"Minggu depan kita akan comeback, jadi kalian harus mempersiapkan diri dengan baik. Lakukan dengan semangat, karena ini mimpi kita." Mavin berkata lantang di depan anggota Z-Boys. Menatap penuh kesungguhan setiap wajah di depannya.
Di paling kiri ada Perry yang tersenyum, sosoknya yang dewasa mampu menenangkan anggota lain. Sebelahnya ada Sid, yang masih mengatur nafasnya setelah berlatih koreografi. Sid yang seorang Main Vocal memang harus berusaha lebih keras untuk menyeimbangkan skill dancenya dengan anggota yang lain. Dan semua yang disana tahu bagaimana Sid bekerja keras untuk itu.
Di samping Sid, hal yang menarik Mavin untuk memperhatikan Blink yang menunduk dalam, tak berani menatap seorang pun di sana.
"Kau kenapa Blink?" tanya Mavin yang membuat semuanya menatap Blink dengan penuh tanya.
"..." tak ada jawaban, Blink masih bungkam.
"Kenapa? Apa kau rindu rumahmu? Mau balik ke Thailand? Kalau iya, aku siap mengantarmu ke Bandara sekarang juga." gurau Mavin seraya menepuk pundak Blink, yang tidak disangka mendapatkan tepisan kasar dari Blink.
"Ya aku memang ingin pulang, aku lelah, aku benci di sini, aku ingin kembali." ujar Blink dengan penuh emosi, semua di sana tertegun.
Masalah memang tidak dapat dipungkuri bisa terjadi di sebuah grup idol seperti mereka, tetapi untuk pertama kalinya Blink berteriak meluapkan emosinya seperti itu. Sesuatu yang sangat mengejutkan untuk semuanya, terutama Mavin.
"Kamu baik-baik saja Baby Blink? Ada masalah apa?" tanya Perry mencoba menenangkan Blink, yang kembali mengejutkan seluruh anggota Z-Boys karena Blink mendorong Perry hingga jatuh.
"Blink!" Sid dan Mavin yang di dekat Perry segera membantu Perry bangkit.
"Kau kenapa Blink?" kali ini Josh yang bertanya.
"..." dan lagi-lagi Blink terdiam.
"Kenapa tidak menjawab? Aku tanya, kenapa kamu tidak menjawab Blink?!" Mavin sedikit menaikan nada suarannya, menatap tajam Blink yang cuma satu langkah di depannya itu.
Helaan nafas panjang keluar dari Mavin, ia usap wajahnya kasar, mencoba untuk bersikap tenang. Memang Blink merupakan anggota termuda di sana, dengan usianya yang masih labil ia bisa melakukan hal yang tidak terduga. Namun, sikap seperti itu tidak pernah dibenarkan di dalam grup tersebut.
"Kita semua tahu betul, kita tidak bisa sepenuhnya terlepas dari masalah, entah itu kecil atau besar. Namun bagaimana pun kita harus mengatasi masalah tersebut. Kau punya kita semua di sini, kamu bisa bercerita pada kita, atau salah satu dari kita." ucap Mavin dengan suara yang lebih menenangkan
"Benar Blink, kau tidak sendiri. Kita keluarga bukan? Jadi kau bisa bercerita ke kami," Roy menyetujui ucapan Mavin, begitupun dengan yang lain.
"Kalian tidak akan mengerti!"
"Bagaimana kami mengerti kalau kamu tidak pernah cerita?" Mavin mencoba menepuk pundak Blink lagi, dan lagi lagi kembali berakhir ditepis.
"Jadi maumu apa?" Mavin kembali menarik nafas dalam. Sebelumnya ia tahu betul jika Blink dalam keadaan tidak baik. Oleh sebab itu ia mengumpulkan semuanya, berniat memberi semangat untuk setiap anggota. Namun apa yang ia dapatkan? Sebuah teriakan? Dan tepisan?
Ia selalu mengamati setiap anggota, bagaimana Sid dan Perry yang berusaha keras untuk menguasai setiap kereografi, atau Gai, Josh, dan Roy yang sudah mulai menikmati setiap gerakan tanpa hambatan. Dan tentu saja Blink yang entah pikirannya melayang ke mana, gerakannya memang mengikuti musik yang ada, namun terasa hampa, hambar, dan mati.
Ia bisa saja menegur Blink detik itu juga, namun ia juga perlu melihat kondisi Blink. Mungkin sebagian anggota akan menyadarinya, namun bukan kritikan di depan semua orang yang ingin Mavin katakan. Ia akan lebih memilih mengatakan empat mata, dan menanyai Blink secara perlahan. Tapi situasi sudah berubah dari apa yang ia rencanakan. Dan Blink sendiri tak bisa diajak tenang untuk berbicara.
"Aku lelah," suara Blink seperti antara frustasi dan menahan emosi.
"Semuanya di sini juga lelah, tapi ini mimpi kita semua kan?" Josh turut mencoba mengingatkan impian mereka semua.
"Sudahlah, aku mau pergi. Semua tidak akan berubah!" Blink melenggang pergi, melewati Perry, Sid, Gai dan Roy yang mencoba menahan.
"Blink!" panggil Mavin dengan suara yang memenuhi seisi ruang. Blink berhenti, namun tidak menoleh sedikitpun. "Kalau kau mau pergi, pergi saja! Kalau mau pulang ke Thailand, pulang saja! Lelah boleh, kau tinggal istirahat. Tapi di sini tempat di mana orang orang serius dan mau berusaha. Jika kau ingin lari, pergilah!"
"Mavin!" peringat Roy mencoba menahan setiap kata yang mungkin akan keluar lebih banyak dari Mavin.
"Kau kira kita semua disini main-main? Kita jauh jauh ke sini bukan untuk itu. Kau bukan anak kecil lagi Blink, jangan jadi seperti perempuan yang lemah."
"Sudah puas LEADER?!" Blink menatap tajam Mavin dan yang lainnya. "Siapa peduli? Aku tidak." dengan langkah tanpa perhitungan itu, Blink pergi dari ruang latihan. Setiap staff yang melihat kepergian Blink menatap penuh tanya, jam latihan belum selesai, bagaimana bisa Blink pergi begitu saja?
"Mavin, bagaimana ini, apa tidak apa-apa?" tanya Josh yang menatap kepergiaan Blink dengan raut khawatir.
"Dia bukan anak kecil yang bisa ilang, kita di sini juga bukan hanya beberapa hari Josh."
"Aku juga agak khawatir dengan bocah itu, tapi sesekali ditegasin juga perlu." Roy berkata seraya mengambil posisi berbaring di lantai.
"Apakah perlu menghubungi manager?" tanya Perry turut mengikuti Roy berbaring
"Tidak, aku akan mengatakan jika Blink lagi tidak enak badan jadi aku suruh istirahat. Aku tak ingin ia kena masalah." Mavin tampak berkutat dengan handphonenya, tampak sekali beban berat membebani sang Leader tersebut.
"Minumlah Mavin," Sid menyodorkan sebotol air mineral.
"Terima kasih Sid" Sid mengangguk.
TBC
Nama : Blink
Posisi : Maknae
Umur : 15 tahun
Karakter : imut, kekanakan, dan labil. Sangat suka belanja, sering berantem dan jadi bahan usilan sang Leader Mavin.
Nama : Sid
Posisi : Main vocal
Umur : 20 tahun
Karakter : pendiam, gigih, selalu tampil cool
KAMU SEDANG MEMBACA
[Z-BOYS] Stranded at School
FanficMavin dengan segala kejailannya membuat kesalahan fatal yang mengharuskan ia mendapatkan hukuman. Dengan segala permohonan dari anggota untuk meringankan hukuman sang Leader, agensi memutuskan hukuman Mavin untuk memasuki sebuah sekolah musik di Kor...