BAGIAN 5

820 35 0
                                    

Arya Dipa benar-benar tidak mengerti begitu sampai di suatu tempat yang belum pernah didatangi. Sebuah goa yang tidak begitu besar, namun kelihatan bersih. Di dalam goa itu duduk bersila seorang perempuan tua mengenakan jubah kumal di samping sesosok tubuh yang terbaring tanpa daya. Sosok tubuh seorang laki-laki berbaju biru.
"Siapa mereka?" tanya Arya Dipa seperti bertanya pada dirinya sendiri.
"Mereka adalah Pendekar Bayangan Dewa dan Nyi Palak yang lebih dikenal sebagai si Ular Betina dari Selatan," Pendekar Jari Malaikat memperkenalkan Arya Dipa pada perempuan tua berbaju kumal yang memegang tongkat itu.
Perempuan tua itu hanya menganggukkan kepalanya sedikit, dan sedikit pun tidak beranjak dari tempat duduknya. Pendekar Jari Malaikat duduk bersila. Sementara Arya Dipa mengikuti, duduk di samping laki-laki tua berbaju putih panjang itu. Benaknya masih berputar untuk bisa memahami semua yang dialami sekarang ini.
Arya Dipa memandangi laki-laki berbaju biru yang terbaring di lantai goa beralaskan rerumputan kering dan dedaunan. Kelopak matanya terpejam rapat. Namun dari gerakan dada yang lemah, menandakan kalau orang yang namanya disebut Pendekar Jari Malaikat sebagai Pendekar Bayangan Dewa itu masih hidup. Perhatian Arya Dipa beralih pada perempuan tua berbaju kumal yang memegang tongkat berbentuk ular hitam. Wajah wanita tua itu kelihatan murung, dan tidak pernah lepas merayapi laki-laki yang terbaring itu.
"Kita masih menunggu seorang lagi, Arya Dipa," jelas Pendekar Jari Malaikat memecah kebisuan yang terjadi beberapa saat tadi.
"Siapa?" tanya Arya Dipa.
"Pendekar Rajawali Sakti. Mungkin saat ini masih berada di Desa Banyu Reges," sahut Pendekar Jari Malaikat.
"Pendekar Rajawali Sakti…? Siapa lagi dia?" gumam Arya Dipa seolah bertanya pada dirinya sendiri.
Belum lagi pertanyaan Arya Dipa terjawab, terdengar suara langkah kaki di luar goa. Arya Dipa menoleh, begitu juga Pendekar Jari Malaikat. Tapi dia cepat melompat bangkit berdiri, dan menatap Nyi Palak. Perempuan tua itu juga bangkit berdiri dengan wajah tegang. Suara langkah kaki itu berhenti tidak jauh di depan mulut goa.
"Dua orang ," gumam Pendekar Jari Malaikat.
"Biar kulihat, Kakang." kata Nyi Palak.
Namun belum juga Nyi Palak bergerak, di depan mulut goa muncul seorang laki-laki muda berwajah tampan mengenakan baju rompi putih. Di sampingnya, seorang gadis mengenakan baju biru yang wajahnya sangat cantik bagai bidadari dari kahyangan.
"Oh!" desah Pendekar Jari Malaikat.
Nyi Palak juga menarik napas panjang, Namun tatapan matanya sangat tajam menusuk pada wanita cantik berbaju biru di samping pemuda berbaju rompi putih itu. Pendekar Jari Malaikat menghampiri dan menyalami pemuda itu.
"Aku kira kau tidak muncul, Pendekar Rajawali Sakti," ucap Pendekar Jari Malaikat.
"Aku pasti datang," sahut pemuda berbaju rompi putih yang ternyata Pendekar Rajawali Sakti atau Rangga. Pendekar Jari Malaikat menatap pada gadis di samping Rangga.
"Oh, ini temanku. Namanya Pandan Wangi," ucap Rangga buru-buru memperkenalkan gadis di sebelahnya. "Kau katakan akan datang sendiri, Pendekar Rajawali Sakti," celetuk Nyi Palak.
"Tadinya memang begitu. Tapi, aku tidak bisa meninggalkan Pandan Wangi sendirian di rumah penginapan," sahut Rangga.
"Terlalu berbahaya, apalagi dalam suasana seperti ini."
"Ah.... sebaiknya duduk dulu. Mari..." potong Pendekar Jari Malaikat.
Rangga menganggukkan kepalanya sedikit, kemudian duduk di samping Nyi Palak yang sudah duduk lebih dahulu. Sedangkan Pandan Wangi tidak mau jauh-jauh di samping Pendekar Rajawali Sakti itu.
Pendekar Jari Malaikat kembali duduk di sebelah Arya Dipa. Mereka melingkari Pendekar Bayangan Dewa yang masih terbaring dengan mata terpejam rapat.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Rangga.
"Belum ada perubahan," sahut Nyi Palak pelan. Ada kesenduan pada nada suaranya.
"Luka dalamnya cukup parah, dan aku tidak yakin Pendekar Bayangan Dewa masih mampu bertahan untuk beberapa hari. Kalaupun dapat sembuh, kemungkinan akan bungkuk dan kehilangan satu kaki," jelas Pendekar Jari Malaikat.
"Maaf. Bisa memberi sedikit penjelasan padaku...?" pinta Arya Dipa memotong.
Semua yang ada di dalam goa itu langsung memandang Arya Dipa yang seperti terlupakan kehadirannya. Mendapat sorotan beberapa pasang mata. Arya Dipa jadi rikuh juga. Tapi pemuda itu memang ingin mengetahui. Dia memang jenuh menduga-duga terus tanpa dapat mengerti. Kehadirannya di dalam goa ini juga tanpa dimengerti sama sekali. Dan dia tidak tahu, untuk apa Pendekar Jari Malaikat membawanya ke tempat ini.

34. Pendekar Rajawali Sakti : Jari MalaikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang