- 1 -

859 35 11
                                    

"Zel, lo mau gak jadi pacar gue" ucapnya menggangguku yang tengah asik memandangi luar kelas.

Aku tidak menanggapinya karena aku tau itu hanyalah sebuah lelucon. Dia memang seperti itu kepada seluruh wanita.

"Azel, lo denger gue gak si" ucapnya lagi yang kini sembari berjalan kearahku.

Aku tetap tidak menyautinya, karena kupikir hanya akan membuang waktu dan tenaga saja jika aku meladeninya. Jadi aku lebih memilih diam daripada meladeninya.

Dia berjalan menghampiriku dan tanpa permisi duduk disebelahku, selang beberapa detik ia menaruh tangannya dipundakku lalu merangkulku, sontak aku terkejut bukan main.

"Apaansi lo!" kataku sambil melepaskan rangkulannya.

"Lo kan pacar gue zel" kata lelaki itu sembarangan.

Daripada menggubrisnya, aku lebih memilih untuk beranjak pergi, aku pergi keluar dengan maksud untuk menenangkan diri dari lelaki sinting itu.

Aku bergegas ke perpustakaan, karena itulah tempat menyendiri paling efektif menurutku.

Sebelumnya perkenalkan namaku Azela Gabriella orang-orang sering memanggilku Azel, aku bukan orang terkenal ataupun most wanted disekolah, aku hanyalah Azel si kutu buku yang selalu sendiri. Aku salah satu siswi kelas XI IPS, bisa dikatakan akulah murid paling berbeda disana. Jika kalian berpikir bahwa anak IPS adalah anak yang paling susah diatur, aku malah sebaliknya, kata orang aku lebih mirip dan cocok menjadi anak IPA, entahlah aku tidak pernah mendengarkan apa kata orang.

Aku terus berjalan menuju perpustakaan, tempatnya begitu sepi, ya karena siapa yang mau mendatangi tempat monoton yang dipenuhi buku tebal, terkecuali orang-orang yang memang memiliki hobi membaca sepertiku.

Aku memilih buku yang akan aku baca, biasanya aku membaca buku-buku sejarah supaya wawasan tentang sejarahku bertambah.

Aku duduk disebuah kursi panjang yang ada disana, dan mulai terhanyut asik kedalam duniaku sendiri.

"Permisi, gue boleh duduk disebelah lo?" ucap seorang lelaki yang kini tengah meminta izin kepadaku.

"E-eh iya silahkan" kataku canggung.

Orang yang baru saja meminta izin kepadaku adalah Vino Albarta, dia ketua osis disekolahanku, anak kelas XI IPA 1, bisa dikatakan dia salah satu most wanted disekolahku, bagaimana tidak wajahnya yang tampan dan perawakannya yang tinggipun sudah bisa mengatakan bahwa ia most wanted ditambah jabatannya di organisasi osis yang cukup membuat para wanita klepek-klepek dibuatnya. Ya selama setahun inipun aku menyukainya diam-diam, aku menyukainya karena menurutku dia berbeda dari yang lain, dia cuek, kalau ngomong seadanya dan yang pasti sangat cocok dengan kriteriaku, pikirku.

"Lo orangnya emang suka menyendiri ya?" ucapnya tiba-tiba membuat aku harus menghentikan lamunanku.

"E-eh iya" jawabku canggung. Karena demi apapun aku gemetar, ini pertama kalinya aku melakukan komunikasi dengan orang yang aku sukai, dan ditambah kini aku duduk bersebelahan dengannya, demi apapun rasanya aku ingin pingsan saja.

Tetttt tettt tettt..

Bel berbunyi, tandanya pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. Aku segera menutup bukuku dan menyimpannya ke tempat asalnya. Aku berlari tanpa berpamitan kepada Vino.

Saat masuk kelas, untung saja belum ada guru yang masuk. Namun kini masalahku satu, Athala Raka Almareza, si sinting yang selalu menggangguku, ralat bukan hanya aku namun seluruh wanita yang ada dikelasku.

"Zel darimana lo, gue cariin juga" katanya saat aku memasuki kelas.

Seperti biasa aku tidak menggubrisnya dan langsung berjalan menuju bangkuku, dan segera mendudukinya. Sayang si sinting Raka itu membuntutiku dan ikut duduk disebelahku. Dan yang pasti menggangguku.

RAZELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang