"Kak Irene, itu bukannya..."

3.5K 319 19
                                    

Irene dan Seulgi masuk kedalam kelas yang lumayan luas ini dengan meja dan kursi yang hanya diisi satu orang anak layaknya anak kuliahan.

Sudah ada guru disana, Irene dan Seulgi melangkah mendekat saat sang guru yang sedang mengajar itu berdiri dan tersenyum hangat menyambut kedatangan mereka. Irene dan Seulgi membungkuk hormat pada ibu guru berjilbab itu.

Ibu guru berhijab itu tampak sedikit keheranan namun membalas mereka dengan bungkukan badan juga.

“Kalian anak baru itu kan?” tanya ibu guru tersebut dengan suara lemah lembutnya.

Irene dan Seulgi mengangguk singkat dengan senyum tipis,“Iya bu.”

“Kalo gitu silahkan kenalkan diri kalian terlebih dahulu ketemen sekelas kalian ini.”

Seulgi menghilangkan senyumannya dan merubah ekspresinya menjadi datar, ia menatap sang guru itu,“Bisa gak kalo kita langsung duduk aja?”

Irene menyenggol pelan lengan adiknya itu dan memberinya tatapan tajam. Kemudian Irene memandang guru itu yang kini menghela napas pelan,“Baik bu.”

Setelah itu, Irene menghadap kedepan—teman teman kelasnya yang baru—dengan wajah datar serta dinginnya itu meskipun ia sudah dengan susah payah menarik sedikit saja sudut bibirnya untuk tersenyum tipis,“Gue Irene. Salam kenal semua.”

“Dan gue Seulgi.” sambung Seulgi datar.

Sontak, anak anak kelas itu langsung berkoar. Ada yang berdecak kagum dengan sikap dingin mereka, ada juga yang terlena dengan paras cantik mereka, bahkan ada juga yang mencibir mereka.

Mengambil alih, Bu guru hijab itu atau sebut saja Bu Khodijah segera memberi tanda diam untuk anak anak muridnya itu.

“Syutttt... Sudah sudah, jangan berisik. Ada yang mau ditanyakan tidak?” ucap Bu Khodijah.

Seulgi langsung menyahut malas,“Tapi gue males jawabnya. Udah deh langsung duduk aja, ribet banget si.”

Irene hanya bisa menghembuskan napas lelah dan meniup helaian poni panjangnya yang menggangu. Sedangkan Bu Khodijah sedikit tersentak mendengar suara datar Seulgi yang terdengar tidak sopan kepadanya.

“Eh anak baru! Songong banget lu ya ama guru! Gak diajarin sopan santun lo sama babeh enyak lo?” teriakan itu membuat Seulgi segera mengarahkan pandangannya pada sumber suara. Ternyata yang berucap adalah manusia berkuping caplang yang duduk dimeja paling belakang barisan kedua dari kanan. Dari nametag yang ada diseragam cowok itu, Seulgi tahu bahwa namanya adalah Raditya Chanyeol Bagaskara. Maka Seulgi tandai lelaki itu sebagai orang pertama yang ingin Seulgi hindari jauh jauh. Terlihat dari wajahnya yang super menyebalkan yang malah bikin Seulgi ingin segala memakan daging manusia itu. Tapi Seulgi pasti akan berpikir lagi, takut sudah alot tulang Chanyeol Chanyeol itu.

Seulgi menatap datar lelaki itu tanpa menjawab teriakannya, namun tanpa orang disekitarnya ketahui, Seulgi memberi kekuatannya yaitu membuat Chanyeol seolah tertonjok kepalanya dari belakang. Dan memang terjadi, Chanyeol menjerit kesal lalu berputar badan kebelakang menatap garang temannya yang sedang ngupil.

“Heh kutil! Lu kok nonjok pala gue si nyet?!” omel Chanyeol.

Bu Khodijah langsung melotot,“Chanyeol, bahasa kamu!”

Chanyeol meringis,“Eh iya maap bu. Abis nih si item nonjok nonjok kepala saya bu, padahal saya gak salah apa apa.”

Kai, orang yang tertuduh menghentikan aksi ngupilnya dan memasang wajah kesal karna tak terima dituduh nonjok kepala Chanyeol,“Apaansi lo! Gue daritadi ngupil juga, malah dituduh nonjok palalu! Tanya nih sama Cabe! Ya kan be?” Kai meminta persetujuan pada teman disebrangnya yang hanya diam bak anak kalem.

wolves | blackvelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang