Makan Malam

57 16 17
                                    

Lima belas menit berlalu sampailah kita di sebuah kafe dengan nuansa romantis disana kita diiringi live musik akustik dengan lagu bergenre pop bertema cinta. Mungkin bagi kalangan pria hal ini adalah hal yang diinginkan untuk menunjukan jati dirinya didepan gebetannya, begitupun untukku tapi bodohnya aku justru dengan rasa gugupku membuat salah tingkah sendiri didepannya.

"Vi, kamu mau pilih tempat dimana?"

Dipilihnya meja dimana sampingnya ada sebuah kolam ikan koi "Disana aja kayaknya lebih sejuk." Dengan jari menunjuk sebuah meja.

Kupersilahkan duduk dia di tempat yang dipilihnya itu, lalu kita mulai untuk memesan menu yang ada. Terlihat dia begitu lama untuk memilih pesanannya entah karena jaim atau memang bingung, maka kusarankan menu spesial yang ada di kafe itu "Lama banget kamu, milih menu atau isi lembar ujian? Sini aku pilihkan menu spesial disini pasti kamu suka."

"Hehe iya nih bingung yaudah aku ikut denganmu aja."

Pelayan kafe kupanggil dan kupilihkan dia dengan menu spesial yang ada di kafe tersebut. Sambil menunggu pesanan kita datang maka kuajak ngobrol untuk mengenalnya lebih dekat.

"Vi, kamu suka tempatnya?"

"Iya aku suka, tidak membosankan kok. Oh ya kalo boleh tau kamu kerja dan kuliah dimana?" tanyanya.

"Hmm aku kerja disalah satu kantor di daerah Tangerang dan kuliah di ULP, kalo kamu kerja SPG sudah lama?"

"Baru 3 bulan sih disitu, tapi kalo jadi spg memang sudah lama, kamu ini asli jawa yah?"

Dengan dia yang terus menanyakan seperti itu seakan justru menjadi pertanyaan mengapa jadi dia yang ingin mengenalku jadinya "Haha kok tau sih, aku ga asli kok tapi keturunan aja. Kamu sendiri sunda asli?"

"Kalo Vi mah memang asli sunda, orang tua sunda semua sih hehe."

Walaupun sudah ditebak olehku atas paras cantiknya yang beridentik khas wanita sunda. Sudah sepuluh menit berbincang dengannya memang waktu menjadi tidak terasa sampai sampai pelayan kafe menghampiri dan membawa pesanan kami. Sepasang cangkir cappucino hangat pilihan kita saat itu dan ditambah makanan utama adalah steak beef dengan pancake strawberry sebagai makanan penutup dalam menghiasi meja makan kami.

"Vi, katanya lapar tuh makanannya sudah datang kenapa dianggurin? Dimakan lah apa perlu disuapin sih haha."

"Bisa aja huh maunya, yuk mari dimakan kamu juga dimakan dong jangan ngeliatin aku makan." Dengan agak sedikit agak jaim dia makan dengan steaknya dengan gaya sok cantiknya. Ya memang kuakui paras cantiknya tidak akan luntur walau saat makan sekalipun.

"Bagaimana makanan utamanya kamu suka? Atau memang minta nambah lagi biar pipi mu nambah lebar lagi."

Dengan muka cemberut tiba tiba dia mencambak rambutku "Enak aja, maksud kamu aku ini gendut gitu jahat ihh." Dia memalingkan muka karena sedikit kesal.

"Uhh ngambeknya cantik, aku diemin ah biar nambah cantik." Candaku dengan terus menatapnya walau dia memalingkan mukanya.

"Ihh aneh ya bukannya dihibur malah didiemin coba jahat banget jadi cowok, udah ah males aku." Dengan marah tapi dengan paras cantik yang lucu dia menaruh garpu yang ditangannya seakan enggan menyantap makanannya lagi.

"Coba kamu diam dulu disitu." Dengan melihat ada saus yang ada dibibirnya aku beranikan untuk mengambil tissue dan membersihkannya dengan tissue tersebut. Deg degan sih pasti apalagi dirinya yang sedang badmood itu. Namun keraguan itu hilang setelah dia menerima begitu saja.

"Hmm, ada apa " Gumamnya setelah saus yang dibibirnya kubasuh dengan tissu.

"Nih liat aja ada apa dibibirmu, kayak anak kecil aja makannya." Sambil kuperlihatkan tissue dengan noda saus dari bibirnya agar tidak dianggapnya kalau itu adalah modus.

She's Violita (Completed)Where stories live. Discover now