Jalan-Jalan (Sudut Pandang Irene)

196 20 7
                                    

Fyuuuh, rapat hari ini lama sekali. Tapi wajar saja sih karena kami sedang membahas Ujian Akhir Nasional untuk anak kelas 6 tahun depan. Aku sebagai guru matematika ditekankan kepala sekolah untuk mengajar anak-anak kelas 6 lebih rajin lagi agar mereka mendapat nilai terbaik.

Itu sangat membebani pikiranku, aku takut kalau murid-muridku mendapat nilai jelek dan tak bisa masuk ke smp yang mereka inginkan.

Haduuh, belum nikah tapi udah ngurus anak yang sangat banyak.

"Kak, mau langsung pulang? Atau mau ikut aku jalan sama yang lain? Kita mau pergi jalan-jalan." Tanya Sugita sambil membereskan mejanya.

Aku menggeleng. "Aku harus memeriksa pekerjaan rumah anak-anak, lain kali aja ya." Tolakku.

Itu hanya alasan sih, semua tugas sebenarnya sudah dikoreksi murid-muridku jadi aku hanya tinggal menilai saja. Aku sedang malas hari ini dan ingin beristirahat.

Aku pamit pada Sugita dan segera keluar dari kantor guru. Dan tiba-tiba, aku dikejutkan seseorang yang sedang berdiri menyandar pinggir pintu.

"Selamat sore Bu Irene." Sapa orang itu ramah.

"E-eh Pak Suho?" Ya, orang itu adalah Pak Suho. "Apa yang anda lakukan disini?" Tanyaku ramah sambil tersenyum tentu saja.

Aku menatap Suho yang sedang menggaruk tengkuknya dan melirik kesana-sini dan membuatku menyimpulkan kalau dia sedang bingung.

"Bicara saja pak, jangan disembunyikan." Kataku to the point. Lagian, aku juga penasaran dengan duda cakep yang satu ini.

"Ah anu, saya mau meminta maaf soal kemarin. Saya tidak menyangka mantan istri saya akan bertindak sejauh itu ke Anda." Ucapnya sambil sedikit membungkukkan badan jangkungnya.

"Tidak apa-apa pak, namanya juga musibah. Lupakan saja yang sudah lalu." Ucapku sambil menuntun Pak Suho berdiri tegap lagi.

"Bagaimana kalau saya ajak ibu jalan-jalan? Hitung-hitung saya mau berterima kasih ke ibu karena sudah menjaga anak-anak saya dan agar ibu memaafkan saya juga." Ucapnya yang membuatku terheran-heran.

Kenapa tiba-tiba orang ini ingin mengajakku jalan-jalan? Kenapa dengan lelaki tampan didepanku ini?

"Aduuh, ga usah pak—

"Saya memaksa, ayo sini!" Kemudian ia menarik tanganku dan berjalan menuju parkiran.

"P-pak, mobil saya bagaimana? Dan anda lancang sekali memegang saya." Ucapku marah.

Ia berbalik badan dan segera melepaskan genggamannya. "M-maaf." Katanya.

Yaampun lucu! Mirip Virza

"Kalau begitu, pakai mobimu saja. Aku yang menyetir. Jangan khawatir, aku tak akan membuat mobilmu lecet! Berikan aku kunci mobilmu!".

Walaupun ragu, aku tetap memberikan kunci mobilku padanya. Pada akhirnya, aku menyetujui ajakannya.

Siapa sih, yang gak mau jalan-jalan sama cowok cakep? Hehehe



~~~



"Ibu tinggal dimana?" Tanya Suho sambil menyetir mobilku dengan hati-hati. Ia benar-benar menepati janjinya.

"Saya tinggal di perumahan garden. Lumayan dekat kan sama rumah bapak?" Ucapku. Ia hanya mengangguk.

"Emmm bu, apa boleh kita mengubah panggilan?"

"Maksud bapak?"

"Saya... boleh panggil ibu, Irene? Ibu boleh memanggil saya Suho." Pintanya kemudian menatap mataku walau hanya sekilas kemudian memandang jalanan lagi. "Saya ingin... berteman dengan Anda."

DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang