08

51 7 0
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jovian POV





Perlahan ku buka kedua mataku dan bangun dengan malas. Hari ini hari minggu, tapi aku sedang malas melakukan apapun. Ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi dan menatap pantulan diriku di cermin datar disana.



"Astaga!"



Aku terkejut melihat wajahku sendiri. Mata yang bengkak dan merah cukup membuatku terlihat menyeramkan di pagi hari ini. Mungkin karena semalam aku masih memikirkan Ken dan itu kembali membuat batinku perih.



Ku basuh mukaku dengan air dingin, dan ku akui itu cukup bekerja. Mungkin berendam di air dingin bisa semakin membuatku sadar akan kenyataan yang ada. Ku nyalakan keran air dan membiarkan bathtub di kamar mandi terisi penuh. Setelahnya aku membuka seluruh pakaianku dan masuk ke dalam sana.



Sekian lama aku berendam disana, tiba-tiba pikiranku teringat akan Pak Nendra. Mengapa aku malah memikirkannya? Tapi sejujurnya, perlakuannya kemarin cukup membuatku merasa tenang.





Flashback





Aku terus mendekap erat Pak Nendra yang berusaha untuk menenangkanku. Sentuhan lembut dipunggungku membuatku merasa aman dan nyaman. Entah mengapa aku malah ingin lebih lama berada disini bersamanya.



"Sudah lebih baik?"



Suara beratnya menyadarkanku dari lamunan tentangnya, mengapa tiba-tiba aku merasa malu pada atasanku sendiri? Apa karena aku menangis seperti ini dihadapannya? Ku anggukkan kepalaku pelan dan tak lama kemudian Pak Nendra menangkup wajahku dengan kedua tangannya dan menghapus air mataku dengan kedua ibu jarinya.



"Vian."



"Ya?"



"Sejujurnya, melihatmu seperti ini membuatku sedih."



Terkejut, sudah pasti. Bibirku tiba-tiba menjadi kelu, tak mampu mengatakan apapun.



"Kamu masih inget sama perkataan aku waktu itu?"



Perkataan yang mana? Tak ingin berlama-lama dalam situasi kikuk seperti ini, aku pun menganggukkan kepalaku.



"Aku pengen... bahagiain kamu."



Merinding, perkataan Pak Nendra membuatku membeku.



"Jujur, aku gak tahan liat kamu nangis. Hati aku sakit, liat kamu nangis kaya gini. Kamu berhak bahagia, Vian."



Mengapa mataku kembali memanas? Ah sial! Air mata itu kembali jatuh membasahi pipiku.



"Your tears, hurts me."



Alteration [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang