36
"Kau tak bersalah, Lisa."
So, bagaimana caranya mengatakan ini, ya?
Lisa tertidur, setelah menangis, dimana aku hanya mencoba menenangkannya tanpa mengusiknya. Maksudku, ya, sekarang dia tertidur.
Tapi...
... bersandar di bahuku.
Aku tak keberatan, sungguh.
Tapi aku merasa tak tenang, entah mengapa.
Jantungku berdetak sangat kencang.
Sesuatu yang pernah kurasakan sebelumnya.
Jika aku tidak salah... ya, sama seperti awal aku melihatnya di rooftop.
Perasaan menggebu itu... seolah jantungku ingin melompat keluar begitu saja, lalu salto-jungkir-balik-memecahkan bata, seperti pesilat handal dan--ah! Entah apa yang kupikirkan ini.
Wangi rambutnya tercium.
Samponya... seperti beraroma stroberi.
Atau aloe vera.
Astaga, Taehyung.
Kau tak bisa membedakan wangi stroberi dan aloe vera?
Ya Tuhan, pikiranku serasa kacau sekali.
Entah bagaimana caranya aku berpikir ini.
Aku terdiam, mencoba menelan ludahku dalam diam.
Lalu... keheningan benar-benar terasa.
Rasanya begitu mengganjal.
Aku menarik napas perlahan dan mencoba melirik Lisa sedikit.
Napasnya terlihat teratur.
Dia tidur dengan baik.
Tapi... kulihat sedikit jejak airmata di pipinya.
Bagaimana bisa kau menyetujui bertemu dengan pria yang sudah mencampakanmu, Lisa?
Jika aku bisa, sudah kupukul ia untukmu.
Kau hanya menyakiti dirimu sendiri jika masih membiarkan mereka mengusikmu, hanya untuk mengatakan kepadamu agar kau tak mengusik mereka.
Padahal, mereka tengah tenggelam akan dosa mereka sendiri, juga pandangan buruk kenalan mereka.
Kau tak bersalah, Lisa.
Kau tak berdosa.
Tapi kau membiarkan mereka terus melukaimu...
Apa yang harus kulakukan?
Semakin lama, semakin tak kusadari bahwa aku menatap wajahnya cukup lekat.
Mata yang terpejam itu.
Bulumatanya masih sedikit basah.
Pipinya berjejak airmata kering.
Tetapi napasnya tenang.
Diantara, kesedihan yang tengah menimpanya.
"Lisa..."
Aku berbisik, memanggilnya.
Bukan menginginkan jawaban.
Aku hanya ingin bicara.
Walau ia takkan mendengarnya, yang terpenting, alam bawah sadarnya tetap mendengarku.
"Kau bertanya padaku... apakah kau bisa mempercayaiku?"
Aku menelan ludahku kembali, melihatnya masih tertidur dengan tenang.
"Jawabanku hanya satu, Lisa. Aku selalu memintamu untuk percaya padaku."
Ingin kusentuh wajahnya.
Ingin kuyakinkan ia bahwa ia akan baik-baik saja.
Disini,
"Aku tahu kau takut. Aku tahu... sebelumnya aku hanya orang asing... yang bahkan bisa kau kenal secara tak sengaja. Tapi... aku benar-benar bersyukur, nomorkulah yang kau tekan saat kau mabuk waktu itu."
denganku...
"Dua orang terdekatmu menghianatimu. Aku yakin, itu yang membuatmu menahan diri. Tapi Lisa, sejak aku mengenalmu, bahkan sejak pertama kali aku mendengarmu menangis... aku hanya..."
Aku kesulitan untuk menahan jemariku, agar tak menyentuhnya.
Aku mencoba menahannya, tapi...
"hanya... ingin memastikan... tak ada tangisan lagi... yang keluar dari mulutmu..."
... bagaimana caranya menahan diri?
Jemariku bergerak... mencoba menyentuh wajahnya...
"Aku hanya... ingin kau tahu... bahwa aku begitu ingin... membantumu... menghapus luka itu... Lisa..."
Aku hanya... ingin menyentuhnya...
Lebih dekat...
Sedikit saja...
... tapi...
... aku menarik diri.
Aku takkan melakukan apapun, yang dapat beresiko membuatnya tak bisa mempercayaiku.
Maaf, aku hanya perlu mencurahkan apa yang kurasakan.
Aku tersenyum tipis, sebelum menyamankan posisi bersandarku pada sandaran sofa, dimana kami duduk. Lalu mencoba menutup mataku, dan tertidur bersama Lisa.
-:o+o:-
aku mau cium yang bisa mengeja heiuuiiiu kkk~
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Someone's Shot of Whiskey (TAELICE)
FanfictionTaehyung mendapatkan sebuah pesan di malam sibuknya, yang ternyata berasal dari seorang gadis patah hati yang mabuk. Awalnya Taehyung tak ingin memedulikannya, namun setelah mendengar tangisnya, sesuatu telah mendorong Taehyung untuk peduli. Started...