4

10 2 0
                                    


Cahaya matahari menembus jendela kamar seorang gadis. Kamar yang dominan dengan warna kuning dan corak abstrak pada dinding kamarnya. Tak banyak hiasan, hanya sekedar foto polaroid ia bersama sahabat-sahabatnya, orang tua, kakak, dan adik Reshya tentunya.

Alarm dari hanphone Reshya berbunyi nyaring. Tepat pada pukul 5 pagi, Reshya bersiap untuk ke sekolah. Bagi dirinya, berangkat ke sekolah dipagi hari merupakan hal yang menyenangkan. Selain dapat udara yang sejuk, kita pun mendapat sapaan ceria dari suasana pagi hari yang hangat, serta padatnya Kota Jakarta.

Rencana Reshya di hari ini, tepatnya hari Senin. Ia akan membuang semua kejadian yang terjadi di toko buku, kemarin. Namun, kekhawatiran Reshya tentu masih ada. Ia memikirkan, bagiamana jika Gema tetap berusaha mencari keberadaan Reshya. Gema memang tidak jago terhadap hal mengintai keberadaan seseorang, tetapi Reshya tahu betul bahwa Gema tidak akan menyerah semudah itu. Terhadap hal yang menurut dia sendiri, perlu diselesaikan.

Lalu apa yang bisa Reshya perbuat kalau sudah terjadi seperti ini. Pada akhirnya, Reshya hanya menunggu, bagaimana kelanjutan cerita hidupnya di usia masih tergolong muda.

16 Tahun, seorang siswi SMA yang belum memiliki KTP. Bahkan, makan saja masih suka disuapi abangnya. Sungguh kekanakan kata papahnya.
Tapi itulah Agreshya Gevana, Siswi SMA GALESTA. Berumur 16 tahun, memiliki paras sangat cantik. Ralat, Reshya adalah siswi yang sangat manis, baik hati, anggota ekstrakulikuler photografi. Jadi tidak heran, kalau kamarnya dipenuhi Foto Polaroid. Selain itu, hobi siswi manis ini adalah berenang.

Reshya bilang kalau berenang, adalah hobi yang palingg ia tekuni. Selain belajar tekniknya, bagi Reshya kolam renang adalah tempat yang tepat untuk berhalusinasi, mengeluarkan amarah, bahkan menangis.

                                

Dengan langkah penuh harapan, Reshya menaiki anak tangga lantai 3 menuju lantai 4. Kelasnya berada di tengah sisi sekolah yang gedungnya berbentuk huruf-U. 11 MIPA-3 , kelas yang sekarang ia datangi. Dengan hati yang biasa saja, langkah kaki yang awalnya penuh harapan, sekarang berubah menjadi langkah gontai.

Givellya Fat. Pramudyo, salah satu sahabat Reshya. Sifatnya yang suka berbicara pedas, tapi moodboster bagi siapapun yang kenal dengannya. Dengan model rambut yang sering dijedai, tinggi badan 173 yang membuat Fat bergabung dalam Tim Basket putri SMA GALESTA, Sang kapten basket putri lebih tepatnya.

Thalia Yasmin, sahabat Resya juga yang menempati Kelas 11 IPS-1. Memang berbeda kelas dan jarknya pun jauh sekali. Tapi suaranya yang nyaring, membuat seluruh antero sekolah tahu, bahwa hanya Thalia lah yang memiliki suara sebesar dan senyaring itu. Parasnya yang sangat cantik, menjadikan ia seorang mayoret di ekskul Marching Band. Pacarnya Rivandi Yaman Putro, si Ketua ekskul Theater yang merupakan Sahabatnya Devan Erlino Pamungkas. Most Wanted sekolah yang Ramah, sekaligus pembalap Motor.

Tampaknya kedua sahabat Reshya, belum memunculkan batang hidungnya. Itulah yang menyebabkan Reshya malas seklai duduk di bangku kesayangannya itu.

Tinggg….
+6282234659700
Gaperlu ngumpet, Gema pasti tahu keberadaan lu dimana ,sayang.

Bingung.
Itulah yang Reshya alami sekarang. Banyak perkiraan yang dipikirkan Reshya. Takut akan kejadian yang tidak diinginkan akan terjadi. Namun, tak tahu bagaimana caranya, agar Reshya tak lagi memikirkan kerjaan orang iseng ini. Karena, banyak dugaan Reshya yang belakangan ini menjadi kenyataan. Ia harap, tidak dengan dugaan hal yang satu ini.

                              

Don’t wanna feel another touch
Don’t wanna star another fire
Don’t wanna know another kiss
Don’t wanna name falling off my lips

Don’t wanna give my heart away
To another stranger
Or let another day begin
Won’t even let the sunlight in

No, I’ll Never Love Again

Earphone itu menyumpat telinga seseorang yang berada di Taman Belakang Sekolah. Ia ikut bernyanyi. Tak banyak yang mengetahui bahwa Reshya memiliki suara yang merdu dan penuh dengan penghayatan. Hanya abangnya saja yang mengetahui, mamah dan paphnya tak mengetahui bahwa anak bungsunya itu, pandai bernyanyi.

Reshya hanya ingin bernyanyi bila keadaan hatinya tak mendukung dengan ekspetasi. Alay memang, tapi menyuarakan semuanya kedalam lagu adalah hal yang paling memuaskan bagi reshya. Terlebih lagi, lagu yang dinyanyikan berkaitan dengan masalah hati. Mungkin, akan lebih cepat menenangkan.

Memilih untuk berhenti bernyanyi, gadis itu siap untuk berdiri dan kembali ke kelasnya di lantai 4. Sambil berjalan menuju tangga, tak sengaja Reshya mendengar suara baku hantam yang berasal dari Kolam Renang Outdoor SMA GALESTA. Selain Kolam Renang itu jarang digunakan sepagi ini, setahu Reshya tak ada siswa maupun siswi yang berani masuk ke sana kecuali Reshya dan teman-teman ekskul renang lainnya. Karena, Pak Deby yang melarang keras untuk masuk kesana kecuali yang sudah jago berenang. Karena penasaran sekaligus bingung.

Reshya memutuskan untuk mengintipnya saja dari celah pintu yang terbuka sedikit.

BBUUGHH
“ Anjing lo bangsat, gua gatau seberapa mahal lo dibayar buat merenggut semua hak yang harusnya gak lo milikin. Selama ini gua selalu liatin lo kalo gak kelewatan, bangsat. Kalo lo bukan adeknya Tio, udah gua bunuh lo “
BBUGGHHH BUUGGHH

Boomber Army, sepatu Vans. Itu yang Reshya lihat. Wajahnya tertutupi oleh poni rambutnya sendiri.
Menurut Reshya sudah cukup keponya, dan tidak terlalu penting juga untuk mengurusi hal2 yang tidak penting. Ia memutuskan untuk pergi dari Kolam Renang Outdoor, dan menuju kelasnya.

                              

”Bila terlalu banyak bagian yang tergores.
Maaf, aku tak mampu mengucapkan Selamat Tinggal”









_______________________________________

PS : Kalau suka ceritanya jangan lupa vote ya💛

Stringing The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang