Mama? (Sudut pandang Virza)

368 34 1
                                    

"Bang! Ini seblakmu!".

Aku yang sedang mengerjakan pr matematika menoleh dan melihat Yeni yang membawa dua mangkuk seblak.

Aku mengangguk kemudian Yeni masuk dan memberikan semangkuk seblak padaku.

"Makan disini gak apa kan bang?" Tanyanya. Aku hanya mengangguk. Lagipula, aku malas turun kemeja makan.

Saat kita sedang asyik makan, ada telepon dari hpnya Yeni. Yeni mengangkatnya dan melihat siapa yang menelepon.

"Bang, ini papa." Kata Yeni.

Aku mengambil hp Yeni dan menekan tombol hijau.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam Pa, kenapa telepon?" Tanyaku.

"Ah, kalian mau martabak manis enggak? Ini Papa sekalian lewat." .

"Yen. Mau martabak manis enggak?" Tanyaku.

Yeni mengangguk. "Boleh bang, yang pakek meises sama keju ya!" Pesannya.

"Dengar gak Pa? Pesanan Yeni?" Tanyaku.

"Haha, iya iya. Papa dengar kok. Papa tutup dulu ya.".

"Ya, assalamualaikum.".

"Waalaikumsalam.".

"Bang, udah selesai belum?" Tanya Yeni sambil mengangkat mangkuknya yang sudah kosong. Cepat sekali.

"Bentar, dikit lagi." Kataku seraya menghabiskan seblakku lebih cepat. Setelah habis, aku memberikan mangkukku ke Yeni.

"Nyuci piring dulu kak." Katanya.

Aku mengangkat alis. "Tumben rajin? Biasanya disuruh nyapu aja males." Ledekku.

"Ish! Gak suka aku sama abang!" Yeni marah dan membantin pintu dengan keras. Aku tertawa terpingkal-pingkal melihatnya.

Kriiing kriiing

Aku menoleh ke hp Yeni.

Lho? Kok gak dibawa?

Aku mengambil hpnya dan melihat, siapa yang menelepon.

Enggak ada namanya.

Aku berdeham, mencoba mengubah suaraku. Siapa tau ini telepon iseng. Setelah siap, aku menekan tombol hijau.

"Halo? Ini siapa ya?" Tanyaku dengan suara yang sedikit berbeda dari biasa.

"Eh, Virza? Kok suaranya berat gitu?"

Deg

Tak mungkin, ini bukan dia kan?

"Maaf? Ini siapa ya?".

"Masa' kamu lupa sama mama kandungmu sendiri? Ini mama nak."

Deg

Tak, tak mungkin! Ini tak mungkin!!!

"Maaf, sepertinya anda salah sambung. Saya tutup dulu." Kataku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Tunggu Virza! Mama belum selesai—

Tuuuut

Tuuuut

Aku segera menekan tombol merah dan melempar hp Yeni kekasurku. Aku meremas kepalaku dan aku berkeringat dingin.

"Gak mungkin... gak mungkin... Apakah mama akan kembali kemari?" Gumamku.

Ya, yang meneleponku tadi adalah.

Mama kandungku, Julia Ristanti.

Untuk apa mama menelepon ke hp Yeni?

Apakah mama ingin menghancurkan rumah tangga papa lagi?

Jangan-jangan, mama mau balik jadi istri papa lagi?

Kepalaku dipenuhi oleh masalah. Aku tahu kalau aku masih kelas 6. Tapi, hello?? Kelas 6 sudah cukup dewasa kan untuk membahas rumah tangga??

"Bang Virza? Abang kenapa?" Aku terkejut melihat Yeni yang sudah berada di kamarku dengan buku tulis dan buku kitabnya yang sudah tertata rapi di karpetku.

"Ah, enggak. Aku gak kenapa-kenapa." Alasanku.

Yeni mengangkat alisnya. "Yakin bang?".

Aku mengangguk. "Kau, kesini mau belajar?" Tanyaku mengubah topik.

Yeni mengangguk. "Iya bang, aku takut belajar sendiri." Katanya.

Aku hanya mengangguk. Niatku ingin mengatainya tapi kuurungkan niatku karena aku juga sedang memikirkan mama kandungku yang entah apa yang merasukinya menelepon ke hp Yeni.

Aku mengambil buku dan alat tulisku dan menaruhnya dikarpet. "Ayo, aku juga mau belajar." Kataku dan kita berdua belajar. Ya, walau kadang-kadang Yeni sering menggangguku dengan pertanyaannya.






Tbc

Aku kadang membuat chapter isinya sedikit. Karena setiap chapter itu setiap sudut pandang setiap karakter. Jadi, ya... you know what i mean, right?.

510 kata

DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang