17. first courtship offer

160 40 30
                                    

Kenangan ada untuk dikenang bukan dilupakan. Walau terkadang kenangan manis kan berubah menjadi tangis.

Hurt and Heart

Happy Reading!

"Yes, I will."

Raga tersenyum. Dia sangat bersyukur akhirnya harapannya bisa menjadi kenyataan dan sekarang harapan terakhirnya bersama Rindu adalah dia bisa membangun rumah tangga dengan gadis itu dan bahagia, memiliki anak anak yang lucu dan bisa menjadi imam dunia akhirat.

Ya itu harapannya. Singkat tapi tak ada yang tau apakah itu bisa terwujud atau tidak.

"Kak, gue boleh nanya?" Raga mengangguk, menatap wajah Rindu yang terlihat cantik dengan tatapan teduhnya.

"Apa sebelumnya kita pernah ketemu?" tanya Rindu pelan namun dapat Raga didengar oleh Raga. Raga pun tersenyum, mengangguk kecil dan pikirannya yang mulai bernostalgia dengan masa lalu. Masa dimana dia dan Rindu bertemu kembali setelah pertemuan pertamanya di taman.

"Pernah, tiga kali mungkin, tapi itu waktu kecil," balas Raga dengan senyuman. Sedangkan Rindu tengah berusaha mengingat mimpinya.

"Jadi itu kakak?" tanya Rindu tak percaya. Raut wajahnya benar benar terkejut. Apalagi ketika melihat Raga tersenyum dan mengangguk.

"Kak-"

Kring....

Bel kembali berbunyi meminta semua murid dan guru untuk kembali melanjutkan kegiatan belajar menganjarnya. Raga bangkit dari duduknya begitu pun dengan Rindu. Mereka berjalan berdampingan.

"Belajar yang bener," ujar Raga, tangan kanannya mencubit pipi kanan Rindu membuat gadis itu merengut kesal.

***

Tertawa lepas?

Yeah itu yang sedang dilakukan Rindu saat ini. Berjalan sambil bercanda bersama Gilsya disampingnya. Bel pulang berbunyi sudah lewat dari setengah jam yang lalu dan kedua gadis ini baru keluar dari kelas. Sekolah pun sudah mulai sepi hanya ada beberapa anak yang tengah menunggu jemputan ataupun ekstrakurikuler.

Tak sedikit orang yang tak mengetahui siapa dua gadis itu. Sifatnya yang ramah dan wajahnya yang cantik membuatnya banyak dikenal orang.

"Rin, lo pacaran ya sama Kak Raga?" ditengah tawanya, Gilsya berucap dengan tatapan menyelidik berniat menggoda Rindu. Jari telunjuknya pun dia acungkan didepan wajah Rindu.

Rindu yang mendengar itu tersenyum malu, "Apaan sih?" elak Rindu seraya menepis jari telunjuk Gilsya didepan wajahnya. Tapi pikirannya memikirkan saat Raga menembaknya untuk ketiga kalinya.

"Sok sok'an malu malu kucing lo," cibir Gilsya menyenggol pundak kanan Rindu dengan pundaknya.

Rindu tak membalas, gadis itu menutupi sedang menutupi rasa malunya dengan keterdiamannya.

"Bener kan lo pacaran sama Kak Raga?" tanya Gilsya sekali lagi, tawanya masih belum berhenti. Tatapannya pun terus menyelidik mata Rindu.

"Bodo amat," balas Rindu acuh dan segera mempercepat langkah kakinya. Ia sudah terlanjur malu, kalian pasti tahu kan bahwa awalnya dia menolak Raga namun sekarang? Yeah, sekarang dia resmi menjadi kekasih dari seorang Raga Aldarren, kakak kelasnya.

Hurt and HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang