Abimanyu Deni Saputra

92 18 16
                                    

2 tahun yang lalu

"Nanti kalo kita udah lulus harus daftar sekolah yang sama" - Deni

"Lah kenapa harus sama"

"Ya gapapa , kan kita sahabatan juga udah dari kecil, biar aku bisa jagain kamu juga" - Deni

"Baru juga masuk SMP udah mikirin kek gitu"

"Ya gapapa dong"

"Emang mau sekolah mana kita?"

"SMA aja gimana, gue yakin kok lo juga mampu masuk SMA"

"Kok kesannya gue goblok banget sih"

"Ya ga gitu"

"Ya gapapa sih, tapi emang mau SMA mana?"

"SMA negeri 3 aja , gimana?"

"Oke janji ya?"

"Iya tuan putri"

Deni adalah sahabat Elia dari kecil. Elia bertemu dengan Deni saat berusia 9 tahun. Deni adalah anak pindahan. Ayahnya mempunyai urusan bisnis yang mengharuskan pindah ke luar kota. Dan ya, mereka pindah di kompleks Permata Indah , yaitu kompleks yang sama dengan Elia.

Satu hal yang Elia ingat dengan jelas saat pertama kali bertemu dengan Deni di taman kompleks.

"Hai nama kamu Eli kan?" - Deni mengulurkan tangannya.

"Eli eli , enak aja , Elia namaku tu , Shelia" - kata Elia membalas uluran tangan Deni.

"Kenalin kalo aku Deni"

Jika diingat-ingat, momen itu sangat unik. Darimana Deni bisa tau nama Elia. Terlebih lagi salah. Elia selalu tertawa jika mengingat hal itu.

Semenjak pertemuan itu mereka terikat dalam persahabatan. Mulai dari bermain hingga belajar, mereka tak terpisahkan.

Seperti kata pepatah , dua sahabat pasti salah satunya menyimpan perasaan , tidak mungkin tidak. Ya , itu terjadi pada diri Elia. Kebersamaan-kebersamaan itu seiring waktu menyadarkan Elia bahwa sebenarnya , dia suka pada Deni. Ini hal yang salah , Elia menyadari itu. Namun , tepatnya enam bulan yang lalu Elia nekat menyatakan perasaannya pada Deni.

"Den, gue sebenarnya mau bilang sama lo, emm tapi..."  Ucap Elia gugup.

"Apa? Lo suka kan sama gue"

"Enggak , sok tau banget" - Elia mengelak

"Gue udah tau El , lo gausah ngelak" - ucapan Deni stay cool.

"Maafin gue den, gue udah ngerusak persahabatan kita"

"Nah itu lo tau akibatnya , seharusnya lo gausah ngungkapin itu ke gue"

"Tapi ini wajar kan, pasti salah satu diantara kita akan ngerasain hal kayak gini"

"Ya tapi lo seharusnya tetep usaha buat ngerahasiaain perasaan lo ke gue. Gue udah tau dan gue pura-pura gatau. Itu semua juga buat siapa? Buat hubungan persahabatan kita. Mulai hari ini gue ga janji bisa bersikap kaya dulu" - ucap Deni menghakimi.

"Jadi lo mau mutusin persahabatan kita"

"Gue ga bilang gitu, gue cuma bilang kalo gue ga bisa balik kaya dulu" - Deni

"Ini dia si Deni , akhirnya dicariin dari tadi ketemu juga. Den ayo ke kantin , makan sekaligus cuci mata, ga bosen apa disini" - ucap salah satu teman Deni yang tiba tiba datang begitu saja.

"Iya nih gue udah bosen" - tanpa ragu Deni meninggalkan Elia sendirian.

Detik itu juga rasanya Elia tak sanggup membendung air matanya. Terlebih Deni setega itu meninggalkan dirinya sendirian tanpa rasa iba sedikit pun. Namun , Elia menahan itu , dia tidak ingin menanggung malu karena masih di sekolahan. Ia berjalan kembali ke kelas dengan wajah lesu. Belum juga masuk ke dalam kelas. Eca yang sedang membuang sampah di depan kelas pun melihat Elia yang tak seperti biasanya. Buru-burulah Eca menghampiri Elia.

"Elia lo kenapa?"

"Gapapa ca" ucap Elia yang tanpa sadar ia malah meneteskan air mata yang ia tahan sedari tadi.

"Udah udah , ayo kita ke kamar mandi aja. Disini banyak orang, tempat umum"

Disitulah Elia mengungkapkan segalanya. Mengungkapkan akan banyak hal mengenai Deni. Elia memang merahasiakan persahabatan mereka kepada semua orang, termasuk ke-eman sahabatnya. Itu semua bukan kemauan Deni , namun kemauan Elia. Deni adalah siswa populer di sekolahan ini. Ia hanya tidak ingin membuat Deni malu, karena Deni mempunyai sahabat yang pendiam dan tidak populer. Sebenarnya Deni sudah memaksa Elia untuk tidak melakukannya. Deni sangat tidak bermasalah jika semua orang tau mengenai hal itu. Namun, Elia ingin menjadi sahabat yang baik untuk Deni, sekali saja.

"Ya Allah Lia, ga nyangka gue , si Deni itu emang ya"

"Udah ca ini semua bukan kesalahan dia , tapi gue , dia ga salah"

"Lo tu udah disakitin tapi masih aja belain dia"

"Gue gak belain , ini emang kesalahan gue dan gue sadar itu" ucap Elia yang membuatnya semakin sedih.

"Maafin gue lia, gue cuma khawatir sama lo"

"Ca , lo harus rahasiain ini, gue ga siap"

"Termasuk sahabat-sahabat kita?"

"Iya , jangan sampai mereka tau juga"

"Gue ga bakalan bilang kok, tenang aja, gue juga tau apa yang lo rasain pasti sakit banget, terlebih ternyata dia sahabat lo sendiri"

"Udah gapapa , gue udah ikhlasin, dan gue juga mulai detik ini juga  bakal usaha buat ga mikirin"

"Elia semangat pokoknya" ucap Eca sambil memeluk Elia.

"Udah yuk , kita masuk kelas aja , nanti temen-temen kita nyariin"

Hari itu Elia sama sekali tidak semangat. Materi pelajaran apapun tidak masuk ke otak. Teman-temannya bercanda ria, namun Elia malah melamun tak jelas. Eca sebagai sahabat iba melihatnya , ia mulai menenangkan Elia dengan cara apa-pun.

Disisi lain , persahabatan Eca dan Elia semakin erat.

***

Hai guys , jangan lupa vote ya😘terimakasih😁

Hi Shelia? (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang