Karna lagi hype season 2, nih aku kasih season 2 dari Nerd yang kalian semua minta. Baikkan aku? :)
Can berlari menyambut Tin, membuat teman-temannya ternganga heran. "Tiinn," pekiknya senang.
Tin memandang Can heran, tidak biasanya Can ramah begini padanya. Tin membetulkan letak kacamatanya yang agak turun, Can memperhatikan gerakan Tin dengan mata berbinar. "Tumben lo ramah begini?"
Can menggeleng kuat sambil tersenyum, "Nggak boleh gitu, kita kan temen, masa nggak boleh ramah sama temen."
Tin mengangguk sambil menggumam tidak jelas. Tin lanjut berjalan dengan Can mengekorinya, Tin bisa melihat teman-teman Can yang terheran-heran melihat mereka. Terlebih lagi ketika Can melingkarkan tangannya di lengan atas Tin tepat di otot bicepnya, kemudian memeluk lengan Tin.
"Tiiin," panggilnya manja, "hoodienya belum dibalikin nggak apa-apa ya? belom dicuci."
"Santuy, hoodie gue banyak kok."
Can tiba-tiba berhenti berjalan, membuat Tin ikutan berhenti. Kemudian Can melompat kecil sambil tersenyum bahagia, "kalo gitu hoodie yang kemarin boleh buat aku aja? Boleh? Boleh kan? Boleh ya, Tiinnn.."
Tin mengernyit heran, Can kesambet apa? "Tapi itu hoodie udah tua kali Can, udah buluk, buat apa?"
"Ya nggak apa-apa, kan punya kamu."
"Hah?"
"Boleh kan untukku? Ya, Tin?"
Tin cuma mengangguk bodoh. Terserah Can aja deh, biar cepet, pikirnya.
Can kembali merekatkan tangannya ke lengan Tin, mengajak Tin kembali berjalan. "Kamu mau kemana, Tin?" tanyanya.
"Mau ke perpus."
"Ke kantin aja yuk, Tin. Aku laper."
"Gue udah sarapan sik, sekarang butuh ke perpus banget mau nyari buku buat nugas," jawab Tin sambil menggaruk kepala yang tidak gatal, heran melihat tingkah Can yang agak aneh. "Eh, lo nempel-nempel ke gue nggak pa-pa nih? Nggak malu diliatin orang?"
"Nggak lah. Susah dong kalo malu."
Tin bingung, "Susah napa dah?"
"Ya susah mau lanjutinnya dong, aku kan pengen sering-sering gini sama kamu." Jawab Can sambil tersenyum.
Tin cengo, diem ngeliatin Can. Tiba-tiba, tangan Tin terangkat, punggung tangannya ditempel ke kening Can. "Can, lu napa? Demam? Tapi kok kaga panas."
Di sudut lainnya, Ae berteriak keras. "Can, jadi kantin nggak?" Ae dan yang lain sudah berdiri dan siap beranjak dari sana.
"Bentar!" Can teriak balik. "Kamu beneran nggak bisa ikut ke kantin? Aku pengen makan bareng kamu."
Tin menggeleng, masih cengo. "Nggak, beneran perlu pinjem buku gue, sebelum kelas."
"Oke deh kalo gitu. Tapi nanti di kelas aku duduk di sebelah kamu ya? ya ya ya ya? ya?"
Tin mengangguk, masih cengo juga. "Oke."
"Oke deh, bye Tin." Can lari-lari ngejar teman-temannya sambil mwah mwah ngirim flying kiss buat Tin. Tin masih dengan kening berkerut dan mulut terbukanya, keheranan.
Seminggu diekorin Can kemana-mana, berkali kali diajak jalan walaupun ditolak sama Tin, Tin jengah juga. Mana teman-temannya tiap hari heboh nanyain hubungan Tin sama Can, soalnya setau mereka Tin yang naksir Can tapi bertepuk sebelah tangan, bukan sebaliknya.
"Segitu dahsyatnya ya ciuman lo sampe si Can lupa diri gitu," sindir Ae suatu sore saat hanya mereka yang ada di parkiran kampus.
Tin mengernyit bingung, selama ini dia berpikir kalau Can sedang mempermainkannya dan menjahilinya seperti saat Can tiba-tiba menciumnya minggu lalu. Tin hampir 100% yakin kalau Can nanti akan menertawakannya kalau pertahanan Tin akhirnya bobol dan bersedia diajak jalan. Kata-kata Ae barusan bikin Tin tambah bingung, sebenarnya maksud Can apa?
"Maksud lo?"
"Udah nggak bisa dibilangin lagi tuh anak. Udah gila kali dia gegara lo. Udah dibilang deketin lo cuma bakal ngerusak reputasi dia, apalagi lo juga nggak nerima dia, tapi dia batu. Udah keukeuh mau sama lo doang."
Tin mengerjap bingung. Gimana barusan maksudnya?
Ae menepuk bahu Tin, "Bro, gue nggak tau gimana perasaan lo ke Can. Tapi dia anaknya baik, alus banget aslinya. Kalo lo nggak suka sama dia, tolong di tolak baek baek ya? jangan dijahatin. Tapi kalo lo juga suka, gue titip Can ya. Dia temen gue dari kecil, jangan dibikin nangis juga, nggak tega gue."
Ae kembali menepuk bahu Tin sebelum akhirnya beranjak dari sana. Tin terdiam, jadi selama ini Can serius?
Lamunan Tin setelah itu dikejutkan oleh kedatangan Can yang tiba-tiba, "Ae ngomong apa sama kamu? Suruh kamu jauhin aku ya? jangan didengerin, Tin. Dia emang rese gitu anaknya."
Tin menatap Can yang juga tengah menatapnya dengan pandangan cemas. "Lo beneran suka sama gue?" tanya Tin tanpa basa basi.
Can mengerjap sekali, "Iya. Emang kurang jelas ya kodeku?"
Tin tidak menjawab pertanyaan Can, malah balik bertanya, "Kok bisa lo mendadak suka sama gue?"
Pipi Can memerah, pandangannya sedikit menunduk. "Soalnya dicium kamu enak."
Tin melongo untuk kesekian kalinya. Tebakan Ae tepat sasaran. Tin tidak menyangka Can akan sejujur ini. "Kan lo yang nyium gue, gue gerak juga kaga."
"Makanya, kamu nggak gerak aja enak, apalagi kalo kamu bales."
Tin ngakak. Astaga, Can sebenernya mesum atau polos? Kenapa jawabannya terdengar lugu, tapi ada sebaris kalimat "menjurus" disana?
Can tersenyum menatap Tin yang masih tertawa, baru kali ini dia melihat Tin tertawa lepas. Perlahan tawa Tin mereda, kemudian dia menatap Can dalam. "Jadi gimana?"
"Hah? Apanya?" tanya Can bingung.
"Mau jadi pacar gue?"
Can kaget, kemudian terdiam lama dengan wajah memerah. "Kamu serius?"
"Masa becanda."
Can menutup wajah dengan kedua tangannya sambil cekikikan, kemudian mengintip Tin dari balik celah jarinya. "Iya, mau," jawabnya, kemudian kembali menutup wajah.
"Terus ngapain mukanya ditutup?"
"Malu."
"Dari kemaren ngegas mulu, guenya digandeng kemana-mana, sekarang kenapa malah malu?" tanya Tin geli.
Can tidak menjawab, tapi kembali menampakkan wajahnya, dia tersenyum cengengesan. "Tin?"
"Hmm?"
"Itu..."
"Apa?"
"Uuumm, apa namanya.."
"Apa?"
"Itu.. kalo pacaran berarti boleh ciuman, kan?"
Tin menggelengkan kepala melihat tingkah pacarnya, tapi kemudian menunduk untuk mendaratkan kecupan manis di bibir Can. Can benar, ketika dirinya ikut bergerak, ciuman mereka memang terasa lebih enak.
...
guys, nggak tau mau bilang apa sanking senengnya sama kabar kalo mereka mau lanjutin season 2. Aku cuma bisa nangeeess..