Menepati Janji

12 2 0
                                    

Layaknya hubungan antar dua insan manusia pada umumnya, hubungan kita berdua tidak selalu baik baik saja seiring berjalannya waktu. Kita berdua yang sama sama memiliki kesibukan akan pekerjaan kita diakhir akhir ini membuat waktu quality time kita semakin minim. Komunikasi yang dahulu begitu intens menjadi minim sekali dan dalam sehari dapat dihitung dengan jari. Pekerjaan yang seakan menjadi biang keladi akan rumitnya hubungan kita berdua, dan tidak jarang kita berdebat masalah pekerjaan demi untuk menjaga hubungan ini.

Suatu hari dimana aku begitu cemas dibuatnya, hari dimana aku tidak mendengar suaranya serta tidak ada notif darinya.Aku coba berkali kali menghubunginya dari sore hari namun tidak bisa, aku harus menunggu hingga larut malam sampai dia akhirnya menelpon ku duluan.

"Sayang, maaf aku baru pegang hp soalnya tadi aku sibuk banget di toko."

Beberapa menit setelah handphone ku berdering "Emang sibuknya pekerjaan sampai sampai gaada waktu buat menghubungi dan dihubungi ya?" kesalku

"Kamu apa apaan sih yang, aku ini beneran kerja ga aneh aneh. Kamu kayak gatau kerja ku aja sih."

"Ya aku tau pekerjaan mu, tapi selama ini kita berkomunikasi dengan baik.Tidak sampai harus tak ada kabar seperti ini."

"Kamu tau, aku ada masalah ditempat kerjaku tadi.Makanya aku lebih baik diam aku gamau ada orang yang ikut campur soal ini."

"Aku ini siapa kamu? Kenapa kamu ga pernah cerita sama aku kalau ada masalah. Kita ini pasangan yang harusnya menjalani suka dan duka masing masing."

"Kamu emang pacarku, tapi aku gamau dibawa bawa di masalahku terus.Cukup aku saja, karena aku sayang kamu."

"Tidak aku bukan pacarmu kalau caramu seperti ini, kau masih menganggapku orang lain. Dan asal kau tau betapa cemasnya aku hari ini tanpa sepenggal kabar darimu, dibilang kesal ya memang tapi aku gabisa marah sama kamu."

"Aku minta maaf yang, aku tidak bermaksud membuatmu cemas seperti itu."Jelasnya.

"Sudahlah, aku mau tidur."Akupun menutup teleponnya.

Kali ini aku merasakan hal yang aneh rasanya kesal, marah, namun aku sayang kepadanya. Entah apa yang ada dipikiranku saat menerima telepon nya saat itu, aku begitu emosi sehingga menyudutkannya begitu saja. Sebenarnya masih terpikir dibenakku apakah yang aku lakukan tadi keterlaluan? Apakah aku menyakiti hatinya? Apakah dia akan membenciku? Pertanyaan pertanyaan itu terus hinggap dikepalaku sehingga aku sulit untuk tidur.Namun aku berpikir logika bagaimana mungkin kesibukan kerjanya sulit untuk memberikan waktu untuk mengabariku hari ini.

Sampai akhirnya esok pagi pun tiba, terbangun aku pun mengecek handphone apakah dia mengechat ku duluan ataukah dia masih marah padaku? Dan ternyata handphone masih sepi tak ada satu pun notif darinya pagi ini.Pagi yang sepi untuk hari yang cerah ini, seakan semangat dan celotehannya dari dirinya yang selalu hadir di pagi hariku mulai memudar.Akupun mencoba menghubunginya kembali ditengah waktu luang kerjaku, untuk memastikan keadaan dirinya.

Berkali kali aku mencoba menghubunginya namun tidak diangkat, aku pun mulai merasakan bahwa dirinya sudah marah kepadaku soal semalam.Tetapi, setelah aku tidak mencoba menghubunginya dirinya malah dia menelpon ku balik lantas saja aku langsung mengangkat teleponnya.

"Assalamualaikum, sayang maaf tadi aku dijalan kekerjaan.Hari ini jatah aku middle soalnya." Jelasnya melalui telepon.

"Walaikumsalam, ohh hari ini kamu middle? Gapapa aku cuma mau mastiin keadaan dirimu saja. Soalnya kamu tak biasanya seperti ini."

"Hmm, bukan inginku seperti itu.Tapi bukannya kamu marah padaku semalam, itu yang membuatku ragu menghubungimu."

"Ya begitulah adanya aku, aku yang terbiasa dengan kabarmu dan hari itu sama sekali hilang. Aku belum terbiasa saja, tapi bukan berarti aku benar benar marah apalagi benci padamu."Ucapku.

She's Violita (Completed)Where stories live. Discover now