Malam ini teman-teman Alan bertandang ke rumah. Sebelumnya tiga orang, lalu datang dua orang dan baru saja bertambah dua lagi.
Tamu terakhir belum dibuatkan kopi. Sementara mereka sedang berdiskusi seru. Tapi karena kasihan, Alan segera ke dapur. Ternyata kopi sachet sudah habis. Tinggal kopi bubuk original dalam toples kaca.
Alan menyiapkan dua cangkir. Toples kopi dan gula dibuka bergantian. Lalu dia menakar dalam ukuran yang pas baru menyiramnya dengan air mendidih. Aroma kopi menguar harum.
Tawa dari teras kembali menggelar. Alan yang penasaran terburu-buru kembali dengan sebuah nampan berisi dua cangkir kopi yang dihidangkan untuk temannya.
Esok pagi. Mata Alan masih berat akibat kurang tidur.
"Alaaaaaannnn," panggil Ibu serupa Tarzan di hutan.
"Hmm," sahutnya tak terdengar sampai ke dapur.
Dengan gemas ibu menyusul ke kamar. Di tangannya dia membopong toples gula.
"Alan! Kasih tahu Ibu, mengapa toples gulanya penuh semut?"
"Alan semalam pakai Bu. Lupa nggak di tutup lagi. Maaf."
"Maaf. Maaf. Jorok kamu ya! Ini semutnya kan sudah injak apa saja. Kotor!" omel Ibunya.
"Tenang, Bu. Semutnya sudah cuci kaki kok."
"Kata siapa?"
"Kata saya lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN Flash Fiction
Ficción GeneralHidup itu jangan terlalu spaneng. Seperti tali yang ditarik terlalu kencang jadi mudah putus. Nah, kalau apa-apa tegang, apa-apa tegang. Hati-hati nih. Urat syaraf juga bisa putus, lho! Makanya, yuk sejenak selow. Ukir senyummu dengan membaca flash...