Hampir satu bulan ini Jaehyun selalu sibuk dengan pekerjaan kantornya. Ia selalu telat pulang. Bahkan di akhir pekan pun ia tetap berangkat ke kantor. Dan karena karena itu, Jaehyun tidak punya waktu untuk Jaehan.
Jaehan hanya bisa bertemu ayahnya saat pagi-mereka sarapan dan berangkat bersama.Jaehyun juga tidak pernah menemani Hanna untuk menjemput Jaehan lagi selama seminggu sekali-seperti yang ia janjikan pada sang anak. Jaehyun terlalu sibuk.
Hanna sama sekali tidak masalah jika Jaehyun sibuk dengan perusahaannya. Ia tahu jika perusahaan sedang ada masalah karena salah satu direktur menggelapkan dana perusahaan yang jumlahnya tidak sedikit. Dan Jaehyun jelas harus mengembalikan semuanya kembali seperti semula.
Tapi setahu Hanna, masalah itu sudah diselesaikan seminggu yang lalu. Tapi sampai saat ini, Jaehyun masih terus pulang malam dan mengaku sibuk dengan pekerjaan kantor. Dan Hanna memilih untuk percaya pada apa yang dikatakan oleh suaminya itu.
"Appa masih belum pulang ya?" Hanna bangkit dari sofa dan berjalan ke arah Jaehan yang berjalan sempoyongan karena baru saja terbangun dari tidurnya.
"Kenapa kau turun?" tanya Hanna sambil mengangkat tubuh Jaehan-menggendongnya dan membawanya untuk duduk di sofa.
Jaehan menyenderkan kepalanya pada bahu Hanna lalu mengucek matanya pelan. "Aku pergi ke kamar Eomma tapi tidak ada siapa-siapa."
Hanna mengusap punggung kecil Jaehan-memberikan kenyamanan yang membuat rasa kantuk Jaehan kembali datang. "Maafkan Eomma. Kau mau kembali ke kamar?"
Jaehan menggeleng. "Aku mau menemani Eomma menunggu Appa saja disini."
Hanna tersenyum mendengar ucapan putranya. "Baiklah jika itu maumu."
Suara detik jam memenuhi ruangan yang remang. Satu jam berlalu dan Jaehyun belum juga datang. Jaehan kembali tertidur di sofa sementara Hanna menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dengan mata terpejam.
Ia menarik napas dalam lalu menegakkan tubuhnya. Tangannya meraih ponsel yang berada di atas meja. Hanna mencari kontak Jaehyun lalu menghubungi lelaki tersebut.
"Kau di mana?" tanya Hanna begitu panggilannya dijawab.
"Aku berada di apartemen Johnny Hyung. Tadi begitu selesai rapat aku merasa sangat lelah dan memilih pulang ke sini karena jaraknya dekat dengan kantor. Kenapa kau belum tidur, Han?"
Hanna diam-diam merasa lega mendengar ucapan Jaehyun. Johnny memang sudah pindah dua minggu yang lalu, dan kebetulan apartemennya berdekatan dengan kantor. Sebelumnya, Jaehyun juga pernah menginap di sana.
"Aku terbangun dan tidak menemukanmu di sampingku. Makanya aku menelepon. Maaf, kau pasti sudah tertidur.""Tidak. Aku belum tidur. Aku masih harus mengecek beberapa laporan."
"Jangan terlalu memaksakan, Jae. Kau harus tetap menjaga kesehatanmu."
"Iya Han. Tidurlah. Kau harus bangun pagi dan mengantar Jaehan ke sekolah besok. Sepertinya aku tidak bisa pulang."
Hanna tersenyum getir. Hanna berharap Jaehyun bisa menyisihkan sedikit waktu untuk Jaehan, tapi sepertinya hal itu sangat sulit dilakukan. "Hm. Baiklah. Kalau begitu ku tutup."
"Iya."
Hanna masih menempelkan ponselnya pada telinga setelah mendengar ucapan Jaehyun. Ia belum mau memutuskan sambungan telepon tersebut, dan sepertinya Jaehyun mengira kalau Hanna sudah memutuskan sambungannya. Karena beberapa detik setelahnya, suara seorang perempuan terdengar dari seberang telepon.
"Kau sudah berbicara dengannya?"
"Sudah. Apa Jungyeon sudah tidur?"
Hanna menekan tombol merah pada layar ponselnya dengan cepat. Tidak mau mendengar lebih banyak lagi pembicaraan dari seberang telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice ✔
Fanfiction[ SUDAH TERBIT ] (SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS) Jaehyun diberi dua pilihan. Kembali bersama masa lalunya atau bertahan dengan keluarga kecilnya. Mana yang akan dipilih olehnya? Started in October Finished in January (Rated 17+) High Ranks : 🏅 #2 on...