Cepat sekali Dewa Pedang berkelit, namun tetap saja masih harus menerima hempasan angin kibasan tangan si Jari Malaikat Maut itu. Akibatnya, tubuhnya terhuyung ke belakang beberapa langkah. Pada saat itu, si Jari Malaikat Maut sudah meluruk cepat dengan sepuluh jari terkembang bagai sepasang cakar burung elang.
"Hiyaaa...!" "Hup!"
Buru-buru Dewa Pedang membanting tubuhnya ke tanah. Namun lagi-lagi hatinya terperanjat karena kaki lawannya berhasil menyepak iga sehingga membuatnya harus bergulingan sejauh beberapa batang tombak di tanah.
"Mampus kau, Dewa Pedang! Hiyaaat..!" teriak Jari Malaikat Maut keras menggelegar.
Seketika itu juga dihentakkan tangan kanannya ke depan. Saat itu secercah cahaya merah bagai bola api sebesar kepala orang dewasa, meluncur deras dari telapak tangan pemuda berbaju putih itu. Dewa Pedang terperangah, dan tidak punya kesempatan menghindar lagi.
Dan pada saat yang kritis, mendadak saja berkelebat bayangan putih bercampur cahaya biru berkilau menyampok bola api yang dilepaskan si Jari Malaikat Maut. Bola api itu langsung terlontar balik ke arah pemiliknya. Hal ini membuat si Jari Malaikat Maut harus berpelantingan menghindarinya. Satu ledakan keras menggelegar terdengar begitu bola api itu menghantam dinding tembok pagar yang melingkari padepokan itu. Tembok itu hancur berkeping-keping menimbulkan kepulan debu yang membumbung tinggi ke angkasa.
"Setan alas...!" umpat si Jari Malaikat Maut geram.
Entah dari mana datangnya, tahu-tahu di depan Dewa Pedang sudah berdiri seorang pemuda tampan mengenakan baju rompi putih. Tangannya memegang sebilah pedang bergagang kepala burung Rajawali yang memancarkan sinar biru berkilau, sehingga membuat malam yang pekat ini jadi terang benderang bagai siang hari.
"Kau tidak apa-apa, Paman Dewa Pedang?" lembut suara pemuda berbaju rompi putih itu.
"Tidak, terima kasih," sahut Dewa Pedang sambil bangkit berdiri.
"Kau tentu Pendekar Rajawali Sakti!"
Pemuda berbaju rompi putih itu hanya tersenyum dan menoleh sedikit pada Dewa Pedang yang sudah berdiri di samping kanannya. Dia memang Pendekar Rajawali Sakti. Pemuda itu melintangkan pedangnya di depan dada begitu melihat si Jari Malaikat Maut sudah bersiap menyerang kembali
"Menyingkirlah, Paman. Biar kuhadapi sendiri," kata Rangga yang lebih dikenal sebagai Pendekar Rajawali Sakti.
"Hati-hatilah. Ilmunya tinggi sekali," Dewa Pedang mengingatkan seraya melangkah mundur.
Rangga hanya bergumam saja. Digeser kakinya ke kiri, menjauhi Dewa Pedang. Dia tidak ingin laki-laki setengah baya itu menjadi sasaran serangan si Jari Malaikat Maut. Rangga sempat melirik ke arah lain. Tampak Pendekar Jari Malaikat datang menghampiri bersama Arya Dipa.
"Huh! Selalu saja kau muncul, Pendekar Rajawali Sakti!" dengus si Jari Malaikat Maut gusar.
"Sudah kuduga, kau pasti akan datang ke sini, Kobar," ujar Rangga menyebut nama asli si Jari Malaikat Maut.
"Aku Jari Malaikat Maut, bukan Kobar," bentak pemuda itu geram.
"Apa pun julukanmu, kau tetap Kobar. Anak angkat Pendekar Bayangan Dewa dan si Ular Betina dari Selatan. Aku sudah tahu siapa kau sebenarnya. Dan aku tidak ingin kau terlalu lama mendewakan nafsu serakah dan keangkaramurkaan!" lantang suara Rangga.
"Ha ha ha...!" si Jari Malaikat Maut yang sebenarnya bernama Kobar tertawa terbahak-bahak. Sama sekali memandang sebelah mata pada Pendekar Rajawali Sakti.
"Tertawalah sepuasmu, Kobar. Malam ini akan kuhentikan segala tindakanmu!" dingin nada suara Rangga. "Monyet..! Sepatutnya kau mampus lebih dulu, Pendekar Rajawali Sakti!" bentak si Jari Malaikat Maut gusar.
"Hiyaaa...!"
Belum lagi hilang suara pemuda berbaju putih ketat itu, mendadak saja si Jari Malaikat Maut melompat menerjang Pendekar Rajawali Sakti. Cepat sekali serangannya, tapi Rangga lebih cepat lagi berkelit menghindari serangan itu. Pertarungan pun tidak dapat dihindarkan lagi. Meskipun menggenggam Pedang Pusaka Rajawali Sakti, tapi Rangga masih belum mau berbenturan secara langsung dengan lawannya. Dia menggunakan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib', dan selalu menghindari setiap serangan si Jari Malaikat Maut.
Pedang Pendekar Rajawali Sakti yang memancarkan cahaya biru menyilaukan itu selalu berkelebatan cepat, mengacaukan setiap serangan si Jari Malaikat Maut. Namun setiap kali pemuda itu berusaha menahan arus kibasan pedang dengan tangannya, Rangga selalu berhasil mengindari dengan memutar balik arah tebasannya. Dan ini semakin membuat si Jari Malaikat Maut bertambah marah.
"Keparat! Kau mempermainkan aku, heh...!" geram si Jari Malaikat Maut gusar.
Umpatan si Jari Malaikat Maut tidak dihiraukan Pendekar Rajawali Sakti. Pemuda berbaju rompi putih itu terus saja mempergunakan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib', sambil memain-mainkan pedangnya. Sinar biru yang memancar dari Pedang Pusaka Rajawali Sakti itu semakin bertambah terang menyilaukan mata, membuat si Jari Malaikat Maut semakin terkecoh. Bola matanya mulai terasa pedih, dan berusaha dihindari tatapan matanya pada sinar biru berkilau itu.
"Keluarkan semua ilmu curianmu, Kobar!" seru Rangga memancing amarah si Jari Malaikat Maut.
"Bedebah! Kubunuh kau, setaaan..!" geram si Jari Malaikat Maut semakin memuncak amarahnya.
Serangan-serangan si Jari Malaikat Maut semakin gencar dan berbahaya sekali. Jurus demi jurus berganti cepat. Semakin lama pertarungan itu, semakin dahsyat serangan yang dilakukan si Jari Malaikat Maut. Tapi rupanya Rangga masih mampu menghindari setiap serangan itu. Dengan bantuan cahaya pedangnya yang menyilaukan, Pendekar Rajawali Sakti mampu berkelit cepat dan mengecoh serangan-serangan lawannya. Tapi bagaimanapun juga, Rangga menyadari kalau pertarungan seperti ini tidak akan bertahan lama lagi. Dan sudah dipersiapkan apa yang akan terjadi nanti. Rangga sadar, kalau tidak si Jari Malaikat Maut, maka dirinyalah yang akan tewas malam ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
34. Pendekar Rajawali Sakti : Jari Malaikat
ActionSerial ke 34. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.