10

49 7 0
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sementara itu di rooftop hotel, Nendra dan Mark menatap pemandangan malam itu. Keduanya masih diam tanpa kata. Nendra yang benci dengan situasi seperti ini langsung membuka suara, memecah keheningan malam itu.



"Apa yang ingin kau bicarakan? Bukankah kau bilang ini masalah perusahaan?"



Mark menoleh menatap Nendra yang kini menatapnya kesal.



"Aku tidak akan membahas apapun tentang perusahaan."



Nendra tertawa hambar.



"Jadi, kau membuat alibi agar bisa berbicara denganku, begitu?"



"Something like that."



Nendra mendengkus kasar mendengar pernyataan Mark yang semakin membuatnya kesal.



"Aku tidak tau apa yang ada dipikiranmu saat ini. Tolong jangan membuatku semakin sulit dengan semua ini, Mark."



Mark menatap Nendra serius.



"Aku ingin menjalani kehidupan normalku bersama Jovian. Kau sudah memiliki Milena dan juga Maureen anakmu. Kita sudah berada di jalur kita masing-masing, Mark."



Mark menghembuskan nafas berat sebelum akhirnya menjawab.



"Aku tau akan hal itu, Nendra. Aku ikut senang mendengar kabar bahwa kamu ingin menjalani kehidupan normal bersama seorang wanita. Satu hal yang ingin ku katakan adalah, aku tidak akan pernah melupakan semua kenangan kita berdua."



Hancur sudah pertahanan Nendra saat ini. Mengapa disaat ia membuka hatinya pada Vian, Mark malah mengatakan hal seperti ini padanya? Mengapa Tuhan begitu tidak adil dengan semua yang menimpanya saat ini?



"Can I hug you for the last time?"



Nendra tak menjawabnya, namun ia bisa merasakan kedua lengan Mark melingkar dilehernya. Jujur, ia memang merindukan pelukan ini. Namun tiba-tiba kenyataan menghantamnya dengan keras. Ia tidak boleh jatuh untuk yang ke sekian kalinya.





Cling!





Keduanya terkejut ketika mendengar suara pouch jatuh dengan bunyi nyaring. Namun Nendra lebih terkejut ketika menemukan Vian berdiri diambang pintu dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.



"Vian..."



"Aku pikir kamu udah berubah, Nendra. Tapi ternyata..."



Vian langsung berlari meninggalkan keduanya.



"Vian!"



Nendra langsung berlari mengejar Vian sambil membawa pouch milik wanita itu, meninggalkan Mark yang kini tersenyum getir melihat kepergian keduanya.



Alteration [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang