PROLOG

748 102 107
                                    

بسم الله ارحمن ارهم

Holla, selamat datang di cerita pertamaku. Untuk yang belum tahu, kalian bisa panggil aku In.

.....

Banyak luka yang tercipta.
Banyak cerita yang kurasakan.

.....


Tepat malam ini adalah malam minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat malam ini adalah malam minggu. Malam yang menarik untuk melakukan segala sesuatu hal yang dilakukan diluar rumah, baik bersama pacar, sahabat, maupun bersama keluarga. Berjalan jalan menikmati indahnya malam bersama bintang dan bulan yang mengantung menerangi dunia yang gelap.

Di sebuah keramaian taman, seorang gadis cilik kini tengah berlarian kesana kemari seraya tertawa lebar. Gadis itu terus tertawa, berlari, dan melihat lihat sesuatu yang menurutnya menarik.

Seperti saat ini, langkah lari gadis manis kecil itu terhenti ketika melihat seorang anak yang sedang membeli balon gas. Gadis itu berlari mendekati ayah dan bundanya yang sedang memakan nasi goreng di salah satu kedai, senyuman gadis itu tetap saja masih tertahankan hingga saat ini.

"Ayah, Rindu mau balon."

Rindu nama gadis manis kecil itu, lengkapnya Rindu Gailta Violinda. Gadis manis yang masih menginjak bangku kelas tiga sekolah dasar, umurnya baru masuk sepuluh tahun kemarin.

Ayah gadis itu menatap putrinya yang terlihat menggemaskan dengan raut wajah yang seperti itu dan jika sudah seperti ini, apakah pria berumur itu akan menolak permintaan gadis Kecilnya. Tentu saja tidak.

"Ayo beli!" titah sang Ayah pada Rindu yang kini bersorak gembira mendengar ucapan ayahnya.

Rindu berjalan dengan tangan yang digenggam sang Ayah. Tak henti hentinya gadis itu berceloteh menceritakan hal hal yang dia alami sendiri. Dan ayahnya hanya merespon dengan tawa sesekali menggoda putri kecilnya dengan kata katanya seperti....

"Ah masa bohong ya," ucap Ayah dengan nada yang kentara menyebalkan. Rindu mencebikkan bibirnya kesal namun tak urung kembali tersenyum saat sampai di penjual balon yang di inginkannya.

"Rindu mau yang gambar apa?" tanya Ayah gadis itu, menatap putrinya yang tengah memandangi balon balon diatasnya.

"Rindu mau frozen yah."

Rindu menggenggam balonnya erat, sesekali ia naik turunkan balon itu ke udara. Tawa gadis itu tercipta jelas dan terdengar sangat bahagia.

Gadis kecil yang manis itu kembali berlarian membawa balonnya dan sekali lagi ia berhenti ketika melihat penjual es krim yang berada di salah satu kedai.

Rindu berlari, "Ayah Rindu boleh minta uang?" tanya Rindu pada Ayahnya.

"Buat apa?" kini sang Bunda tercinta bertanya dengan nada seperti biasa, halus menenangkan.

"Rindu mau es krim itu nda," balas Rindu dengan cepat, jari telunjuk Rindu mengarah pada kedai es krim yang di inginkan.

Ayah Rindu memberikan selembar uang kertas bewarna hijau pada gadis kecil itu yang langsung di sambar gadis itu. Tak lupa dengan kata terimakasih, Rindu berlari menuju kedai es krim tersebut.

"Ibu, yang ini satu ya," pesan Rindu.

Setelah mendapatkan es krim yang diinginkan Rindu berjalan ke salah satu bangku yang bisa dijadikan tempat duduknya sementara.

"Hai."

Sebuah sapaan Rindu berikan pada anak laki laki kecil yang tengah bermain balon air di dekat bangku yang ingin di duduki Rindu.

Anak laki-laki itu menoleh melihat Rindu, "Nama kamu siapa?" Rindu bertanya.

"Raga, nama kamu?"

"Nama aku Rindu."

Acara perkenalan singkat yang menyenangkan dan dapat membuat dua anak akrab dalam waktu kurang satu jam itu membuat Rindu maupun Raga terus tertawa bahagia.Baik Rindu maupun Raga tak ada yang merasakan bosan, mereka saling bermain dengan hal hal yang menarik disekitar mereka

"Aku punya balon," ucap gadis manis kecil itu yang disambut baik oleh Raga.

Rindu berjalan berdampingan dengan Raga menuju tempat dimana kedua orang tua Rindu berada. Rindu mengambil balon frozen yang tadi ia titipkan pada ayahnya.

Setelah itu mereka kembali ke tempat awal.

"Yah terbang," suara Rindu terdengar sangat kecewa ketika melihat balon yang baru dibelinya terbang karena ulah teman barunya.

"Maaf, aku nggak sengaja," Raga pun sama, suaranya terdengar sangat merasa bersalah.

"Rindu ayo pulang, udah malam banget," teriakan bunda Rindu mengalihkan tatapan dua anak yang terus memandangi balon yang berada di udara.

"Maaf, aku ganti ya."

"Nggak usah, nggak apa apa," ucap Rindu yang kembali tersenyum.

"Rindu..." teriakan khas suara wanita terdengar di kedua telinga Rindu dan Raga.

"Aku pulang, namaku Rindu. Dadah."

.....

See you next part.
21 Maret

Hurt and HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang