Irene Dwi Wulan

556 49 6
                                    

Halo

Namaku Irene Dwi Wulan dan umurku 34

Profesiku adalah sebagai guru matematika di sebuah SDN Bakti (ngawur) yang terletak di Jakarta.

Dan juga, aku belum menikah

Ya, aku belum menikah. Diumurku yang hampir menginjak 40 tahun ini.

Maka dari itu, aku menjadi buah bibir dikalangan tetangga dan warga sekolah.

Bagaimana caranya aku bisa menikah kalau aku memang tidak punya niatan menikah didiriku.

Orang tuaku selalu melakukan perjodohan untukku dan ujung-ujungnya aku selalu ditolak oleh pihak keluarga laki-laki dengan alasan "sudah tua".

Aku dekat dengan Sugita Indah Pratiwi—si guru IPA sekaligus wali kelas kelas 2-B. Dan saking dekatnya, banyak teman-temanku sesama guru pernah bertanya. "Kamu lesbian?"

What? Hei! Kenapa mereka menganggapku begitu?! Kalau aku dekat dengan Sugita bukan berarti aku lesbian!

Itulah yang sifat tidak kusukai dari orang-orang. Suka menilai orang dari luarnya.

Aku wali kelas dikelas 6-A. Dan dikelas itu ada anak yang sangat populer dikalangan wanita. Namanya Muhammad Virza Ardiansyah. Melihat dirinya seperti melihat diriku dulu yang selalu dikerubuni para cowok.

Dan, aku juga mengajar adik perempuannya dikelas 2-B Namanya Yeni Tiana Zahrani.

Yang kutahu dari mereka adalah, orang tuanya cerai dan mereka sekarang tinggal bersama bapaknya yang seorang CEO di ESEM Corp. Widih, duda holkay. Yang janda bakalan antri barisan buat jadi istrinya tuh. Wkwkwkwk

Aku dekat dengan mereka berdua. Sampai pernah Virza curhat kepadaku. Kadang ia curhat tentang sedihnya dia karena ditinggal ibunya atau masalah didirinya yang tidak bisa ia ceritakan ke ayahnya. Dan Virza dan Yeni kadang memelukku jika mereka sedih. Bahkan Yeni pernah berkata kalau ia menganggapku sebagai ibunya. Aku memakluminya karena mungkin mereka tidak pernah merasakan bagaimana rasanya mempunyai ibu.

Semenjak aku dekat dengan mereka, banyak yang bilang kalau aku mencari perhatian Suho si duda yang terkenal dan terlewat tampan itu—kata teman-temanku lewat anak-anaknya. Padahal aku tidak seperti itu. Aku hanya merasa kasihan bagaimana menjadi mereka yang ditinggal ibunya disaat mereka masih muda. Sugita juga selalu menyemangati diriku dan selalu bilang "biarkan aja mereka. Mereka gak ada hak buat ngurus hidupmu." Setiap hari.




~~~



Di pagi yang sedikit mendung ini, aku berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju ruang guru.

"Bu Irene!".

Aku merasa ada yang memanggil diriku dan aku menoleh kebelakang. Dan ternyata itu Yeni yang sedang berlari kearahku.

"Selamat pagi bu, gimana kabarnya?" Tanya Yeni sambil berjalan disampingku.

Aku mengangguk. "Baik, kamu sendiri?" Tanyaku balik.

Yeni mengangguk dan tersenyum lebar. "Aku baik bu." Jawabnya.

"Dimana kakakmu?" Tanyaku. Aku baru sadar kalau si Virza tidak disini

"Kakak kan kelas 6 bu, kelasnya beda lagi. Bukannya ibu wali kelasnya kakak ya?" Tanya Yeni polos.

Aku menepuk jidat. Iya ya, bagaimana aku bisa lupa? Apakah aku sudah tua?

Kumohon jangan tua dulu, aku belum menikah. Bisa-bisa aku digampar orang tuaku.

"Bu Irene, aku duluan ya." Kata Yeni begitu kita sampai di depan ruang guru. Cepat sekali. Aku sampai tidak sadar.

DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang