuatku ingin menangis saat ini juga.


"Tapi di perjalanan pulang aku melihat ada lowongan pekerjaan, Bu. Apa sebaiknya aku coba untuk melamar disana?" tanyaku hati-hati membuat Ibu berpikir sejenak.


"Sebaiknya kita bicarakan bersama Ayah dan Kakakmu setelah makan malam ya?"


Aku mengangguk mengiyakan dan memutuskan untuk membantu Ibu menyiapkan makan malam.


Setelah makan malam selesai, Ibu menyuruh Ayah dan Kak Edward tidak beranjak terlebih dahulu karena ada hal yang ingin dibicarakan.


"Vian, ayo kamu cerita ke Ayah sama Kakak kamu." Ujar Ibu membuatku mengangguk dan mulai menceritakan kegelisahanku mengenai lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh Pak Jinendra yang terhormat.


"Hmm, kalau menurut aku sebaiknya kamu coba aja lamar kesana. Siapa tau kamu lolos dan bisa nempatin posisi sekretaris disana. Kamu kan dulu pernah kuliah jurusan manajemen kan?" ujar Kak Edward yang dijawab anggukkan kepalaku.


"Iya sih, Kak. Emang gak apa-apa gitu ya aku coba lamar kesana? Kalau ditolak gimana?"


"Namanya juga usaha sayang. Coba aja dulu kamu lamar kesana. Kalau memang kamu ditolak, berarti itu bukan rezeki kamu sayang." Jawab Ayah bijak.


Kalau begini ceritanya, aku harus menghubungi Pak Jinendra dan memberikan keputusanku mengenai tawaran yang ia berikan padaku.









Alteration [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang