i need alone.

2.9K 103 2
                                    

Go vote yaaps^^

Btw bakal rada ada 18+ nya tapi gak parah kok. Soal nya kan emang bad boy leon nya jadi bakal ada sedikit bumbu 18+ nya.

Sorry for typo and enjoy.

———

Sei's prov

Aku berjalan di gelap nya malam. Melarikan diri dari om Ezra dan kakek Arsel. Pergi tanpa pamit itu tak baik kan?

Apa perduli, hati ku sedang tak baik. Tuhan seolah sedang menguji ku. Aku melarikan diri rasa nya masalah tak akan selesai.

Lalu untuk apa aku pergi?

Aku berdiri di tepi jembatan sungai dekat rumah Lina. Hanya Lina satu-satu nya tujuan ku.

Bukan lagi Lucy, sudah 20 kali panggilan lucy ku abai kan. Tolong lah, aku akui kalau aku bodoh. Lucy tidak tahu apa pun.

Tapi, hati ku menolak untuk menghubungi nya dalam waktu dekat. Fakta kalau lucy adik ku. Belum sepenuh nya aku terima.

" tuhan, sebener nya ke bohongan orang dewasa itu apa aja sih? Beban orang dewasa juga seberat apa sih? Sei masih SMA. Belum genap 18 tahun. Apa Sei udah dewasa? Apa Sei udah pantas melahap beban seberat ini. Rasa nya, Sei gak mau tumbuh dewasa. Sei masih mau jadi kanak-kanak yang gak perlu mikirin banyak hal.."

" kamu bodoh.."

Aku menoleh, dia. Laki-laki itu tengah berlari mendekat ke arah ku. Nafas nya memburu, sekarang..

Jarak kami hanya satu langkah. Dia berdiri menatap ku marah.

" kamu mau bunuh diri?" tanya nya.

Aku masih bungkam, tak ku sangka dia ada di sini. Menghampiri ku dan berdiri di hadapan ku.

" biar aku yang dorong kalau gitu." lanjut nya.

Aku tersenyum hambar.

" kenapa kamu gak bunuh aku aja Le? Sekalian jasad ku di buang ke laut." sarkas ku.

" bodoh!" maki nya.

" Kenapa? Kamu pun gak perduli kan le kalau aku mati?" aku menatap tajam ke arah netra coklat Leon.

Laki-laki itu mendekat ke arah ku, meremas bahu ku kuat. Dan tanpa di duga dia memeluk ku erat.

" jangan bodoh! Aku masih punya hati." ujar Leon.

Boleh kah aku menangis? Tangis ku pecah di pelukan nya. Meski makian dari bibir nya yang ku dapat setidak nya dia memiliki sedikit hati buat ku.

Entah, sejak kapan rasa ini muncul. Aku selalu merasa hangat saat bersama nya. Merasa nyaman dan terlindungi.

" kenapa nambah kenceng nangis nya? Beban hidup kamu masih belum berat. Di luar masih banyak yang ngerasain beban hidup yang jauh lebih rumit dari kamu." kata nya sambil mengurai pelukan.

Aku memgangguk pelan. Benar, ucapan nya benar. Tapi aku sedang ingin sendiri untuk saat ini.

" aku mau sendirian le, bukan bunuh diri." jelas ku.

Dia menatap ku kemudian mengusap kepala ku lembut.

" ya kenapa gak bilang aku. Kan aku bisa bawa kamu ke tempat yang bisa bikin fikiran mu tenang."

Aku tak menyahut. Menyembunyikan sedikit degupan gugup ku kala mendengar tuturan nya.

" kan mau sendiri, kalau sama kamu berdua.." jawab ku.

Dia tersenyum. " iya juga ya. Pinter juga kamu" dia mencubit hidung ku lembut.

" akh! Leon.. Lepas!" kesal ku.

"  janji dulu!" syarat nya.

" apa?" aku menatap nya.

" kalau ada apa-apa cerita sama aku. Jangan pendam sendiri, kamu gak sendirian Sei." dia menatap ku serius.

Aku mengangguk pelan. Jujur, aku tak sepenuh nya berjanji. Karena..



Kalau aku saudara Lucy, bukan kah aku dan Leon masih bersaudara?

Bad boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang