BAGIAN 6

336 13 1
                                    

Kita mulai dengan yang manis-manis dulu ya, gengs. Karena cerita kali ini, bakal ada pahit-pahitnya.

 Karena cerita kali ini, bakal ada pahit-pahitnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!

--------------------------

"Bangsat!"

Itu Bobby.

----------

Aku mematung mendengar kata makian itu. Ini pertama kalinya aku mendengar Bobby mengumpat seperti ini. Bobby yang biasanya adalah Bobby yang memiliki tutur kata yang manis. Cenderung gombal dan ada humornya. Tapi kali ini, kata yang terlontar tegas dari mulutnya membuat kakiku menjadi kaku bagaikan ada seribu tangan yang mencekalnya.

Jantungku memompa dengan cepat. Ku dengar lagi suara teriakan bersamaan dengan suara barang yang dibanting. Itu adalah ruang penyimpanan hasil karya dari seniman-seniman rumah lukis. Setelahnya, yang membuatku semakin membeku adalah suara isakan. Bobby ku menangis?

Dengan tubuh gemetar, aku menutup mulutku menahan isakan yang mungkin saja ikut keluar dari mulutku. Walaupun tidak dengan air mataku. Aku benar-benar tidak tahan. Aku hancur melihatnya seperti ini.

Dengan sisa tenagaku, ku kerahkan semua kekuatanku untuk kembali ke ruang melukis. Ku usap air mataku dan menetralkan degup jantung dan juga ekspresiku. Aku mengambil kaca dalam tasku dan merapikan penampilanku agar Bobby tidak curiga.

Beberapa saat kemudian, Bobby datang. Masih dengan cara berjalannya yang sedikit kesulitan. Aku berusaha sekuat tenaga agar tak meneteskan air mata sedikitpun. Ingin rasanya aku menghampirinya. Memeluknya dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Mengatakan bahwa aku ada disini. Selalu disini, disampingnya.

Namun, ku telan lagi semua khayalku. Aku harus tetap berpura-pura tidak tahu.

Bobby sudah kembali duduk di kursi sebelahku. Dia diam, begitupun aku.

CERITA TENTANG KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang