Shilla sudah dibolehkan pulang hari ini, setelah menginap satu hari dirumah sakit, akhirnya gadis kecil itu kembali ke rumahnya. Ia tak suka sakit, ia ingin kuat seperti Papanya. Apapun yang dilakukan oleh Shilla, Erlangga selalu tertawa sekaligus senang. Gadis kecil itu selalu ada saja tingkahnya.
"Papa, nanti kalau Papa udah gede Papa mau jadi apa?" tanya Shilla disela-sela Erlangga tengah mengemudi.
"Fokus loh Lang, kamu lagi nyetir." kata Mysha.
Erlangga hanya mengangguk dan tersenyum, mengerti apa yang dimaksud Shilla. "Papa mau jadi Papa yang lebih baik lagi buat Shilla." jawab Erlangga.
"Cilla diajarin siapa Nak nanya itu?" tanya Mysha penasaran.
"Om jelek Mama, Om jelek nanya Cilla kalau udah besal mau jadi apa," ujar Shilla.
"Terus Cilla mau jadi apa?"
"Mau jadi kayak Mama," jawab Shilla ceria, Mysha tersenyum dan mengecup pipi Shilla.
"Cilla mau suntik olang kayak Mama!" lanjutnya.
"Terus apalagi?"
"Mau suntik Papa kalo Papa cium-cium Mama telus!" ucap Shilla disusul kekehan dari Erlangga.
Setelah sampai dirumah, kedatangan Shilla disambut oleh Kinara dan Aldito. Sepasang suami istri itu menyambut Shilla di ambang pintu seraya membawa boneka bear yang sangat besar.
Shilla pun turun dari mobil, "ONTI!" pekik Shilla seraya merentangkan kedua tangannya memeluk Kinara.
"Hati-hati, Cilla." peringat Mysha.
"Om ganteng gak dipeluk nih?" tanya Aldito seraya berjongkok dihadapan Shilla.
"Gak!" tolak Shilla cepat.
"Loh kenapa?"
"OM JELEKK!"
"Astaga bule! Sekate-kate lo sama gue!" pekik Aldito.
"Bialin!" jawab Shilla lalu ia pergi ke dalam rumahnya sembari membawa boneka yang diberikan oleh Kinara, diikuti oleh Erlangga dan Mysha. "Gue masuk dulu." kata Mysha.
"To, aku mau ngobrol sama kamu." ujar Kinara seraya menatap Aldito pekat, cowok itu tersenyum manis ke arah Aldito. "Ngomong apa?" tanyanya.
"Gak disini." kata Kinara.
"Yaudah yuk ke kamar." ucap Aldito.
Kinara pun duduk disamping ranjang, Aldito menutup pintu kamarnya. "Ngomong apa Kin?" tanya Aldito.
Kinara menghela nafasnya sejenak, "Aku.." Aldito mengusap rambut Kinara dengan sayang. "Kenapa, Sayang?" tanya Aldito lembut.
"To, kamu.. Tau kan kalo kita nikah udah lebih dari 2 tahun," kata Kinara.
Aldito mengangguk, "Lalu?" tanya Aldito lagi.
"Aku.. Aku.." Kinara benar-benar tak bisa berkata lagi, air matanya sudah mengalir deras. Aldito menarik tubuh Kinara untuk memeluk wanita itu dengan sayang.
"Kok nangis? Kamu ada masalah? Atau aku ada salah? Aku minta maaf Kin, bilang apa salah aku?"
"Aku yang ada salah sama kamu!" ujar Kinara.
"Kenapa? aku ngerasa kamu gak pernah ada salah sama aku, kamu gak mungkin kan macem-macem?" tanya Aldito diakhir kalimat.
Kinara menggeleng, "Aku minta maaf To belum bisa kasih kamu anak, aku.. Aku.. Hiks.."
Aldito mengeratkan pelukannya, "Kin, banyak diluar sana pasutri yang belum bisa punya anak bahkan lebih dari 2 tahun. Aku gak pernah mempermasalahkan itu, kita jalanin Kin sekarang. Atau mau coba bikin lagi sekarang?" goda Aldito.